Rabu, 14 Juni 2017

Puisi



Oleh. Rohmat Sholihin
Puisi merupakan salah satu cara untuk meluapkan emosi sesuai dengan ekspresi yang diinginkan oleh penyair. Penyair ibarat pemecah sandi kata-kata dalam puisi melalui bahasa yang akan disampaikan. Ada banyak maksud dan tujuan penyair dalam menuliskan kata-kata, namun puisi tidak harus menjadi milik penyair saja, puisi bisa menjadi bagian hidup dan berada ditengah-tengah hinggar-bingar kehidupan yang serba kompleks ini. Puisi adalah pencapaian budaya setiap manusia, melalui kontemplasi dengan melihat kejadian-kejadian yang menarik disekitarnya. Puisi seperti duta, merubah dan mendobrak tradisi yang mulai menyimpang dalam masyarakat yang mulai jengah terhadap ketertindasan dan ketidakadilan yang telah diciptakan sendiri oleh bangsa manusia, bukan bangsa yang lain. Ada banyak kelalaian-kelalaian manusia yang nilainya tanpa batas, menembus zaman-zaman mulai manusia itu diciptakan Tuhan hingga sekarang seakan kelalaian tiada mau berhenti. Selalu ada mengikuti bangsa manusia mulai bermamah biak dan beranak. 
Puisi seakan menyampaikan pesan sejarah sebagai makna abadi. Karena dituliskan dalam bentuk aksara. Seandainya puisi hanya diucapkan saja ia akan hilang ditelan sunyi. Luruh oleh waktu tanpa bekas, hanya berupa angin sepoi-sepoi berhembus membawa puisi itu pergi. Seperti lolongan anjing yang membaung, sekejap begitu mencekam, tapi tak kurang dari berapa menit ia akan hilang ditelan sunyi kembali mencair oleh suara alam. Puisi lekat dalam karya sastra, ia tulisan dan menjadi bagian karangan hasil imajinasi manusia. Setiap baris yang telah membentuk bait mengindikasikan muatan dari penyair. Bebas apa yang akan disuarakan. Puisi tak ada batas, puisi akan selalu ada menemani kehidupan manusia hingga menuju kematian.
            Puisi tak luput dari estetika, daya menarik dari puisi adalah keindahan yang ada dalam pilihan kata-kata yang sanggup menghipnotis jiwa seseorang. Kalaupun toh aku boleh memilih aku lebih suka memilih puisi yang mampu menjungkalkan kekuasaan, bagaimanapun bentuknya, termasuk puisi yang sanggup merayu hati perempuan menjadi bidadari yang tercantik seisi alam raya, merontokkan hatinya, meluruhkan jiwanya, hingga tak sadar ia masuk perangkap kata-kata dan mabuk kepayang. He..he…sentimentil.
Melawan dengan puisi tidak semua orang bisa. Peran dan tangggung jawab puisi dalam Indonesia bergerak cukup besar. Hampir semua pujangga bekerja keras untuk mencari kata-kata perlawanan untuk menuju Indonesia merdeka. Semua pujangga berkontemplasi untuk membakar semangat rakyat Indonesia yang tidak punya keberanian untuk melawan penjajahan. Seakan-akan puisi mempunyai magnet kuat untuk menggerakkan massa, menggempur musuh dan berteriak lantang, “hidup atau mati, sekali merdeka tetap merdeka,” menjadi slogan kuat jiwa perlawanan. Ribuan massa pun bergerak, bersatu dan melawan.

Puisi dimanapun tempatnya bisa menjadi warna yang bisa memoles pikiran seseorang. Berpuisilah meski kau tak bisa. Paksa. Puisi akan selalu ada dalam denyut nadimu dan terbawa kemanapun kau berpaling dari kesulitan hidup yang sangat berat sekalipun. 

Label:

0 Komentar:

Posting Komentar

Berlangganan Posting Komentar [Atom]

<< Beranda