Kamis, 15 Juni 2017

Awas Virus Lebaran!

https://faiimedia.wordpress.com/2016/01/31/sujud-tilawah-sunnah-yang-hampir-punah/

Oleh. Rohmat Sholihin*
Sebentar lagi lebaran tiba. Hati senang bukan buatan. Segala persiapan untuk menyambut bulan syawal, bulan untuk saling memaafkan diantara dosa-dosa yang telah singgah di hati kita, baik disengaja maupun tak disengaja. Dengan serba baru, mulai dari baju baru, sepatu baru, sandal baru, kopyah baru, jilbab baru, cat rumah baru, mobil baru, sepeda motor baru, perhiasan baru, semua serba baru. Belum lagi berbagai macam aneka masakan, opor ayam, ketupat, kare ayam, becek, sate, rawon, soto tak ketingglan pecel lodeh dan kue juga dipersiapkan dimeja-meja perjamuan masing-masing, kacang utis, kacang goreng, keripik singkong, keripik pisang, keripik sukun, gapit, madu mongso, sagon, kurma, juga minuman sirup, air mineral kemasan,  lengkap tak ada yang ketinggalan, semua sibuk menyiapkan segala sesuatu untuk menyambut bulan syawal yang penuh keberkahan dimana diri kita kembali fitri, terlahir kembali setelah sebulan melaksanakan ibadah puasa di bulan suci Romadlon. Semua bergembira menyambutnya diiringi gema takbir illahi yang bertalu-talu dari surau-surau dan masjid-masjid diseluruh dunia. “Allahu akbar, Allahu akbar, Allahu akbar” kalimat takbir terus bersahut-sahutan tiada putus. Dunia menjadi bergetar, hati menjadi tertunduk, dan terurai air mata mengingat dosa-dosa yang terus kita ciptakan sendiri dengan begitu mudahnya, dosa menjadi hal yang biasa dilakukan secara terbuka dan bahkan diri ini bangga melakukannya tanpa mengenal takut. Menghasut, berbohong, memfitnah, menghujat, membunuh, melukai, memperkosa, menindas, mencuri, merampok, menipu, korupsi, menjadi perbuatan yang hampir setiap hari menghiasi kehidupan lapuk ini. Dan sampai kapan dosa-dosa itu terus menghantui pada kehidupan disekitar kita? “Allahu akbar, Allahu akbar, Allahu akbar,” kuatkanlah hati ini ya Allah dari keserakahan-keserakahan manusia yang telah berkoloni dengan syetan. Lindungilah hati kami beserta keturunanku dan keluargaku serta bangsaku dari perbuatan-perbuatan yang merugikan bagi diri sendiri dan orang lain. Di dalam bulan syawal ini tanganku menengadah memohon ampunan dari-Mu sebagai pencipta alam semesta ini. Kita hanyalah manusia yang tak punya kekuatan apapun di hadapan-Mu, ya Robbi. Kami hanya makhluk lemah yang bernama manusia ini yang telah Kau pilih menjadi kholifah dimuka bumi ini, meski hati kami banyak berlumur dosa dan kekurangan, meski kami sebagai bangsa yang merusak, dan suka berbuat onar, meghancurkan dan memporakporandakan tatanan-tatatan dan hukum-hukum yang telah Engkau tetapkan ya Robbi, Engkau masih memberikan keteduhan dengan sifat Maha-Mu, menyayangi, mengasihi dan memberikan segala rezeki kepada kami tanpa sedikitpun membedakan. Dalam puasa Romadlon ini, kesempatan demi kesempatan untuk berbuat kebaikan terbentang laksana samudera. Pintu-pintu langit telah Engkau buka, ampunan dan keridloan untuk umat Muhammad yang telah menjalankan ibadah puasa dan kebaikan-kebaikan selama didalam bulan suci menjadi kesempurnaan hidup yang berharga tiada banding, kemuliaannya melebihi harta kekayaan yang bertumpuk-tumpuk, kemewahan duniawi yang dipuja-puja seperti tuhan, hingga kami menjadi lupa jika diatas semua itu masih ada Engkau, ya Allah yang telah mencukupi segala kebutuhan diri ini. Izinkan aku bersujud pada-Mu, menebus dan melebur kelalaian-kelalaian yang begitu mudahnya kulakukan. Sebentar lagi, bulan istimewa Romadlon akan berlalu. Mudah-mudahan Engkau menempatkan kami sebagai umat Muhammad yang beruntung, umat yang menang setelah bertempur dengan hawa nafsu selama kurang lebih satu bulan sebagai ujian bahwa kami  harus bersabar menahan hawa nafsu, godaan yang terus berdesir dalam diri ini. Membentuk kekuatan iman kami agar menjadi iman yang imun terhadap virus-virus kelalaian-kelalaian yang semakin edan, menebar menyerang seisi dunia yang mulai merapuh ini. “Allahu akbar, Allahu akbar, Allahu akbar,” kemenangan ini bukanlah kemenangan untuk kelalaian tapi kemenangan akan kesabaran dan ketabahan terhadap ujian-ujian oleh hawa nafsu duniawi yang fana, kemenangan ini bukanlah kemenangan sesaat, ber-eforia dijalan-jalan, merayakan dengan minuman keras, teler, menghisap ganja, menelan pil ekstasi, berjoget ria, seks bebas, berteriak-teriak sesuka hati, karena besok tak lagi menjalankan ibadah puasa, besok diri ini bebas kembali makan, minum, sepuas-puasnya, bebas dari puasa, makan dengan hidangan-hidangan yang telah disiapkan pada meja-meja perjamuan dengan menggunakan baju baru, sandal baru dan perhiasan baru. Seakan-akan merayakan lebaran bukan merayakan kemenangan dari ujian-ujian terhadap kesabaran dan ketabahan, tapi merayakan kemenangan dan kebebasan untuk kembali menghasut, fitnah, menggunjing, mencuri, berzina, merampok, korupsi, bohong, karena puasa suci Romadlon telah lewat. Virus-virus kemaksiatan kembali menyebar menghantui musim lebaran yang telah membuat diri kita kembali bersih, semoga iman kita benar-benar imun terhadap godaan-godaan zaman yang semakin mencekam. “Allahu akbar, Allahu akbar, Allahu akbar.”Aku bersimpuh kembali pada-Mu ya Allah. Laakhaulawalakuwwataillabillahilaliyyiladziim. Allahu akbar, Allahu akbar, Allahu akbar walillaahilkhamdu.


Bangilan, 16 Juni 2017.

*Penulis anggota komunitas kali kening Bangilan.

Label:

0 Komentar:

Posting Komentar

Berlangganan Posting Komentar [Atom]

<< Beranda