Buku Harian Itu
“Awal Bertemu”
SMU Muallimin
Tuban angkatan ’98. Di desa Bangbilo-Tuban.
Oleh. Rohmat Sholihin*
Kisah ini
mendekam dalam buku harianku selama 20 tahun. Kusam, berdebu, bisu dan sunyi. Terkulai
lembut dalam setiap lembarannya, seakan menari-nari ingin mengungkap segala kisah
yang pernah terjadi antara kita. Bercanda, tawa, keluh, kesah
berbondong-bondong silih berganti. Menghiasi kehidupan yang pernah kita gapai
bersama, mengais harapan dan mimpi dengan satu tujuan melukis jati diri yang
masih buram, seburam usia kita yang masih belia kala itu. Menapaki masa remaja
seperti menapaki bukit dan gunung, ada banyak angan-angan tinggi dalam benak
seakan-akan ingin direbut semuanya dengan modal tekad dan keyakinan yang masih
prima. Dan 20 tahun berlalu bukanlah waktu singkat. Berlalu terseok-seok
laksana pedati menaiki jalan terjal, berat dengan segala kisah dan
kesulitan-kesulitan yang ada dihadapan kita. Meski kesulitan itu tidaklah sama
antara yang satu dengan lainnya. Setidaknya kita sama-sama menghadapi segala
kesuh kesah kehidupan yang telah kita capai hari ini dengan rasa syukur yang
mendalam
. Dan selama
itu pula aku belum pernah membukanya lagi. Buku harian itu tetap damai dalam
sangkarnya yang penuh dengan sarang laba-laba. Alhamdulillah hari ini Allah
menemukan kisah “kebersamaan” kembali dalam keadaan sehat dan tetap ceria
seperti dulu. Senyum manis saling menghias, mata lentik terlihat berbinar-binar
seakan ada luapan emosi yang sulit dijelaskan dan itu intinya hanya satu yaitu
bahagia, semua kesedihan, muram, suntuk, seakan hilang dalam ingatan, berganti
kisah baru hari ini semenjak 20 tahun silam mendekam seperti dalam buku harian
itu. Saatnya buku harian itu terbuka lagi, kita isi dengan keluh kesah baru
yang lebih indah dari sebelumnya.
9 Juni 2017.
Memasuki puasa
ke-14 pada bulan suci Romadlon 1438 H.
Bertemu di rumah sahabat Siti Arofiah,
Bangbilo-Tuban.
Setelah hampir 20 tahun tidak pernah bertemu, akhirnya bisa bertemu
kembali dirumah sahabat Siti Arofiah dalam keadaan sehat wal afiat.
Alhamdulillah. Kebersamaan itu indah.
Pukul menunjukkan 16.15 WIB. aku dengan
sahabat Zondong telah sampai dirumah Siti Arofiah. Setelah melakukan perjalanan
dari desa Bangilan menuju Tuban. Kulihat ada beberapa sahabat lama alumni SMU
Muallimin angkatan 1998 telah berdiri didepan rumah untuk memberikan tanda
keberadaan lokasi meski sahabat Zondong telah menemukan lokasinya dengan
pelacak sistem GPRS. Namun, sahabat-sahabat sangat antusias untuk menyambat kita
sebagai sahabat lama yang telah 20 tahun
lebih tidak pernah bertemu secara langsung, semenjak lulus dari SMU Muallimin
Tuban sampai sekarang, aku dan Zondong turun dari mobil dan langsung berjabat
tangan dengan mereka, suasana penuh kebahagiaan atas limpahan nikmat serta
rezeki yang melimpah yaitu berupa kesehatan. Namun tidak kurang dari lima menit
berlangsung, kalimat-kalimat iseng sebagai pertanda guyonan alias gojlokan mulai menyebar seperti aroma rindu. Rindu
setelah bertahun-tahun tak pernah bertemu, meski hujan, meski panas, meski
angin, dan meski embun-embun bertebaran menyelimuti kisah kita, Rindu itu tetap menjadi hujan dengan
rintik-rintiknya yang setia menyirami kisah kita bersama.
20 tahun bukanlah waktu yang singkat kawan. Bertemu lagi sungguh suatu
kebahagiaan.
Ada banyak
perubahan dari sahabat-sahabat mulai dari penampilan, cara bicara, lifestyle,
datang dengan anak tercinta bahkan cara memandangnya dengan mata yang penuh
penasaran. Ah, maklum waktu yang telah merubah semuanya meski secara naluriah
mereka tetaplah sama seperti yang dulu, tulus, ikhlas, dan tetap tersenyum
dengan manis tanpa luka. Benar-benar serasa berada kembali pada tahun 1998-an. Salut
pada beberapa sahabat (Siti Arofiah, Naning Nur Cahyani, Eni, Efti, Helmi,
Khusnul, Siti Suadah, dan tak lupa Warsono alias Zonedong atas kesediaanya
untuk berangkat), atas waktunya untuk menjembatani pertemuan kecil ini menjadi
penuh makna, bersahabat, dan penuh kekeluargaan. Meski masih hanya beberapa sahabat
yang bisa hadir tapi mampu memberikan angin kebaikan untuk bersilaturrohmi. Dan
semoga tahun depan agenda pertemuan dan buka bersama dalam mengisi bulan suci
Romadlon selalu terwujud secara rutin, dan bagi sahabat yang belum bisa hadir
karena beberapa kesibukan-kesibukan penting lainnya bisa ikut bergabung dan
meramaikan acara seperti ini dikemudian hari. Dan kita semua yakin
sahabat-sahabat yang lain pasti mendukung. Aamiin..
Tak terasa
waktu terus berlalu, kurang lebih 1,5 jam kami mengobrol tentang berbagai macam
isu, baik isu terbaru maupun isu yang telah lewat bertahun-tahun, kami telah
bernostalgia dengan penuh haru biru, tertawa terpingkal-pingkal, bahkan
menjerit-jerit histeris. Jika sudah seperti itu, tak terasa bahwa posisi kita
telah menjadi orang tua bagi anak-anak kita dirumah sedikit sirna, begitulah
ketika orang tua yang telah melalui masa muda bergumul kembali dengan kenangan
yang sulit terlupakan dan itu kembali hadir menghiasi permukaan otak sadar
kita, akupun ingat syair lagu dari penyanyi BCL bahwa kita pernah muda: biarkanlah saja dulu kita jalan berdua,
mereka pun pernah muda, saatnya kau dan aku sekarang…. , dan teriakan histerisnya mirip dari lagu
Bang Haji Rhoma Irama, Darah Muda,
darahnya para remaja…. Meski ada beberapa sahabat yang lain terbawa suasana
lagu evergreen, forever young, I want to
be forever young….forever young, dengan membuka kertas plastik berwarna
putih yang berisi bedak. Oh bedak….he2….
Luar biasa…sahabat-sahabat…luar biasa…
Dug…dug….beduk
maghrib pun bertalu-talu, suara adzan maghrib dari surau sebelah begitu indah,
seindah kebersamaan kita. Mari kita berbuka puasa bersama-sama. Semoga amal
ibadah kita diterima oleh Allah swt. Aaminn. Juga awal pertemuan ini dapat menjadi berkah. (Bersambung),
Bangbilo-Tuban, 9 Juni 2017.
*Penulis alumni SMU Muallimin
Tuban angkatan ’98.
Label: Diary
0 Komentar:
Posting Komentar
Berlangganan Posting Komentar [Atom]
<< Beranda