Minggu, 11 Juni 2017

Buku Harian Itu

“Awal Bertemu”
SMU Muallimin Tuban angkatan ’98. Di desa Bangbilo-Tuban.

Oleh. Rohmat Sholihin*

Kisah ini mendekam dalam buku harianku selama 20 tahun. Kusam, berdebu, bisu dan sunyi. Terkulai lembut dalam setiap lembarannya, seakan menari-nari ingin mengungkap segala kisah yang pernah terjadi antara kita. Bercanda, tawa, keluh, kesah berbondong-bondong silih berganti. Menghiasi kehidupan yang pernah kita gapai bersama, mengais harapan dan mimpi dengan satu tujuan melukis jati diri yang masih buram, seburam usia kita yang masih belia kala itu. Menapaki masa remaja seperti menapaki bukit dan gunung, ada banyak angan-angan tinggi dalam benak seakan-akan ingin direbut semuanya dengan modal tekad dan keyakinan yang masih prima. Dan 20 tahun berlalu bukanlah waktu singkat. Berlalu terseok-seok laksana pedati menaiki jalan terjal, berat dengan segala kisah dan kesulitan-kesulitan yang ada dihadapan kita. Meski kesulitan itu tidaklah sama antara yang satu dengan lainnya. Setidaknya kita sama-sama menghadapi segala kesuh kesah kehidupan yang telah kita capai hari ini dengan rasa syukur yang mendalam
. Dan selama itu pula aku belum pernah membukanya lagi. Buku harian itu tetap damai dalam sangkarnya yang penuh dengan sarang laba-laba. Alhamdulillah hari ini Allah menemukan kisah “kebersamaan” kembali dalam keadaan sehat dan tetap ceria seperti dulu. Senyum manis saling menghias, mata lentik terlihat berbinar-binar seakan ada luapan emosi yang sulit dijelaskan dan itu intinya hanya satu yaitu bahagia, semua kesedihan, muram, suntuk, seakan hilang dalam ingatan, berganti kisah baru hari ini semenjak 20 tahun silam mendekam seperti dalam buku harian itu. Saatnya buku harian itu terbuka lagi, kita isi dengan keluh kesah baru yang lebih indah dari sebelumnya.
9 Juni 2017.
Memasuki puasa ke-14 pada bulan suci Romadlon 1438 H.
             Bertemu di rumah sahabat Siti Arofiah, Bangbilo-Tuban.
Setelah hampir 20 tahun tidak pernah bertemu, akhirnya bisa bertemu kembali dirumah sahabat Siti Arofiah dalam keadaan sehat wal afiat. Alhamdulillah. Kebersamaan itu indah.

Pukul menunjukkan 16.15 WIB. aku dengan sahabat Zondong telah sampai dirumah Siti Arofiah. Setelah melakukan perjalanan dari desa Bangilan menuju Tuban. Kulihat ada beberapa sahabat lama alumni SMU Muallimin angkatan 1998 telah berdiri didepan rumah untuk memberikan tanda keberadaan lokasi meski sahabat Zondong telah menemukan lokasinya dengan pelacak sistem GPRS. Namun, sahabat-sahabat sangat antusias untuk menyambat kita  sebagai sahabat lama yang telah 20 tahun lebih tidak pernah bertemu secara langsung, semenjak lulus dari SMU Muallimin Tuban sampai sekarang, aku dan Zondong turun dari mobil dan langsung berjabat tangan dengan mereka, suasana penuh kebahagiaan atas limpahan nikmat serta rezeki yang melimpah yaitu berupa kesehatan. Namun tidak kurang dari lima menit berlangsung, kalimat-kalimat iseng sebagai pertanda guyonan alias gojlokan mulai menyebar seperti aroma rindu. Rindu setelah bertahun-tahun tak pernah bertemu, meski hujan, meski panas, meski angin, dan meski embun-embun bertebaran menyelimuti kisah kita, Rindu itu tetap menjadi hujan dengan rintik-rintiknya yang setia menyirami kisah kita bersama.
20 tahun bukanlah waktu yang singkat kawan. Bertemu lagi sungguh suatu kebahagiaan.

Ada banyak perubahan dari sahabat-sahabat mulai dari penampilan, cara bicara, lifestyle, datang dengan anak tercinta bahkan cara memandangnya dengan mata yang penuh penasaran. Ah, maklum waktu yang telah merubah semuanya meski secara naluriah mereka tetaplah sama seperti yang dulu, tulus, ikhlas, dan tetap tersenyum dengan manis tanpa luka. Benar-benar serasa berada kembali pada tahun 1998-an. Salut pada beberapa sahabat (Siti Arofiah, Naning Nur Cahyani, Eni, Efti, Helmi, Khusnul, Siti Suadah, dan tak lupa Warsono alias Zonedong atas kesediaanya untuk berangkat), atas waktunya untuk menjembatani pertemuan kecil ini menjadi penuh makna, bersahabat, dan penuh kekeluargaan. Meski masih hanya beberapa sahabat yang bisa hadir tapi mampu memberikan angin kebaikan untuk bersilaturrohmi. Dan semoga tahun depan agenda pertemuan dan buka bersama dalam mengisi bulan suci Romadlon selalu terwujud secara rutin, dan bagi sahabat yang belum bisa hadir karena beberapa kesibukan-kesibukan penting lainnya bisa ikut bergabung dan meramaikan acara seperti ini dikemudian hari. Dan kita semua yakin sahabat-sahabat yang lain pasti mendukung. Aamiin..
Tak terasa waktu terus berlalu, kurang lebih 1,5 jam kami mengobrol tentang berbagai macam isu, baik isu terbaru maupun isu yang telah lewat bertahun-tahun, kami telah bernostalgia dengan penuh haru biru, tertawa terpingkal-pingkal, bahkan menjerit-jerit histeris. Jika sudah seperti itu, tak terasa bahwa posisi kita telah menjadi orang tua bagi anak-anak kita dirumah sedikit sirna, begitulah ketika orang tua yang telah melalui masa muda bergumul kembali dengan kenangan yang sulit terlupakan dan itu kembali hadir menghiasi permukaan otak sadar kita, akupun ingat syair lagu dari penyanyi BCL bahwa kita pernah muda: biarkanlah saja dulu kita jalan berdua, mereka pun pernah muda, saatnya kau dan aku sekarang….  , dan teriakan histerisnya mirip dari lagu Bang Haji Rhoma Irama, Darah Muda, darahnya para remaja…. Meski ada beberapa sahabat yang lain terbawa suasana lagu evergreen, forever young, I want to be forever young….forever young, dengan membuka kertas plastik berwarna putih yang berisi bedak. Oh bedak….he2….



Luar biasa…sahabat-sahabat…luar biasa…

            Dug…dug….beduk maghrib pun bertalu-talu, suara adzan maghrib dari surau sebelah begitu indah, seindah kebersamaan kita. Mari kita berbuka puasa bersama-sama. Semoga amal ibadah kita diterima oleh Allah swt. Aaminn. Juga awal pertemuan ini dapat menjadi berkah. (Bersambung),

Bangbilo-Tuban, 9 Juni 2017.


*Penulis alumni SMU Muallimin Tuban angkatan ’98.

Label:

0 Komentar:

Posting Komentar

Berlangganan Posting Komentar [Atom]

<< Beranda