Selasa, 13 Juni 2017

Mengunjungi Museum Kambang Putih Tuban


Peserta didik MI Salafiyah Bangilan sedang melakukan wawancara kepada petugas Museum Kambang Putih Tuban yang dikelola oleh Pemkab Tuban. Foto. Rohmat S.
Oleh. Rohmat Sholihin*
            Berkunjung ke museum? Sepertinya kurang menarik lagi, apalagi untuk usia anak-anak. Berkunjung ke museum bagaikan melihat kejadian-kejadian masa lampau yang telah disimpan untuk dipelajari dan dikenang. Sangat membosankan dan menyeramkan, tiada hiburan yang menyenangkan bagi anak-anak, museum hanya memperlihatkan benda-benda antik dan kuno. Namun, ternyata betapa pentingnya museum bagi perkembangan pola pikir anak untuk mengetahui beberapa peristiwa yang pernah terjadi dilingkungan sekitarnya. Sebagai sarana edukasi yang paling efektif dan murah meriah. Anak harus terus diperkenalkan kepada benda-benda yang mengandung banyak sejarah dengan tujuan agar anak tak lapuk dengan sejarah kehidupan lingkungan sekitarnya. Anak akan menjadi wakil zamannya ketika ia diperkenalkan bagaimana dalam menyikapi lingkungan tempat ia hidup, peristiwa apa saja yang pernah terjadi dan pernah dilakukan oleh generasi sebelumnya. Betapa pentingnya makna sejarah bagi perkembangan pola pikir anak. Seperti ungkapan yang pernah dikatakan oleh Soekarno: jangan sekali-kali melupakan sejarah, dosa besar. Di dalam nilai-nilai Alquran juga mengajarkan bagaimana pentingnya kita dalam memaknai sejarah yang pernah terjadi sebagai pelajaran di kemudian hari, agar jangan sampai kita terjerumus pada lubang yang sama, ia akan menjadi pailit dan tidak beruntung.
            Sebagai pendidik yang berkarakter. Betapa pentingnya mengajak anak didik berkunjung ke museum untuk melihat, menulis, serta mendokumentasikannya sebagai kekayaan literatur. Bahwa benda-benda yang telah tersimpan dalam museum itu bukanlah benda yang tiada arti, tak berguna. Orang yang sering menulis dan meneliti serta mengumpulkan benda-benda yang menarik, menarik secara ilmu pengetahuan tersimpan dalam bentuk literatur akan menjadi sumber kekayaan yang tiada kira. Seperti contoh, kekayaan tambang yang ada di Papua yang kini telah dikelola oleh PT Freeport, menambang jutaan hasil sumber daya alam berupa tembaga dan emas, bahkan juga uranium adalah hasil dari perjalanan oleh beberapa ilmuwan Inggris,  Belanda juga Austria. Pergi melakukan pendakian di gunung Cartenz Pyramid dengan bantuan suku Dayak Kalimantan yang terkenal dengan keberaniannya, Cartenz Pyramid merupakan gunung tertinggi di Indonesia yang berada di tanah Papua.  Selama mereka berhasil mendaki hingga puncak ia membawa gumpalan batu gunung yang telah dibawa dan disimpan dimuseum, walhasil ketika diteliti batu itu mengandung sumber daya alam yang eksotis dan menguntungkan. Setelah beberapa abad kemudian eksplorasi terhadap sumber daya alam di Papua itupun dilakukan secara besar-besaran hingga sekarang, dan ingat, hanya berawal dari hal sederhana yakni menyimpan gumpalan batu hitam, lusuh, dekil serta kusam dalam sebuah museum. Apa menariknya? Namun terkadang kita masih saja acuh tak acuh terhadap benda-benda purbakala yang banyak menyimpan peristiwa-peristiwa sejarah yang ada di sekitar kita. Padahal dari situlah proses peradaban manusia itu dibangun dari tahap ke tahap hingga sampai puncaknya. Peserta didik merupakan aset bangsa yang harus banyak tahu tentang kejadian-kejadian sejarah dikehidupan sekitarnya.

Prasasti Linggayoni yang telah ditemukan di desa Banjarworo oleh Ki Bayan Tasiman dari Banjarworo. Peninggalan pada zaman kerajaan Majapahit yang menandakan tentang kesuburan orang-orang Jawa baik laki-laki maupun perempuan pada masa itu sesuai dengan patungnya yang menyerupai alat kelamin laki-laki dan perempuan. Koleksi Museum Kambang Putih Kabupaten Tuban. Foto. Rohmat S.
            Peserta didik MI Salafiyah Bangilan kelas 6a dan 6b sedang mengunjungi Museum Kambang Putih Tuban dalam program (The Culture Education), program pengembangan pengajaran yang berbasis kebudayaan terutama kebudayaan lokalitas seputar Tuban. Program ini bertujuan untuk memperkenalkan kebudayaan lokalitas Tuban kepada peserta didik agar dikemudian hari kebudayaan-kebudayaan lokalitas Tuban tidak mengalami kepunahan. Seperti seni Kentrung Bate yang pada saat ini berada diambang kepunahan karena tak ada proses regenerasi. Dan lebih memprihatinkan lagi ketika generasi muda sekarang banyak yang tidak tahu keberadaannya apalagi muatan yang berada dalam falsafah Kentrung Bate yang legendaris itu. Dalam Museum Kambang Putih Tuban banyak benda-benda peninggalan seperti; Linggayoni, penghargaan kalpataru pada zaman kerajaan Majapahit, bedug Sunan Bonang, uang kuno, guci Mongolia, perangko, senjata-senjata tajam (parang, kapak, bendo), senjata-senjata pusaka (keris, pedang, tombak), foto-foto, wayang, barongan, panci raksasa (alat untuk membuat bubur pada zaman Sunan Bonang), seni batik gedog, seni kuda lumping, Al Quran kuno, dan masih banyak lagi.

Peserta didik MI Salafiyah Bangilan sedang mengamati Penghargaan Kalpataru kuno, lumpang dari batu, dan panci besar untuk memasak bubur Arab yang tersimpan di museum Kambang Putih Tuban. Foto. Rohmat S.

Bedug kuno Masjid Agung Tuban. Foto. Rohamt S.
            Hubungan museum dan pendidikan merupakan hubungan saling menguntungkan, bagaikan dua sisi mata uang yang tidak bisa dipisahkan, membangun museum bagaikan membangun institusi pendidikan karena sama-sama memberikan pengetahuan-pengetahuan yang terus untuk diteliti. Ada beberapa pendapat tentang hubungan antara museum dengan pendidikan, "Museums of whatever kind all have the same task--to study, preserve, and exhibit objects of cultural value for the good of the community as a whole (UNESCO). ....any permanent institution which conserves and displays for purposes of study, education, and enjoyment collections of objects of cultural or scientific significance (International Council of Museums); dari beberapa definisi diatas dapat digaris bawahi bahwa terdapat nilai dasar yang menjadi fondasi museum yaitu, melalui pendidikan, masyarakat disadarkan akan tingginya nilai yang dikandung dalam koleksi museum dan memberi mereka kesempatan untuk memperluas wawasan. Termasuk wawasan bagi peserta didik MI Salafiyah Bangilan. Semangat.

Bangilan, Juni 2010.
*Penulis guru MI Salafiyah Bangilan anggota komunitas literasi Kali Kening Bangilan-Tuban.



Label:

0 Komentar:

Posting Komentar

Berlangganan Posting Komentar [Atom]

<< Beranda