Awas Virus Lebaran!
https://faiimedia.wordpress.com/2016/01/31/sujud-tilawah-sunnah-yang-hampir-punah/
Oleh.
Rohmat Sholihin*
Sebentar lagi
lebaran tiba. Hati senang bukan buatan. Segala persiapan untuk menyambut bulan
syawal, bulan untuk saling memaafkan diantara dosa-dosa yang telah singgah di
hati kita, baik disengaja maupun tak disengaja. Dengan serba baru, mulai dari
baju baru, sepatu baru, sandal baru, kopyah baru, jilbab baru, cat rumah baru,
mobil baru, sepeda motor baru, perhiasan baru, semua serba baru. Belum lagi
berbagai macam aneka masakan, opor ayam, ketupat, kare ayam, becek, sate,
rawon, soto tak ketingglan pecel lodeh dan kue juga dipersiapkan dimeja-meja
perjamuan masing-masing, kacang utis, kacang goreng, keripik singkong, keripik
pisang, keripik sukun, gapit, madu mongso, sagon, kurma, juga minuman sirup,
air mineral kemasan, lengkap tak ada
yang ketinggalan, semua sibuk menyiapkan segala sesuatu untuk menyambut bulan
syawal yang penuh keberkahan dimana diri kita kembali fitri, terlahir kembali
setelah sebulan melaksanakan ibadah puasa di bulan suci Romadlon. Semua
bergembira menyambutnya diiringi gema takbir illahi yang bertalu-talu dari
surau-surau dan masjid-masjid diseluruh dunia. “Allahu akbar, Allahu akbar, Allahu akbar” kalimat takbir terus
bersahut-sahutan tiada putus. Dunia menjadi bergetar, hati menjadi tertunduk,
dan terurai air mata mengingat dosa-dosa yang terus kita ciptakan sendiri
dengan begitu mudahnya, dosa menjadi hal yang biasa dilakukan secara terbuka
dan bahkan diri ini bangga melakukannya tanpa mengenal takut. Menghasut,
berbohong, memfitnah, menghujat, membunuh, melukai, memperkosa, menindas, mencuri,
merampok, menipu, korupsi, menjadi perbuatan yang hampir setiap hari menghiasi
kehidupan lapuk ini. Dan sampai kapan dosa-dosa itu terus menghantui pada
kehidupan disekitar kita? “Allahu akbar,
Allahu akbar, Allahu akbar,” kuatkanlah hati ini ya Allah dari
keserakahan-keserakahan manusia yang telah berkoloni dengan syetan. Lindungilah
hati kami beserta keturunanku dan keluargaku serta bangsaku dari
perbuatan-perbuatan yang merugikan bagi diri sendiri dan orang lain. Di dalam
bulan syawal ini tanganku menengadah memohon ampunan dari-Mu sebagai pencipta
alam semesta ini. Kita hanyalah manusia yang tak punya kekuatan apapun di
hadapan-Mu, ya Robbi. Kami hanya makhluk lemah yang bernama manusia ini yang
telah Kau pilih menjadi kholifah dimuka bumi ini, meski hati kami banyak
berlumur dosa dan kekurangan, meski kami sebagai bangsa yang merusak, dan suka
berbuat onar, meghancurkan dan memporakporandakan tatanan-tatatan dan
hukum-hukum yang telah Engkau tetapkan ya Robbi, Engkau masih memberikan
keteduhan dengan sifat Maha-Mu, menyayangi, mengasihi dan memberikan segala
rezeki kepada kami tanpa sedikitpun membedakan. Dalam puasa Romadlon ini,
kesempatan demi kesempatan untuk berbuat kebaikan terbentang laksana samudera.
Pintu-pintu langit telah Engkau buka, ampunan dan keridloan untuk umat Muhammad
yang telah menjalankan ibadah puasa dan kebaikan-kebaikan selama didalam bulan
suci menjadi kesempurnaan hidup yang berharga tiada banding, kemuliaannya
melebihi harta kekayaan yang bertumpuk-tumpuk, kemewahan duniawi yang
dipuja-puja seperti tuhan, hingga kami menjadi lupa jika diatas semua itu masih
ada Engkau, ya Allah yang telah mencukupi segala kebutuhan diri ini. Izinkan
aku bersujud pada-Mu, menebus dan melebur kelalaian-kelalaian yang begitu
mudahnya kulakukan. Sebentar lagi, bulan istimewa Romadlon akan berlalu.
Mudah-mudahan Engkau menempatkan kami sebagai umat Muhammad yang beruntung,
umat yang menang setelah bertempur dengan hawa nafsu selama kurang lebih satu
bulan sebagai ujian bahwa kami harus
bersabar menahan hawa nafsu, godaan yang terus berdesir dalam diri ini.
Membentuk kekuatan iman kami agar menjadi iman yang imun terhadap virus-virus
kelalaian-kelalaian yang semakin edan, menebar menyerang seisi dunia yang mulai
merapuh ini. “Allahu akbar, Allahu akbar,
Allahu akbar,” kemenangan ini bukanlah kemenangan untuk kelalaian tapi
kemenangan akan kesabaran dan ketabahan terhadap ujian-ujian oleh hawa nafsu
duniawi yang fana, kemenangan ini bukanlah kemenangan sesaat, ber-eforia
dijalan-jalan, merayakan dengan minuman keras, teler, menghisap ganja, menelan
pil ekstasi, berjoget ria, seks bebas, berteriak-teriak sesuka hati, karena besok tak lagi menjalankan ibadah puasa, besok diri ini bebas kembali makan,
minum, sepuas-puasnya, bebas dari puasa, makan dengan hidangan-hidangan yang
telah disiapkan pada meja-meja perjamuan dengan menggunakan baju baru, sandal baru dan perhiasan baru. Seakan-akan merayakan lebaran bukan merayakan
kemenangan dari ujian-ujian terhadap kesabaran dan ketabahan, tapi merayakan
kemenangan dan kebebasan untuk kembali menghasut, fitnah, menggunjing, mencuri,
berzina, merampok, korupsi, bohong, karena puasa suci Romadlon telah lewat.
Virus-virus kemaksiatan kembali menyebar menghantui musim lebaran yang telah
membuat diri kita kembali bersih, semoga iman kita benar-benar imun terhadap
godaan-godaan zaman yang semakin mencekam. “Allahu
akbar, Allahu akbar, Allahu akbar.”Aku bersimpuh kembali pada-Mu ya Allah. Laakhaulawalakuwwataillabillahilaliyyiladziim.
Allahu akbar, Allahu akbar, Allahu akbar walillaahilkhamdu.
Bangilan, 16
Juni 2017.
*Penulis anggota komunitas kali kening
Bangilan.
Label: Essai
0 Komentar:
Posting Komentar
Berlangganan Posting Komentar [Atom]
<< Beranda