Rabu, 21 Juni 2017

“London”



https://www.facebook.com/photo.php?fbid=315023182274950&set=pcb.315024112274857&type=3&theater

Oleh. Rohmat Sholihin
Tulisan ini aku ambil dari karya salah satu peserta “Kemah Romadlon” di Madin Al-Isyroq Bate-Bangilan, (Senin/19/7/2017), dengan judul I Miss You, London, aku terkesima ketika memberikan hadiah buku Eutanasia karya Linda Tria S, padanya, kau begitu jujur dan polos ketika kutanya alasan apa sampai kau menulis judul itu? Kau ingin sekali studi di kota London. Subhanallah, luar biasa, luar biasa, tepuk tangan semua peserta pertanda kagum pada imajinasi positifnya. Berani bermimpi itu hebat. Aku salut pada mimpinya. Aku teringat buku Edensor karya Andrea Hirata, yang menuliskan kisah mimpinya pada suatu lokasi yang hanya ada pada gambar indah dengan tulisan kecil dipojoknya, Edensor, ternyata sebuah tempat dipedalaman negara Inggris. Mimpi itu ia peluk setiap waktu, mendekam dalam ingatannya sampai kapanpun, dan ternyata ia pun sampai juga ditempat yang telah ia impikan sejak masih kanak-kanak, ia telah singgah di Edensor. Melihat dari dekat tentang mimpinya sesuai dengan apa yang telah ia dekap.
I Miss You, London, ditulis oleh Halimatus Sa’diyah, perempuan kecil manis berlesung pipit, bermata bulat sebulat tekad impiannya mengejar kota London yang masih tetap diam seribu bahasa. Seakan-akan jarak Bate-London begitu dekat. Gemerlap lampu-lampu kotanya bisa terlihat diatas bukit Bate yang sunyi dengan angin malam berhembus lirih dan membisikkan kata-kata rindu, Tunggu diriku London, sebentar lagi, yah, sebentar lagi, tinjuku akan menghajarmu, tak sabar aku berlari menikammu dengan segudang mimpi-mimpiku. Namun malam kian larut membawa angan-angan itu pergi perlahan dan tetap diam.
Diam bukan berarti apatis. Dalam diamnya ia menyimpan ribuan amunisi dan kelak ia akan muntahkan dengan hebat. Impian seseorang bukanlah impian abstrak, dari impiannya banyak sejuta hal untuk menemukan jalan, jalan kemana ia akan telusuri menuju labirin imajinasinya, detak jantungnya, dan tentu saja nafasnya. Tak kan pernah berhenti sebelum ia menjambak rumput istana Buckingham, menyalami Ratu Elizabeth, berfoto dengan pengawal istana, bahkan makan malam bersama putri Midleton dan Pangeran Harry. Ah, betapa bahagianya hidup ketika alam mimpinya mampu diraihnya. Hidup memang misteri. Perjalanan seseorang tak ada yang tahu. Tak perlu berkecil hati dan pesimis dalam melaluinya. Kuatkan langkah-langkahmu disetiap jalan yang kau lalui, selalu ada pengalaman disetiap jejak-jejak kaki yang kau tinggalkan.
Suatu saat jika kau kembali menelusurinya, tak kan pernah tersesat. Setinggi-tingginya elang terbang tak kan pernah lupa daratan, dan sejauh kaki kau melangkah tak kan lupa pada kampung halamanmu yang indah dan permai. Saat kaki-kaki kecilmu berlari-lari dipematang sawah, bermain lumpur saat musim tanam padi tiba, menangkap belalang saat musim panen, dan menonton Kentrung saat acara sedekah bumi atau manganan. Kenangan-kenangan itu akan menjadi saksi abadi. Sawah, sapi, danau, pohon, juga surau kecil dipinggir kebun jagung beserta kawan-kawan sepermainan dengan wajah-wajah kebahagiaan akan selalu menari-nari dipelupuk mata saat kau menuliskan pada sebaris kalimat di kota London, bahwa Tuhan selalu memberikan kesempatan pada makhluknya yang selalu bekerja keras merebut mimpi-mimpinya. Kawan! Dari kota London ini aku menyapamu, lihatlah senyumku selalu terngiang saat kau tak disisiku, seperti apa yang aku tulis dulu, ketika tulisan lusuh dan dekil itu mendapatkan perhatian dari kakak-kakak Komunitas Kali Kening, I Miss You, London. Salam untuk Gus Shobah, ustadz dan ustadzah, Kak Ikal, Kak Joyojuwoto, Kak Adib, Kak Mashari, Kak Kafabih, Kak Zakki, Kak Rohmat, Mbak Linda, Mbak Ayra dan juga seluruh kawan-kawan yang selalu menggodaku sekaligus mendorongku, apa itu? Indahnya kebersamaan dan tentu saja senyum ceriamu, kawan.

Bate, 19 Juni 2017.



Label:

Selasa, 20 Juni 2017

“Kemah Romadlon dan Membagi Takjil”
https://www.facebook.com/photo.php?fbid=1362953533784039&set=a.232030356876368.56736.100002082161897&type=3&theater&notif_t=like_tagged&notif_id=1497922037943190 
Oleh. Rohmat Sholihin*
Menjalani puasa Romadlon tahun ini begitu indah dan menyenangkan. Pertama, perasaan ini sangat gembira karena beberapa hari kemarin telah dihubungi oleh pengasuh Madrasah Diniyah Al-Isyroq Bate-Bangilan, K.H Nurusshobah Uzair untuk berkenan mengisi materi tentang jurnalistik dalam rangka pembekalan rohani melalui kegiatan “Kemah Romadlon” yang diadakan selama 4 hari 3 malam di desa Bate-Bangilan. Tentu saja yang diminta untuk menjadi mentor bukanlah diri saya  namun kawan-kawan Komunitas Kali Keninglah yang lebih pantas. Sebagai komunitas yang bergerak dalam dunia literasi yang banyak dihuni oleh kawan-kawan super seksi, maksudnya seksi disini bukanlah dari segi tubuh saja namun otak mereka sangatlah seksi, otak yang telah banyak digunakan untuk membaca berbagai macam literasi bahkan dilanjut dengan menulis beberapa karya tulis telah berhasil diwujudkan. Superb! Menariknya lagi komunitas ini berada dipedesaan namun logika berfikirnya melampui batas-batas territorial sekalipun. Otaknya yang seksi mampu menalar dan menjangkau imajinasi-imajinasi kritis. Sungguh sebuah komunitas yang benar-benar mampu menuliskan sebuah peradaban untuk masa mendatang. Kita ini tumbuh dalam bayang-bayang literasi yang suram, literasi yang seharusnya mampu menuliskan dengan kejujuran dan kebenaran telah dirampas oleh suatu kepentingan yaitu kekuasaan. Sehingga kebebasan seseorang untuk berliterasi cenderung tertekan bahkan ketakutan. Kebebasannya telah terbelenggu teror dan ancaman sehingga beberapa generasi sebelumnya tak bisa menuliskan apa-apa. Dan kita telah kehilangan segalanya berupa fakta dan informasi sebagai perkembangan dikemudian hari. Mau tak mau generasi sekarang harus bisa menjadi “yeats”, suatu istilah yang berarti segala sesuatu telah hancur dan kini di bangun lagi oleh orang-orang yang gila. Kenapa orang gila? Karena perbedaan gila dengan jenius sangatlah sedikit. Orang waras tak tahu apa yang dikerjakan oleh orang gila begitu juga orang waras juga tak faham apa yang telah dikerjakan oleh orang jenius. Untuk membangun sebuah peradaban literasi juga dibutuhkan orang-orang yang superb.
Mengisi kelas jurnalistik dalam forum “Kemah Romadlon” Madrasah Diniyah Al-Isyroq Bate sangatlah menantang. Menantang lebih berkonotasi mengajak dan mengajak pada lapisan santri untuk menyukai membaca buku dan menulis. Meskipun dua hal tentang membaca dan menulis bukanlah istilah asing dalam dunia santri namun membaca dan menulis model bagaimana yang akan kita suguhkan pada mereka. Membaca kitab kuning tentu saja kita tak ada apa-apanya dengan mereka, menulis maqolah dan maknani kitab kuning kita akan menjadi makhluk asing dinegeri tuan, setidaknya perasaan itu yang hinggap dalam hati, hingga minder tingkat tinggi memeluk batin ini. Tapi jika ingat pada sebuah kepercayaan dari tawaran pengasuh Madin Al-Isyroq, KH Nurusshobah untuk mengisi materi jurnalistik di kemah Romadlon tahun ini, tentu saja semua hal itu telah beliau perhitungkan secara matang, bahkan tidak menutup kemungkinan proses penunjukan Komunitas Kali Kening melalui sholat istikhoroh beliau juga. Ada kemampuan tersendiri yang tidak semua orang punya. Dan kebetulan kemampuan itu dibutuhkan untuk membangun peradaban pada sebuah desa terpencil yang bernama Bate, yaitu Madrasah Diniyah dan literasi, membuat tulisan yang bergender essai, puisi, dan cerpen. Agar santri bisa dan membiasakan menuliskan segala kisah yang telah dialaminya, setidaknya tulisan telah menjadi bagian dari hidup mereka. Acara dipandu oleh kawan Linda Tria S, materi Free writing oleh Joyojuwoto, Pentingnya Menulis dalam Islam oleh kawan Rohmat Sholihin. Kelas essai oleh Ikal Hidayat Noor, kelas cerpen oleh Ayra Izzara R, Adib, Kafabih, kelas puisi oleh Mashari, Zakki.
Seperti yang telah dirasakan Komunitas Kali Kening ini, bahagia itu menulis, bahagia itu membaca, bahagia itu menyampaikan, dan satu lagi, mengarang itu penting. Kita bisa berbagi perasaan bahagia ini kepada yang lain, di bulan suci Romadlon yang penuh limpahan rahmat dan berkah ini merupakan kesempatan untuk berbagi bersama-sama dalam hal positif, menebarkan benih-benih kebaikan pada sesama, saling belajar, saling berdiskusi yang dulu menjadi kebiasaan-kebiasaan para sahabat nabi dalam memecahkan segala permasalahan hingga Islam mampu meraih masa kejayaan. Begitu juga dalam dunia literasinya. Banyak perpustakaan-perpustakaan yang telah dibangun pada masa kejayaan Islam baik dikota Baghdad, Kufah, Cordoba dan kota-kota lainnya seiring perkembangan ilmu pengetahuan yang telah dikembangkan oleh banyak kalangan kaum Muslimin. Peradaban yang maju tak lepas dari perkembangan literasi yang maju pula. Mudah-mudahan niat baik Komunitas Kali Kening dan Madrasah Diniyah Al-Isyroq dalam hal memajukan dunia literasi di daerah desa terpencil Bate mampu menjadi kegiatan yang sangat bermanfaat bagi kita semua.
Dalam kesempatan itu, kawan-kawan Komunitas Kali Kening juga membagikan beberapa buku-buku karyanya sebagai cinderamata kepada para santri agar mereka tetap semangat dalam membaca. Secercah Cahaya Hikmah dan Jejak Sang Rosul karya Joyojuwoto, Patung di kepala karya Ikal Hidayat Noor, Taprobane karya JJ. Hulux, let’s move on karya Nindya Azalea dan yang terbaru sekalian launching Eutanasia karya Linda Tria Sumarno, suasana kebersamaan inilah yang membuatku merasa Romadlon tahun ini begitu indah.
https://www.facebook.com/photo.php?fbid=757692974433585&set=pcb.757693174433565&type=3&theater
Kedua, ikut membantu membagi takjil dalam suasana Romadlon sangatlah istimewa. Salah satu anggota Komunitas Kali Kening, mbak Ayra Izzara R dengan usahanya dalam bidang kuliner Bakso Arebang telah membagikan takjil bakso sebanyak 600 bakso lebih dijalan Bangilan-Senori tepatnya didepan SDN Ngrojo, suasana bahagia bisa berbagi dengan orang lain menjadi virus kebaikan yang tak terlupakan. Dilanjutkan buka bersama dirumah mbak Ayra Izzara R yang diselingi dengan diskusi bareng dengan tema, Lailatul Qodar  disampaikan kawan Ibrohim dan Joyojuwoto. Semua itu menjadi inspirasi positif bagi kemajuan hati dan pikiran kita sebagai manusia biasa yang cenderung berbuat kekeliruan. Semoga apa yang telah dilakukan kawan-kawan Komunitas Kali Kening dalam bagi takjil ini dapat menjadi amal yang baik wabil khusus, mbak Ayra Izzara R dan sekeluarga. Mudah-mudahan Allah selalu memberikan kesehatan serta rezeki yang melimpah serta barokah. Aamiin.

Bate, 19 Juni 2017.

*Penulis anggota komunitas kali kening Bangilan.

Label:

Minggu, 18 Juni 2017

Pentingnya Menulis dalam Islam

Komunitas Kali Kening
Pentingnya Menulis dalam Islam

 https://maeska.blogspot.co.id/2014/08/5-mudah-cara-membuat-kalimat-pembuka.html

Oleh. Rohmat Sholihin*


"Ikatlah ilmu dengan menulis" (Ali ibn Abi Thalib).
Makna kalimat diatas sangatlah penting bagi kita sebagai umat muslim, bahwa tulisan sangatlah penting bagi memahami sebuah informasi atau ilmu. Kita tahu bahwa Islam pernah mengalami” masa emas” hampir kemajuan ilmu dan teknologi berkembang pesat pada masa kejayaan Islam. Seperti kalimat yang telah diungkapkan oleh Ali ibn Abi Thalib diatas bahwa menulis adalah salah satu cara untuk mengikat ilmu. Ilmu akan sangat mudah terlepas jika kita hanya sekilas membaca, bahkan menghafal. Karena manusia sebagai gudangnya lupa. Suatu saat ilmu yang telah dihafalnya akan menjadi hilang sehubungan dengan faktor tingkat usia dan permasalahan-permasalahan yang telah dihadapi setiap hari. Ada beberapa manfaat tulisan dalam pandangan Islam yakni :
1.      Sebagai sarana untuk berdakwah
Tulisan salah satu cara untuk memperkenalkan dan menyampaikan pengetahuan kepada masyarakat luas. Di dalam Al-Qur’an sendiri ada istilah Al Kitab dan Al-Qur’an. Al Kitab yang berarti tulisan telah disebutkan didalam Al-Qur’an sebanyak 230 kali sedangkan Al-Qur’an yang berarti bacaan sebanyak 56 kali, dari segi kuantitas bahwa betapa pentingnya makna tulisan didalam Al-Qur’anul Karim meski hubungan antara membaca dan menulis sangat erat. Dengan tulisan segala sesuatu bisa tersampaikan dengan rinci dan runtut. Maka dari itu Al-Qur’an yang telah diturunkan oleh Allah untuk manusia melalui Nabi Muhammad saw jangan sampai punah karena melihat para sahabat yang telah hafal Al-Qur’an mengalami gugur dimedan perang dan hal ini dikhawatirkan punahnya Al-Qur’an sebagai wasiat umat Islam dikemudian hari. Sehingga para sahabat berusaha keras dengan menunjuk beberapa sahabat yang mumpuni dalam bidang tersebut, seperti: Zaid bin Tsabit dengan cara menulis pada kulit unta, batu, pelepah kurma dan tulang hewan. Juga seperti hadits nabi yang telah diriwayatkan oleh Abdullah bin Amr radhiyallahu’anhu yang berbunyi “Sampaikanlah dariku walau satu ayat.” (HR. Bukhori) dan tentu saja cara yang paling efektif adalah dengan tulisan.
2.      Mengembangkan Ilmu Pengetahuan
Ilmu pengetahuan tidak akan berkembang ketika dunia tulisan tidak mengalami perkembangan. Masyarakat menjadi malas menulis suatu tanda ilmu pengetahuan akan mengalami stagnan atau kemandekan, cara yang paling efektif untuk belajar ilmu pengetahuan adalah dengan cara menulis. Dan kita harus bersyukur ketika mampu menuliskan suatu pengetahuan itu bertanda bahwa hasil karya tulisan kita akan menjadi ilmu yang bermanfaat karena suatu saat orang lain akan membacanya  dari pada pengetahuan itu tidak dituliskan dan akan menjadi hilang, hilanglah manfaat pengetahuan dalam tulisan itu. Sangat disayangkan. Apalagi sampai tega membakarnya hanya belum bisa memahaminya karena ada perbedaan pendapat. Bahkan Allah  swt yang tidak pernah lupa, telah menulis pengetahuan dalam sebuah kitab (Lauh Mahfudz), Allah mengabdikan di dalam Al-Qur’an “Pengetahuan tentang itu ada di sisi Tuhan-ku, didalam sebuah kitab!” (QS. Ta Ha :52). Jika Allah melakukan hal demikian, apa alasan kita untuk tidak melakukannya? Menulislah saudaraku terutama umat Islam karena itu bagian dari pengembangan ilmu pengetahuan.
3.      Salah satu kemulyaan di akhirat
Menulis sesuatu hal yang baik akan memberikan maslahat kepada umat manusia. Didasari keikhlasan dan hanya karena Allah, kemulyaan akan didapat. Tentu saja jaminannya adalah surga. Karena dengan menulis seorang hamba akan memberikan ilmu pengetahuan kepada generasi yang akan datang. Tentu saja Allah tidak akan menyia-nyiakan perbuatan hamba-Nya. Allah berfirman: “Barangsiapa yang mengerjakan kebaikan sekecil apapun, niscaya ia akan melihat balasannya.” (QS. Az Zalzalah : 7). Dan pena sebagai alat untuk menulis telah digunakan oleh Allah untuk bersumpah di dalam Al-Qur’an. Allah berfirman : “Demi pena dan apa yang  dituliskannya.” (QS. Nun : 1). Ayat ini mengartikan betapa pena dan tulisan memiliki keutamaan dan kemulyaan dihadapan Allah.
Demikianlah beberapa manfaat tulisan menurut pandangan Islam yang telah mencapai kesempurnaan. Islam juga pernah mengalami masa keemasan karena begitu menghargainya tentang tulisan sebagai sarana untuk mengembangkan ilmu pengetahuan. Dengan bukti adanya Al-Qur’an dan Hadits yang sampai saat ini masih bisa kita pelajari karena berkat dari manfaat tulisan. Selamat membaca. Apabila tulisan ini kurang bisa dipahami mohon maaf dan mari kita diskusikan bersama. Wallahu A’lam Bishawab.

Bangilan, 18 Juni 2017.

*Penulis anggota komunitas Kali Kening bangilan.





Label:

Kamis, 15 Juni 2017

Awas Virus Lebaran!

https://faiimedia.wordpress.com/2016/01/31/sujud-tilawah-sunnah-yang-hampir-punah/

Oleh. Rohmat Sholihin*
Sebentar lagi lebaran tiba. Hati senang bukan buatan. Segala persiapan untuk menyambut bulan syawal, bulan untuk saling memaafkan diantara dosa-dosa yang telah singgah di hati kita, baik disengaja maupun tak disengaja. Dengan serba baru, mulai dari baju baru, sepatu baru, sandal baru, kopyah baru, jilbab baru, cat rumah baru, mobil baru, sepeda motor baru, perhiasan baru, semua serba baru. Belum lagi berbagai macam aneka masakan, opor ayam, ketupat, kare ayam, becek, sate, rawon, soto tak ketingglan pecel lodeh dan kue juga dipersiapkan dimeja-meja perjamuan masing-masing, kacang utis, kacang goreng, keripik singkong, keripik pisang, keripik sukun, gapit, madu mongso, sagon, kurma, juga minuman sirup, air mineral kemasan,  lengkap tak ada yang ketinggalan, semua sibuk menyiapkan segala sesuatu untuk menyambut bulan syawal yang penuh keberkahan dimana diri kita kembali fitri, terlahir kembali setelah sebulan melaksanakan ibadah puasa di bulan suci Romadlon. Semua bergembira menyambutnya diiringi gema takbir illahi yang bertalu-talu dari surau-surau dan masjid-masjid diseluruh dunia. “Allahu akbar, Allahu akbar, Allahu akbar” kalimat takbir terus bersahut-sahutan tiada putus. Dunia menjadi bergetar, hati menjadi tertunduk, dan terurai air mata mengingat dosa-dosa yang terus kita ciptakan sendiri dengan begitu mudahnya, dosa menjadi hal yang biasa dilakukan secara terbuka dan bahkan diri ini bangga melakukannya tanpa mengenal takut. Menghasut, berbohong, memfitnah, menghujat, membunuh, melukai, memperkosa, menindas, mencuri, merampok, menipu, korupsi, menjadi perbuatan yang hampir setiap hari menghiasi kehidupan lapuk ini. Dan sampai kapan dosa-dosa itu terus menghantui pada kehidupan disekitar kita? “Allahu akbar, Allahu akbar, Allahu akbar,” kuatkanlah hati ini ya Allah dari keserakahan-keserakahan manusia yang telah berkoloni dengan syetan. Lindungilah hati kami beserta keturunanku dan keluargaku serta bangsaku dari perbuatan-perbuatan yang merugikan bagi diri sendiri dan orang lain. Di dalam bulan syawal ini tanganku menengadah memohon ampunan dari-Mu sebagai pencipta alam semesta ini. Kita hanyalah manusia yang tak punya kekuatan apapun di hadapan-Mu, ya Robbi. Kami hanya makhluk lemah yang bernama manusia ini yang telah Kau pilih menjadi kholifah dimuka bumi ini, meski hati kami banyak berlumur dosa dan kekurangan, meski kami sebagai bangsa yang merusak, dan suka berbuat onar, meghancurkan dan memporakporandakan tatanan-tatatan dan hukum-hukum yang telah Engkau tetapkan ya Robbi, Engkau masih memberikan keteduhan dengan sifat Maha-Mu, menyayangi, mengasihi dan memberikan segala rezeki kepada kami tanpa sedikitpun membedakan. Dalam puasa Romadlon ini, kesempatan demi kesempatan untuk berbuat kebaikan terbentang laksana samudera. Pintu-pintu langit telah Engkau buka, ampunan dan keridloan untuk umat Muhammad yang telah menjalankan ibadah puasa dan kebaikan-kebaikan selama didalam bulan suci menjadi kesempurnaan hidup yang berharga tiada banding, kemuliaannya melebihi harta kekayaan yang bertumpuk-tumpuk, kemewahan duniawi yang dipuja-puja seperti tuhan, hingga kami menjadi lupa jika diatas semua itu masih ada Engkau, ya Allah yang telah mencukupi segala kebutuhan diri ini. Izinkan aku bersujud pada-Mu, menebus dan melebur kelalaian-kelalaian yang begitu mudahnya kulakukan. Sebentar lagi, bulan istimewa Romadlon akan berlalu. Mudah-mudahan Engkau menempatkan kami sebagai umat Muhammad yang beruntung, umat yang menang setelah bertempur dengan hawa nafsu selama kurang lebih satu bulan sebagai ujian bahwa kami  harus bersabar menahan hawa nafsu, godaan yang terus berdesir dalam diri ini. Membentuk kekuatan iman kami agar menjadi iman yang imun terhadap virus-virus kelalaian-kelalaian yang semakin edan, menebar menyerang seisi dunia yang mulai merapuh ini. “Allahu akbar, Allahu akbar, Allahu akbar,” kemenangan ini bukanlah kemenangan untuk kelalaian tapi kemenangan akan kesabaran dan ketabahan terhadap ujian-ujian oleh hawa nafsu duniawi yang fana, kemenangan ini bukanlah kemenangan sesaat, ber-eforia dijalan-jalan, merayakan dengan minuman keras, teler, menghisap ganja, menelan pil ekstasi, berjoget ria, seks bebas, berteriak-teriak sesuka hati, karena besok tak lagi menjalankan ibadah puasa, besok diri ini bebas kembali makan, minum, sepuas-puasnya, bebas dari puasa, makan dengan hidangan-hidangan yang telah disiapkan pada meja-meja perjamuan dengan menggunakan baju baru, sandal baru dan perhiasan baru. Seakan-akan merayakan lebaran bukan merayakan kemenangan dari ujian-ujian terhadap kesabaran dan ketabahan, tapi merayakan kemenangan dan kebebasan untuk kembali menghasut, fitnah, menggunjing, mencuri, berzina, merampok, korupsi, bohong, karena puasa suci Romadlon telah lewat. Virus-virus kemaksiatan kembali menyebar menghantui musim lebaran yang telah membuat diri kita kembali bersih, semoga iman kita benar-benar imun terhadap godaan-godaan zaman yang semakin mencekam. “Allahu akbar, Allahu akbar, Allahu akbar.”Aku bersimpuh kembali pada-Mu ya Allah. Laakhaulawalakuwwataillabillahilaliyyiladziim. Allahu akbar, Allahu akbar, Allahu akbar walillaahilkhamdu.


Bangilan, 16 Juni 2017.

*Penulis anggota komunitas kali kening Bangilan.

Label:

Rabu, 14 Juni 2017

Puisi



Oleh. Rohmat Sholihin
Puisi merupakan salah satu cara untuk meluapkan emosi sesuai dengan ekspresi yang diinginkan oleh penyair. Penyair ibarat pemecah sandi kata-kata dalam puisi melalui bahasa yang akan disampaikan. Ada banyak maksud dan tujuan penyair dalam menuliskan kata-kata, namun puisi tidak harus menjadi milik penyair saja, puisi bisa menjadi bagian hidup dan berada ditengah-tengah hinggar-bingar kehidupan yang serba kompleks ini. Puisi adalah pencapaian budaya setiap manusia, melalui kontemplasi dengan melihat kejadian-kejadian yang menarik disekitarnya. Puisi seperti duta, merubah dan mendobrak tradisi yang mulai menyimpang dalam masyarakat yang mulai jengah terhadap ketertindasan dan ketidakadilan yang telah diciptakan sendiri oleh bangsa manusia, bukan bangsa yang lain. Ada banyak kelalaian-kelalaian manusia yang nilainya tanpa batas, menembus zaman-zaman mulai manusia itu diciptakan Tuhan hingga sekarang seakan kelalaian tiada mau berhenti. Selalu ada mengikuti bangsa manusia mulai bermamah biak dan beranak. 
Puisi seakan menyampaikan pesan sejarah sebagai makna abadi. Karena dituliskan dalam bentuk aksara. Seandainya puisi hanya diucapkan saja ia akan hilang ditelan sunyi. Luruh oleh waktu tanpa bekas, hanya berupa angin sepoi-sepoi berhembus membawa puisi itu pergi. Seperti lolongan anjing yang membaung, sekejap begitu mencekam, tapi tak kurang dari berapa menit ia akan hilang ditelan sunyi kembali mencair oleh suara alam. Puisi lekat dalam karya sastra, ia tulisan dan menjadi bagian karangan hasil imajinasi manusia. Setiap baris yang telah membentuk bait mengindikasikan muatan dari penyair. Bebas apa yang akan disuarakan. Puisi tak ada batas, puisi akan selalu ada menemani kehidupan manusia hingga menuju kematian.
            Puisi tak luput dari estetika, daya menarik dari puisi adalah keindahan yang ada dalam pilihan kata-kata yang sanggup menghipnotis jiwa seseorang. Kalaupun toh aku boleh memilih aku lebih suka memilih puisi yang mampu menjungkalkan kekuasaan, bagaimanapun bentuknya, termasuk puisi yang sanggup merayu hati perempuan menjadi bidadari yang tercantik seisi alam raya, merontokkan hatinya, meluruhkan jiwanya, hingga tak sadar ia masuk perangkap kata-kata dan mabuk kepayang. He..he…sentimentil.
Melawan dengan puisi tidak semua orang bisa. Peran dan tangggung jawab puisi dalam Indonesia bergerak cukup besar. Hampir semua pujangga bekerja keras untuk mencari kata-kata perlawanan untuk menuju Indonesia merdeka. Semua pujangga berkontemplasi untuk membakar semangat rakyat Indonesia yang tidak punya keberanian untuk melawan penjajahan. Seakan-akan puisi mempunyai magnet kuat untuk menggerakkan massa, menggempur musuh dan berteriak lantang, “hidup atau mati, sekali merdeka tetap merdeka,” menjadi slogan kuat jiwa perlawanan. Ribuan massa pun bergerak, bersatu dan melawan.

Puisi dimanapun tempatnya bisa menjadi warna yang bisa memoles pikiran seseorang. Berpuisilah meski kau tak bisa. Paksa. Puisi akan selalu ada dalam denyut nadimu dan terbawa kemanapun kau berpaling dari kesulitan hidup yang sangat berat sekalipun. 

Label:

Selasa, 13 Juni 2017

Mengunjungi Museum Kambang Putih Tuban


Peserta didik MI Salafiyah Bangilan sedang melakukan wawancara kepada petugas Museum Kambang Putih Tuban yang dikelola oleh Pemkab Tuban. Foto. Rohmat S.
Oleh. Rohmat Sholihin*
            Berkunjung ke museum? Sepertinya kurang menarik lagi, apalagi untuk usia anak-anak. Berkunjung ke museum bagaikan melihat kejadian-kejadian masa lampau yang telah disimpan untuk dipelajari dan dikenang. Sangat membosankan dan menyeramkan, tiada hiburan yang menyenangkan bagi anak-anak, museum hanya memperlihatkan benda-benda antik dan kuno. Namun, ternyata betapa pentingnya museum bagi perkembangan pola pikir anak untuk mengetahui beberapa peristiwa yang pernah terjadi dilingkungan sekitarnya. Sebagai sarana edukasi yang paling efektif dan murah meriah. Anak harus terus diperkenalkan kepada benda-benda yang mengandung banyak sejarah dengan tujuan agar anak tak lapuk dengan sejarah kehidupan lingkungan sekitarnya. Anak akan menjadi wakil zamannya ketika ia diperkenalkan bagaimana dalam menyikapi lingkungan tempat ia hidup, peristiwa apa saja yang pernah terjadi dan pernah dilakukan oleh generasi sebelumnya. Betapa pentingnya makna sejarah bagi perkembangan pola pikir anak. Seperti ungkapan yang pernah dikatakan oleh Soekarno: jangan sekali-kali melupakan sejarah, dosa besar. Di dalam nilai-nilai Alquran juga mengajarkan bagaimana pentingnya kita dalam memaknai sejarah yang pernah terjadi sebagai pelajaran di kemudian hari, agar jangan sampai kita terjerumus pada lubang yang sama, ia akan menjadi pailit dan tidak beruntung.
            Sebagai pendidik yang berkarakter. Betapa pentingnya mengajak anak didik berkunjung ke museum untuk melihat, menulis, serta mendokumentasikannya sebagai kekayaan literatur. Bahwa benda-benda yang telah tersimpan dalam museum itu bukanlah benda yang tiada arti, tak berguna. Orang yang sering menulis dan meneliti serta mengumpulkan benda-benda yang menarik, menarik secara ilmu pengetahuan tersimpan dalam bentuk literatur akan menjadi sumber kekayaan yang tiada kira. Seperti contoh, kekayaan tambang yang ada di Papua yang kini telah dikelola oleh PT Freeport, menambang jutaan hasil sumber daya alam berupa tembaga dan emas, bahkan juga uranium adalah hasil dari perjalanan oleh beberapa ilmuwan Inggris,  Belanda juga Austria. Pergi melakukan pendakian di gunung Cartenz Pyramid dengan bantuan suku Dayak Kalimantan yang terkenal dengan keberaniannya, Cartenz Pyramid merupakan gunung tertinggi di Indonesia yang berada di tanah Papua.  Selama mereka berhasil mendaki hingga puncak ia membawa gumpalan batu gunung yang telah dibawa dan disimpan dimuseum, walhasil ketika diteliti batu itu mengandung sumber daya alam yang eksotis dan menguntungkan. Setelah beberapa abad kemudian eksplorasi terhadap sumber daya alam di Papua itupun dilakukan secara besar-besaran hingga sekarang, dan ingat, hanya berawal dari hal sederhana yakni menyimpan gumpalan batu hitam, lusuh, dekil serta kusam dalam sebuah museum. Apa menariknya? Namun terkadang kita masih saja acuh tak acuh terhadap benda-benda purbakala yang banyak menyimpan peristiwa-peristiwa sejarah yang ada di sekitar kita. Padahal dari situlah proses peradaban manusia itu dibangun dari tahap ke tahap hingga sampai puncaknya. Peserta didik merupakan aset bangsa yang harus banyak tahu tentang kejadian-kejadian sejarah dikehidupan sekitarnya.

Prasasti Linggayoni yang telah ditemukan di desa Banjarworo oleh Ki Bayan Tasiman dari Banjarworo. Peninggalan pada zaman kerajaan Majapahit yang menandakan tentang kesuburan orang-orang Jawa baik laki-laki maupun perempuan pada masa itu sesuai dengan patungnya yang menyerupai alat kelamin laki-laki dan perempuan. Koleksi Museum Kambang Putih Kabupaten Tuban. Foto. Rohmat S.
            Peserta didik MI Salafiyah Bangilan kelas 6a dan 6b sedang mengunjungi Museum Kambang Putih Tuban dalam program (The Culture Education), program pengembangan pengajaran yang berbasis kebudayaan terutama kebudayaan lokalitas seputar Tuban. Program ini bertujuan untuk memperkenalkan kebudayaan lokalitas Tuban kepada peserta didik agar dikemudian hari kebudayaan-kebudayaan lokalitas Tuban tidak mengalami kepunahan. Seperti seni Kentrung Bate yang pada saat ini berada diambang kepunahan karena tak ada proses regenerasi. Dan lebih memprihatinkan lagi ketika generasi muda sekarang banyak yang tidak tahu keberadaannya apalagi muatan yang berada dalam falsafah Kentrung Bate yang legendaris itu. Dalam Museum Kambang Putih Tuban banyak benda-benda peninggalan seperti; Linggayoni, penghargaan kalpataru pada zaman kerajaan Majapahit, bedug Sunan Bonang, uang kuno, guci Mongolia, perangko, senjata-senjata tajam (parang, kapak, bendo), senjata-senjata pusaka (keris, pedang, tombak), foto-foto, wayang, barongan, panci raksasa (alat untuk membuat bubur pada zaman Sunan Bonang), seni batik gedog, seni kuda lumping, Al Quran kuno, dan masih banyak lagi.

Peserta didik MI Salafiyah Bangilan sedang mengamati Penghargaan Kalpataru kuno, lumpang dari batu, dan panci besar untuk memasak bubur Arab yang tersimpan di museum Kambang Putih Tuban. Foto. Rohmat S.

Bedug kuno Masjid Agung Tuban. Foto. Rohamt S.
            Hubungan museum dan pendidikan merupakan hubungan saling menguntungkan, bagaikan dua sisi mata uang yang tidak bisa dipisahkan, membangun museum bagaikan membangun institusi pendidikan karena sama-sama memberikan pengetahuan-pengetahuan yang terus untuk diteliti. Ada beberapa pendapat tentang hubungan antara museum dengan pendidikan, "Museums of whatever kind all have the same task--to study, preserve, and exhibit objects of cultural value for the good of the community as a whole (UNESCO). ....any permanent institution which conserves and displays for purposes of study, education, and enjoyment collections of objects of cultural or scientific significance (International Council of Museums); dari beberapa definisi diatas dapat digaris bawahi bahwa terdapat nilai dasar yang menjadi fondasi museum yaitu, melalui pendidikan, masyarakat disadarkan akan tingginya nilai yang dikandung dalam koleksi museum dan memberi mereka kesempatan untuk memperluas wawasan. Termasuk wawasan bagi peserta didik MI Salafiyah Bangilan. Semangat.

Bangilan, Juni 2010.
*Penulis guru MI Salafiyah Bangilan anggota komunitas literasi Kali Kening Bangilan-Tuban.



Label:

Minggu, 11 Juni 2017

Buku Harian Itu

“Awal Bertemu”
SMU Muallimin Tuban angkatan ’98. Di desa Bangbilo-Tuban.

Oleh. Rohmat Sholihin*

Kisah ini mendekam dalam buku harianku selama 20 tahun. Kusam, berdebu, bisu dan sunyi. Terkulai lembut dalam setiap lembarannya, seakan menari-nari ingin mengungkap segala kisah yang pernah terjadi antara kita. Bercanda, tawa, keluh, kesah berbondong-bondong silih berganti. Menghiasi kehidupan yang pernah kita gapai bersama, mengais harapan dan mimpi dengan satu tujuan melukis jati diri yang masih buram, seburam usia kita yang masih belia kala itu. Menapaki masa remaja seperti menapaki bukit dan gunung, ada banyak angan-angan tinggi dalam benak seakan-akan ingin direbut semuanya dengan modal tekad dan keyakinan yang masih prima. Dan 20 tahun berlalu bukanlah waktu singkat. Berlalu terseok-seok laksana pedati menaiki jalan terjal, berat dengan segala kisah dan kesulitan-kesulitan yang ada dihadapan kita. Meski kesulitan itu tidaklah sama antara yang satu dengan lainnya. Setidaknya kita sama-sama menghadapi segala kesuh kesah kehidupan yang telah kita capai hari ini dengan rasa syukur yang mendalam
. Dan selama itu pula aku belum pernah membukanya lagi. Buku harian itu tetap damai dalam sangkarnya yang penuh dengan sarang laba-laba. Alhamdulillah hari ini Allah menemukan kisah “kebersamaan” kembali dalam keadaan sehat dan tetap ceria seperti dulu. Senyum manis saling menghias, mata lentik terlihat berbinar-binar seakan ada luapan emosi yang sulit dijelaskan dan itu intinya hanya satu yaitu bahagia, semua kesedihan, muram, suntuk, seakan hilang dalam ingatan, berganti kisah baru hari ini semenjak 20 tahun silam mendekam seperti dalam buku harian itu. Saatnya buku harian itu terbuka lagi, kita isi dengan keluh kesah baru yang lebih indah dari sebelumnya.
9 Juni 2017.
Memasuki puasa ke-14 pada bulan suci Romadlon 1438 H.
             Bertemu di rumah sahabat Siti Arofiah, Bangbilo-Tuban.
Setelah hampir 20 tahun tidak pernah bertemu, akhirnya bisa bertemu kembali dirumah sahabat Siti Arofiah dalam keadaan sehat wal afiat. Alhamdulillah. Kebersamaan itu indah.

Pukul menunjukkan 16.15 WIB. aku dengan sahabat Zondong telah sampai dirumah Siti Arofiah. Setelah melakukan perjalanan dari desa Bangilan menuju Tuban. Kulihat ada beberapa sahabat lama alumni SMU Muallimin angkatan 1998 telah berdiri didepan rumah untuk memberikan tanda keberadaan lokasi meski sahabat Zondong telah menemukan lokasinya dengan pelacak sistem GPRS. Namun, sahabat-sahabat sangat antusias untuk menyambat kita  sebagai sahabat lama yang telah 20 tahun lebih tidak pernah bertemu secara langsung, semenjak lulus dari SMU Muallimin Tuban sampai sekarang, aku dan Zondong turun dari mobil dan langsung berjabat tangan dengan mereka, suasana penuh kebahagiaan atas limpahan nikmat serta rezeki yang melimpah yaitu berupa kesehatan. Namun tidak kurang dari lima menit berlangsung, kalimat-kalimat iseng sebagai pertanda guyonan alias gojlokan mulai menyebar seperti aroma rindu. Rindu setelah bertahun-tahun tak pernah bertemu, meski hujan, meski panas, meski angin, dan meski embun-embun bertebaran menyelimuti kisah kita, Rindu itu tetap menjadi hujan dengan rintik-rintiknya yang setia menyirami kisah kita bersama.
20 tahun bukanlah waktu yang singkat kawan. Bertemu lagi sungguh suatu kebahagiaan.

Ada banyak perubahan dari sahabat-sahabat mulai dari penampilan, cara bicara, lifestyle, datang dengan anak tercinta bahkan cara memandangnya dengan mata yang penuh penasaran. Ah, maklum waktu yang telah merubah semuanya meski secara naluriah mereka tetaplah sama seperti yang dulu, tulus, ikhlas, dan tetap tersenyum dengan manis tanpa luka. Benar-benar serasa berada kembali pada tahun 1998-an. Salut pada beberapa sahabat (Siti Arofiah, Naning Nur Cahyani, Eni, Efti, Helmi, Khusnul, Siti Suadah, dan tak lupa Warsono alias Zonedong atas kesediaanya untuk berangkat), atas waktunya untuk menjembatani pertemuan kecil ini menjadi penuh makna, bersahabat, dan penuh kekeluargaan. Meski masih hanya beberapa sahabat yang bisa hadir tapi mampu memberikan angin kebaikan untuk bersilaturrohmi. Dan semoga tahun depan agenda pertemuan dan buka bersama dalam mengisi bulan suci Romadlon selalu terwujud secara rutin, dan bagi sahabat yang belum bisa hadir karena beberapa kesibukan-kesibukan penting lainnya bisa ikut bergabung dan meramaikan acara seperti ini dikemudian hari. Dan kita semua yakin sahabat-sahabat yang lain pasti mendukung. Aamiin..
Tak terasa waktu terus berlalu, kurang lebih 1,5 jam kami mengobrol tentang berbagai macam isu, baik isu terbaru maupun isu yang telah lewat bertahun-tahun, kami telah bernostalgia dengan penuh haru biru, tertawa terpingkal-pingkal, bahkan menjerit-jerit histeris. Jika sudah seperti itu, tak terasa bahwa posisi kita telah menjadi orang tua bagi anak-anak kita dirumah sedikit sirna, begitulah ketika orang tua yang telah melalui masa muda bergumul kembali dengan kenangan yang sulit terlupakan dan itu kembali hadir menghiasi permukaan otak sadar kita, akupun ingat syair lagu dari penyanyi BCL bahwa kita pernah muda: biarkanlah saja dulu kita jalan berdua, mereka pun pernah muda, saatnya kau dan aku sekarang….  , dan teriakan histerisnya mirip dari lagu Bang Haji Rhoma Irama, Darah Muda, darahnya para remaja…. Meski ada beberapa sahabat yang lain terbawa suasana lagu evergreen, forever young, I want to be forever young….forever young, dengan membuka kertas plastik berwarna putih yang berisi bedak. Oh bedak….he2….



Luar biasa…sahabat-sahabat…luar biasa…

            Dug…dug….beduk maghrib pun bertalu-talu, suara adzan maghrib dari surau sebelah begitu indah, seindah kebersamaan kita. Mari kita berbuka puasa bersama-sama. Semoga amal ibadah kita diterima oleh Allah swt. Aaminn. Juga awal pertemuan ini dapat menjadi berkah. (Bersambung),

Bangbilo-Tuban, 9 Juni 2017.


*Penulis alumni SMU Muallimin Tuban angkatan ’98.

Label:

Rabu, 07 Juni 2017

Melihat Petani Semangka di Dusun Ngrayung Kedungharjo Bangilan-Tuban



Peserta didik MI Salafiyah Bangilan berkunjung untuk mengamati keadaan lahan dan petani semangka di dusun Ngrayung-Bangilan-Tuban. Foto. Rohmat S.

Oleh. Rohmat Sholihin,S.Pd*

MIS.BIA. Berkunjung dan bermain ke sawah memang sangat menyenangkan. Melihat tumbuhan hijau terbentang luas, anak sungai berkelok-kelok, burung-burung beterbangan,  seakan otak kita kembali segar dan fresh. Rasa kantuk dan jenuh akan menghilang berganti dengan keceriaan. Dunia anak-anak tak lepas dari suasana keceriaan, dalam hati dan pikirannya selalu saja kisah menyenangkan dan mengasyikkan. Seperti yang dilakukan oleh peserta didik MI Salafiyah Bangilan kelas 4 ini dalam pembelajaran Bahasa Indonesia untuk bertemu langsung dengan petani semangka dan ingin bertanya jawab tentang pembudidayaan tanaman semangka. Semangka merupakan salah satu jenis buah yang sangat populer di Indonesia; dengan rasa yang manis dan kandungan air yang tinggi, semangka dapat menjadi alternatif pilihan buah yang menyehatkan dan juga menyegarkan. Ada beberapa jenis semangka yang cukup populer; semangka merah dan semangka kuning serta semangka non biji merupakan jenis yang paling dikenal. Sedangkan semangka lain seperti semangka inul dan semangka kotak juga mulai dikenal oleh masyarakat.
            Area persawahan itu tak jauh dari lingkungan MI Salafiyah Bangilan, hanya butuh beberapa menit ditempuh dengan bersepeda. Jalanan yang sudah beraspal sebagai jalan alternatif antara dusun Ngrayung dengan desa Kedungharjo yang membelah persawahan yang sangat luas berhektar-hektar dari kecamatan Bangilan sampai kecamatan Singgahan dan kecamatan Senori. Terkadang hati ini juga heran ketika melihat sawah yang membentang luas, hasil yang melimpah, kualitas terbaik, tapi kenapa rata-rata kehidupan masyarakat kita masih terbilang rendah. Baik secara pola pikir dan penghasilan dalam kehidupan berekonomi. Masih saja banyak dialami oleh berbagai lapisan masyarakat kita tidak kuat untuk bertahan dalam memenuhi kebutuhan hidup yang serba menuntut. Mereka banyak mencari pekerjaan keluar negeri sebagai tenaga kasar. Dengan iming-iming gaji tinggi namun mereka lupa bagaimana cara bertahan hidup dan mengembangkan life skill di tanahnya sendiri yang luas, gemah lipah loh jinawi. Terkadang juga rela tanah-tanah itu dijual untuk modal pergi keluar negeri. Ironis. Dan setidaknya tujuan pembelajaran dengan cara melakukan wawancara dengan petani semangka di dusun Ngrayung-Kedungharjo-Bangilan-Tuban ini dapat memberikan gambaran nyata proses pendidikan pada peserta didik bahwa tanah-tanah disekitar kami adalah tanah subur dengan petani yang bekerja dengan sabar dan ulet. Petani-petani kita yang kebanyakan berusia hampir diatas kepala 40-an lebih itu tiada lelah berdarma bakti kepada tanah-tanah. Dan sangat jarang menemukan petani muda dengan skill yang ulet dan tangguh dalam mengembangankan hasil pertanian, ada tapi juga tidak banyak. Kebanyakan pemuda bekerja ke kota untuk mencari sumber penghasilan yang layak dan lebih mapan. Beberapa tahun ke depan petani-petani kita akan menjadi punah karena tak ada regenerasi. Generasi muda merasa ogah untuk menjadi petani karena masa depan tidak menjanjikan.
            Padahal jika tanah-tanah yang subur itu dikelola dengan baik akan banyak mendatangkan penghasilan besar dan melimpah. Intinya para petani harus punya banyak variasi dan kreatif dalam menanam aneka tanaman yang menghasilkan banyak keuntungan sesuai dengan jenis tanah dan cuaca. Seperti membudidayakan semangka. Berikut ini hasil kunjungan peserta didik MI Salafiyah Bangilan kelas 4 untuk bertanya jawab dengan petani semangka dari dusun Ngrayung-Kedungharjo-Bangilan-Tuban yang bernama Bapak Kusno.

Bapak Kusno, petani semangka dari Ngrayung Kedungharjo-Bangilan-Tuban. Foto. Rohmat S.
Beberapa pertanyaan dari peserta didik MI Salafiyah Bangilan dan telah dijawab oleh beliau, Bapak Kusno:
1.      Bagaimana jenis tanah yang cocok untuk tanam semangka?
Jawaban Bapak Kusno:
Tanah yang cocok untuk tanaman semangka paling bagus itu adalah tanah yang berpasir karena hampir tidak ada pengolahan khusus, lebih mudah dan lebih hemat dalam mengolahnya. Meski tanah yang tidak berpasir juga bisa akan tetapi membutuhkan waktu untuk mengolahnya menjadi remah atau gembur. Namun jenis tanah disekitar lahan pertanian ini hampir bisa dan cocok untuk tanaman semangka. Tergantung bagaimana cara merawatnya. Bisa telaten atau tidak, merawat semangka itu seperti merawat bayi. Perlu kesabaran dan ketelatenan. Terutama harus rajin menyiram pagi dan sore, juga harus memerhatikan perkembangan bibit nya, jangan sampai beberapa penyakit menjangkitinya. Mulai dari jamur dan ulat.
2.      Apakah cuaca sangat berpengaruh untuk tanaman semangka?
Jawaban Bapak Kusno
Sangat berpengaruh, tanaman semangka tidak cocok untuk ditanam dilahan yang berair seperti padi. Semangka sangat cocok ditanam pada saat musim kemarau dimana suhu kurang lebih antara 25-30 derajat celcius. Jadi ketika turun hujan yang berlebihan sampai airnya menggenang bisa membuat buah semangka menjadi membusuk dan tidak laku untuk dijual, kita jadi rugi
3.      Jarak tanam bibit semangka berapa pak?
Jawaban Bapak Kusno:
Jarak antar tanaman sekitar 100 cm dengan lebar bedengan sekitar 3 meter untuk sistem tanam tunggal dan 6 hingga 7 meter untuk sistem tanam ganda dengan bedengan setinggi kurang lebih 50 cm.
4.      Pupuk apa yang paling cocok untuk tanaman semangka?
Jawaban Bapak Kusno:
Pupuk yang paling cocok itu pupuk organik atau pupuk kandang karena dapat meningkatkan kesuburan tanah. Akan tetapi dizaman sekarang orang lebih suka pakai pupuk kimia buatan pabrik lebih cepat dan pragmatis namun kendalanya jika terlalu banyak akan menimbulkan permasalahan baru terhadap masa depan kesuburan tanah itu sendiri.
5.      Bagaimana pembibitannya pak?
Jawaban Bapak Kusno:
Untuk bibit banyak kita dapatkan ditoko pertanian. Bibit dipersiapkan dengan cara menanam atau menyemai biji; biji dikecambahkan dengan cara dibasahi dan diperam dalam kertas sampul atau koran selama 1 sampai 2 hari. Setelah biji berkecambah kemudian dipindahkan ke media persemaian. Bibit dengan calon akar sepanjang 2mm dapat disemai dalam polibag dengan kedalaman 1 hingga 1,5 cm. Letakkan polibag atau kantong persemaian di bawah sinar matahari dan disiram 1 sampai 2 kali sehari sampai dengan bibit berumur 12 hingga 14 hari sebelum dipindahkan ke lahan tanam. Dalam proses pembibitan ini kita harus sabar nak. Kalau tidak sabar dan telaten dalam bercocok tanam kita tidak akan menuai hasil panen yang baik.
6.      Bagaimana cara pemindahannya bibit yang masih dipolibag ke lahan pak?
Jawab Bapak Kusno:
Setelah biji disemaikan selama 12 hingga 14 hari maka akan ada 2 hingga 3 lembar daun yang tumbuh; waktu pemindahan sebaiknya dilakukan sore hari dengan cara memasukkan bibit beserta tanah ke dalam lahan dengan melepas polibag yang digunakan untuk menyemai. Adapun cara tanam semangka dengan jarak pohon dengan tanam sistem tunggal yang ideal adalah 90 hingga 100 cm x 3 meter; sedangkan dengan sistem ganda atau dua baris tanaman dengan jarak 90 hingga 100 cm x 6 atau 7 meter. Dan kita sudah bisa menyirami dengan hati-hati dengan kadar air yang sedang jangan sampai terlalu kebanyakan. Pertumbuhan dan perkembangan harus selalu kita pantau dengan seksama, biasanya dalam pemindahan ada beberapa bibit yang tak bisa tumbuh atau mati oleh beberapa sebab, hewan, atau daya tahan benih yang kurang baik maka dari itu perkembangan benih harus selalu diperhatikan.
7.      Bagaimana untuk pemupukannya pak?
Jawab Bapak Kusno:
Adapun salah satu proses perawatan tanaman adalah dengan penggunaan pupuk kandang; pilih kondisi pupuk kandang yang benar–benar sudah jadi. Pupuk kandang yang belum jadi akan membuat tanaman semangka kerdil atau layu. Pupuk organik dapat digunakan sebagai alternatif pemupukan selain penggunaan pupuk ZA, Urea, TSP dan KCl. Jenis tanah juga menjadi bahan pertimbangan pemupukan; tanah berpasir memerlukan pupuk lebih banyak dibandingkan jenis tanah yang lebih liat.
8.      Bagaimana cara pemeliharaannya pak?
Jawab Bapak Kusno:
Adapun alternatif cara budidaya semangka intensif adalah dengan menggunakan plastik hitam perak; pemupukan dapat dilakukan hanya sekali saja. Selain itu dengan penggunaan plastik hitam yang rapat dengan tanah bedengan dapat mencegah rumput serta gulma untuk tumbuh di sekitar tanaman semangka. Plastik dengan sisi perak menghadap ke matahari juga berfungsi menjaga suhu tanah serta menjaga kelembaban tanah sehingga mengurangi keperluan penyiraman.
Sedangkan untuk mengatur jumlah kapasitas buah dengan pangkal batang ini harus disesuaikan, sisakan 1 atau 3 buang semangka yang terletak kurang lebih 1 meter dari pangkal batang. Semangka jenis besar sebaiknya menyisakan 2 buah saja dalam satu batang; sedangkan untuk jenis semangka kecil dapat disisakan sebanyak 3 hingga 4 buah. Dan panen dapat dilakukan setelah 65 hingga 75 hari sejak bibit dipindah tanam.
Tanaman semangka juga perlu penyuluran ranting; hal ini dimaksudkan agar ranting tidak terlalu berhimpit. Posisi ranting yang berhimpitan dapat menyebabkan bunga mudah rontok serta memudahkan timbulnya penyakit. Pendangiran diperlukan untuk lahan tanpa penggunaan plastik hitam perak. Ketika bibit semangka mulai tumbuh sepanjang 50 cm maka seresah dapat dipasang; ketika buah semangka mulai muncul juga perlu diberi alas.
Oh iya nak, dalam bercocok tanam apapun kita harus yakin dari awal ketika akan memulainya. Awali membaca bismillah dan memohon kepada sang pemberi rezeki yaitu Allah agar kita tenang, tidak merasa resah dan gusar ketika kita menemui kesulitan apapun, dan bersabarlah serta harus bekerja keras.


Bersama dengan istri pak Kusno di lahan semangka. Foto. Rohmat S.
Begitulah tanya jawab peserta didik MI Salafiyah Bangilan dengan pak Kusno yang didampingi istri tercinta yang selalu setia mendampinginya di sawah. Petani semangka yang ulet dan suskes. Semoga kunjungan ini membawa manfaat dan semoga usaha pak Kusno dalam membudidaya tanaman semangka dapat mencapai panen yang sangat melimpah dan berhasil. Aamiin. Tak berapa lama kami pun kembali ke Madrasah untuk menuliskan hasil tanya jawab dengan rapi kemudian dikumpulkan.
Bangilan, November 2006.
*Penulis Guru MI Salafiyah Bangilan.







           




Label:

Selasa, 06 Juni 2017

BERKUNJUNG DI KEBUN JAGUNG MILIK BAPAK M.SUTRISNA DESA PULUT-BANGILAN



Peserta didik MI Salafiyah Bangilan kelas 6b melakukan wawancara dengan petani jagung bapak M. Sutrisna di desa Pulut-Bangilan. Foto. Rohmat S.

Oleh. Rohmat Sholihin, S.Pd
            MIS. BIA. Hari cerah, secerah semangat anak-anak kelas 6b yang akan mengadakan kunjungan dan interpiu kepada petani jagung didesa Pulut-Bangilan. Namanya bapak M. Sutrisna. Petani sukses yang berasal dari Pulut-Bangilan yang selalu berhasil dalam mengembangkan lahan pertaniannya, mulai hasil tanaman padi, tanaman kedelai, tanaman kacang hijau, tanaman jagung bahkan sampai tanaman semangka dan melon. Laki-laki separoh baya ini juga salah satu pengajar di MI Salafiyah Bangilan mulai tahun 1987 sampai sekarang. “Dalam melakukan apapun harus kita awali dengan niat yang baik dan tulus serta ikhlas menerima hasil yang akan kita dapatkan, tak boleh ngersulo atau grundel apalagi sampai marah-marah” ucap lulusan pondok pesantren Al Anwar Sarang-Rembang-Jawa Tengah ini diawal membuka wawancara dengan peserta didik MI Salafiyah Bangilan dengan semangat. Dalam wawancara ini peserta didik MI Salafiyah Bangilan kami singkat MIS dan M, Sutrisna kami singkat MS. Berikut ini petikan wawancaranya dengan bapak M. Sutrisna.
MIS                 : Assalamualaikum Pak Tris!
MS                  : Waalaikum salam, mari-mari kesini semua ayo kita cari tempat yang teduh
                        agar bincang-bincang kita bisa enak dan tidak kepanasan.
MIS                 : Baik pak, terima kasih.
MIS                 : Oh iya pak, sudah berusia berapa bulan ini tanaman jagungnya?
MS                  : Iya ini sudah berusia hampir 1,5 bulan.
MIS                 : Sudah pemupukan berapa kali pak? Dan pupuk apa yang dipakai?
MS                  : Pemupukan sudah 3 kali, pada usia 2 minggu, 2 minggu lagi dan ini sudah yang ketiga. Saya menggunakan pupuk dari pabrik NPK dan Urea. Hasilnya bisa anak-anak lihat, bagus apa tidak?
MIS                 : Bagus pak. Apakah pak Tris juga menggunakan pupuk dari kandang misalkan seperti kotoran sapi atau juga dari tumbuh-tumbuhan yang sudah membusuk istilahnya pupuk kompos.
MS                  : Ya harus pakai itu malah pertama kali kita menggunakan pupuk kompos dulu sebelum menanamnya. Baru ketika sudah tumbuh kita bisa menggunakan pupuk kimia seperti NPK dan UREA.
MIS                 : Oh begitu pak, terus ini tanaman jagungnya dipanen kurang berapa hari lagi?
MS                  : Tanaman jagung ini kita panen kurang 2 bulan lagi.
MIS                 : Bagaimana cara mematikan hama seperti ulat pak?
MS                  : Ah itu mudah sekali, cukup pada usia sekitar  3 minggu yang daun-daunnya sudah mulai memanjang baru kita lakukan penyemprotan dengan menggunakan obat kimia khusus membunuh ulat, jamur dan serangga.
MIS                 : Kira-kira ini semua hasil panen berapa ton ya pak?
MS                  : Ya kira-kira sekitar 3 ton.
MIS                 : Ini bibit jagungnya pakai bibit apa pak?
MS                  : Pakai bibit jagung Hibrida BISI.
MIS                 : Terima kasih pak atas wawancaranya yang telah berkenan menjadi nara sumber dalam wawancara ini.
MS                  : Sama-sama.
Wawancara pun selesai pukul setengah sepuluh. Kami sebelum balik pulang ke madrasah
Tercinta kami sempatkan untuk foto-foto dengan Pak Tris. Suasana senang, riang dan
gembira bisa bertemu dan berkunjung dikebun jagung milik pak M. Sutrisna.

Dengan sabar bapak M. Sutrisna selalu menjawab pertanyaan-pertanyaan dari peserta didik MI Salafiyah Bangilan. Foto. Rohmat S.


Bapak M. Sutrisna memberikan tanda tangan pada ruang tugas sebagai nara sumber. Foto. Rohmat S.

Meski hari semakin panas tapi semangat tetap membara untuk berwawancara dengan nara sumber petani jagung bapak M. Sutrisna. Foto. Rohmat S.

Peserta didik MI Salafiyah Bangilan sedang melihat tanaman jagung milik bapak M. Sutrisna. Foto. Rohmat S.

Sebelum balik ke madrasah foto dulu dengan bapak M. Sutrisna. Foto. Rohmat S.

Ini jagung masih ngatek atau sudah berbuah tapi masih sangat muda buahnya. Horeeee! Selesai wawancara langsung balik ke madrasah. Semangat. Foto. Rohmat S.

                        Demikian hasil wawancara peserta didik MI Salafiyah Bangilan dengan bapak
M. Sutrisna petani jagung dari Pulut-Bangilan. Semoga bermanfaat bagi proses pembelajaran
Kami dan menjadi ilmu yang selalu bermanfaat. Amin. Terima kasih.
                                               
                                                                                                Bangilan, 30 September 2014.






Label: