Mengunjungi Museum Kambang Putih Tuban
Peserta didik MI
Salafiyah Bangilan sedang melakukan wawancara kepada petugas Museum Kambang Putih Tuban yang
dikelola oleh Pemkab Tuban. Foto. Rohmat S.
Oleh. Rohmat Sholihin*
Berkunjung
ke museum? Sepertinya kurang menarik lagi, apalagi untuk usia anak-anak.
Berkunjung ke museum bagaikan melihat kejadian-kejadian masa lampau yang telah
disimpan untuk dipelajari dan dikenang. Sangat membosankan dan menyeramkan,
tiada hiburan yang menyenangkan bagi anak-anak, museum hanya memperlihatkan
benda-benda antik dan kuno. Namun, ternyata betapa pentingnya museum bagi
perkembangan pola pikir anak untuk mengetahui beberapa peristiwa yang pernah
terjadi dilingkungan sekitarnya. Sebagai sarana edukasi yang paling efektif dan
murah meriah. Anak harus terus diperkenalkan kepada benda-benda yang mengandung
banyak sejarah dengan tujuan agar anak tak lapuk dengan sejarah kehidupan
lingkungan sekitarnya. Anak akan menjadi wakil zamannya ketika ia diperkenalkan
bagaimana dalam menyikapi lingkungan tempat ia hidup, peristiwa apa saja yang
pernah terjadi dan pernah dilakukan oleh generasi sebelumnya. Betapa pentingnya
makna sejarah bagi perkembangan pola pikir anak. Seperti ungkapan yang pernah
dikatakan oleh Soekarno: jangan sekali-kali melupakan sejarah, dosa besar. Di
dalam nilai-nilai Alquran juga mengajarkan bagaimana pentingnya kita dalam
memaknai sejarah yang pernah terjadi sebagai pelajaran di kemudian hari, agar
jangan sampai kita terjerumus pada lubang yang sama, ia akan menjadi pailit dan
tidak beruntung.
Sebagai
pendidik yang berkarakter. Betapa pentingnya mengajak anak didik berkunjung ke
museum untuk melihat, menulis, serta mendokumentasikannya sebagai kekayaan
literatur. Bahwa benda-benda yang telah tersimpan dalam museum itu bukanlah
benda yang tiada arti, tak berguna. Orang yang sering menulis dan meneliti
serta mengumpulkan benda-benda yang menarik, menarik secara ilmu pengetahuan
tersimpan dalam bentuk literatur akan menjadi sumber kekayaan yang tiada kira.
Seperti contoh, kekayaan tambang yang ada di Papua yang kini telah dikelola
oleh PT Freeport, menambang jutaan hasil sumber daya alam berupa tembaga dan
emas, bahkan juga uranium adalah hasil dari perjalanan oleh beberapa ilmuwan
Inggris, Belanda juga Austria. Pergi
melakukan pendakian di gunung Cartenz Pyramid dengan bantuan suku Dayak
Kalimantan yang terkenal dengan keberaniannya, Cartenz Pyramid merupakan gunung
tertinggi di Indonesia yang berada di tanah Papua. Selama mereka berhasil mendaki hingga puncak
ia membawa gumpalan batu gunung yang telah dibawa dan disimpan dimuseum,
walhasil ketika diteliti batu itu mengandung sumber daya alam yang eksotis dan
menguntungkan. Setelah beberapa abad kemudian eksplorasi terhadap sumber daya
alam di Papua itupun dilakukan secara besar-besaran hingga sekarang, dan ingat,
hanya berawal dari hal sederhana yakni menyimpan gumpalan batu hitam, lusuh,
dekil serta kusam dalam sebuah museum. Apa menariknya? Namun terkadang kita
masih saja acuh tak acuh terhadap benda-benda purbakala yang banyak menyimpan
peristiwa-peristiwa sejarah yang ada di sekitar kita. Padahal dari situlah
proses peradaban manusia itu dibangun dari tahap ke tahap hingga sampai
puncaknya. Peserta didik merupakan aset bangsa yang harus banyak tahu tentang
kejadian-kejadian sejarah dikehidupan sekitarnya.
Prasasti
Linggayoni yang telah ditemukan di desa Banjarworo oleh Ki Bayan Tasiman dari
Banjarworo. Peninggalan pada zaman kerajaan Majapahit yang menandakan tentang
kesuburan orang-orang Jawa baik laki-laki maupun perempuan pada masa itu sesuai
dengan patungnya yang menyerupai alat kelamin laki-laki dan perempuan. Koleksi
Museum Kambang Putih Kabupaten Tuban. Foto. Rohmat S.
Peserta
didik MI Salafiyah Bangilan kelas 6a dan 6b sedang mengunjungi Museum Kambang
Putih Tuban dalam program (The Culture
Education), program pengembangan pengajaran yang berbasis kebudayaan
terutama kebudayaan lokalitas seputar Tuban. Program ini bertujuan untuk
memperkenalkan kebudayaan lokalitas Tuban kepada peserta didik agar dikemudian
hari kebudayaan-kebudayaan lokalitas Tuban tidak mengalami kepunahan. Seperti
seni Kentrung Bate yang pada saat ini berada diambang kepunahan karena tak ada
proses regenerasi. Dan lebih memprihatinkan lagi ketika generasi muda sekarang
banyak yang tidak tahu keberadaannya apalagi muatan yang berada dalam falsafah
Kentrung Bate yang legendaris itu. Dalam Museum Kambang Putih Tuban banyak
benda-benda peninggalan seperti; Linggayoni,
penghargaan kalpataru pada zaman kerajaan Majapahit, bedug Sunan Bonang, uang
kuno, guci Mongolia, perangko, senjata-senjata tajam (parang, kapak, bendo),
senjata-senjata pusaka (keris, pedang, tombak), foto-foto, wayang, barongan,
panci raksasa (alat untuk membuat bubur pada zaman Sunan Bonang), seni batik
gedog, seni kuda lumping, Al Quran kuno, dan masih banyak lagi.
Peserta didik
MI Salafiyah Bangilan sedang mengamati Penghargaan Kalpataru kuno, lumpang dari
batu, dan panci besar untuk memasak bubur Arab yang tersimpan di museum Kambang
Putih Tuban. Foto. Rohmat S.
Bedug kuno Masjid
Agung Tuban. Foto. Rohamt S.
Hubungan
museum dan pendidikan merupakan hubungan saling menguntungkan, bagaikan dua
sisi mata uang yang tidak bisa dipisahkan, membangun museum bagaikan membangun
institusi pendidikan karena sama-sama memberikan pengetahuan-pengetahuan yang
terus untuk diteliti. Ada beberapa pendapat tentang hubungan antara museum
dengan pendidikan, "Museums of whatever kind all have the same
task--to study, preserve, and exhibit objects of cultural value for the good of
the community as a whole (UNESCO). ....any permanent institution which conserves and displays
for purposes of study, education, and enjoyment collections of objects of
cultural or scientific significance (International Council of Museums); dari
beberapa definisi diatas dapat digaris bawahi bahwa terdapat nilai dasar yang
menjadi fondasi museum yaitu, melalui pendidikan, masyarakat disadarkan akan
tingginya nilai yang dikandung dalam koleksi museum dan memberi mereka
kesempatan untuk memperluas wawasan. Termasuk wawasan bagi peserta didik MI Salafiyah Bangilan. Semangat.
Bangilan, Juni 2010.
*Penulis guru MI
Salafiyah Bangilan anggota komunitas literasi Kali Kening Bangilan-Tuban.
Label: Laporan Edukasi
0 Komentar:
Posting Komentar
Berlangganan Posting Komentar [Atom]
<< Beranda