Rabu, 21 Juni 2017

“London”



https://www.facebook.com/photo.php?fbid=315023182274950&set=pcb.315024112274857&type=3&theater

Oleh. Rohmat Sholihin
Tulisan ini aku ambil dari karya salah satu peserta “Kemah Romadlon” di Madin Al-Isyroq Bate-Bangilan, (Senin/19/7/2017), dengan judul I Miss You, London, aku terkesima ketika memberikan hadiah buku Eutanasia karya Linda Tria S, padanya, kau begitu jujur dan polos ketika kutanya alasan apa sampai kau menulis judul itu? Kau ingin sekali studi di kota London. Subhanallah, luar biasa, luar biasa, tepuk tangan semua peserta pertanda kagum pada imajinasi positifnya. Berani bermimpi itu hebat. Aku salut pada mimpinya. Aku teringat buku Edensor karya Andrea Hirata, yang menuliskan kisah mimpinya pada suatu lokasi yang hanya ada pada gambar indah dengan tulisan kecil dipojoknya, Edensor, ternyata sebuah tempat dipedalaman negara Inggris. Mimpi itu ia peluk setiap waktu, mendekam dalam ingatannya sampai kapanpun, dan ternyata ia pun sampai juga ditempat yang telah ia impikan sejak masih kanak-kanak, ia telah singgah di Edensor. Melihat dari dekat tentang mimpinya sesuai dengan apa yang telah ia dekap.
I Miss You, London, ditulis oleh Halimatus Sa’diyah, perempuan kecil manis berlesung pipit, bermata bulat sebulat tekad impiannya mengejar kota London yang masih tetap diam seribu bahasa. Seakan-akan jarak Bate-London begitu dekat. Gemerlap lampu-lampu kotanya bisa terlihat diatas bukit Bate yang sunyi dengan angin malam berhembus lirih dan membisikkan kata-kata rindu, Tunggu diriku London, sebentar lagi, yah, sebentar lagi, tinjuku akan menghajarmu, tak sabar aku berlari menikammu dengan segudang mimpi-mimpiku. Namun malam kian larut membawa angan-angan itu pergi perlahan dan tetap diam.
Diam bukan berarti apatis. Dalam diamnya ia menyimpan ribuan amunisi dan kelak ia akan muntahkan dengan hebat. Impian seseorang bukanlah impian abstrak, dari impiannya banyak sejuta hal untuk menemukan jalan, jalan kemana ia akan telusuri menuju labirin imajinasinya, detak jantungnya, dan tentu saja nafasnya. Tak kan pernah berhenti sebelum ia menjambak rumput istana Buckingham, menyalami Ratu Elizabeth, berfoto dengan pengawal istana, bahkan makan malam bersama putri Midleton dan Pangeran Harry. Ah, betapa bahagianya hidup ketika alam mimpinya mampu diraihnya. Hidup memang misteri. Perjalanan seseorang tak ada yang tahu. Tak perlu berkecil hati dan pesimis dalam melaluinya. Kuatkan langkah-langkahmu disetiap jalan yang kau lalui, selalu ada pengalaman disetiap jejak-jejak kaki yang kau tinggalkan.
Suatu saat jika kau kembali menelusurinya, tak kan pernah tersesat. Setinggi-tingginya elang terbang tak kan pernah lupa daratan, dan sejauh kaki kau melangkah tak kan lupa pada kampung halamanmu yang indah dan permai. Saat kaki-kaki kecilmu berlari-lari dipematang sawah, bermain lumpur saat musim tanam padi tiba, menangkap belalang saat musim panen, dan menonton Kentrung saat acara sedekah bumi atau manganan. Kenangan-kenangan itu akan menjadi saksi abadi. Sawah, sapi, danau, pohon, juga surau kecil dipinggir kebun jagung beserta kawan-kawan sepermainan dengan wajah-wajah kebahagiaan akan selalu menari-nari dipelupuk mata saat kau menuliskan pada sebaris kalimat di kota London, bahwa Tuhan selalu memberikan kesempatan pada makhluknya yang selalu bekerja keras merebut mimpi-mimpinya. Kawan! Dari kota London ini aku menyapamu, lihatlah senyumku selalu terngiang saat kau tak disisiku, seperti apa yang aku tulis dulu, ketika tulisan lusuh dan dekil itu mendapatkan perhatian dari kakak-kakak Komunitas Kali Kening, I Miss You, London. Salam untuk Gus Shobah, ustadz dan ustadzah, Kak Ikal, Kak Joyojuwoto, Kak Adib, Kak Mashari, Kak Kafabih, Kak Zakki, Kak Rohmat, Mbak Linda, Mbak Ayra dan juga seluruh kawan-kawan yang selalu menggodaku sekaligus mendorongku, apa itu? Indahnya kebersamaan dan tentu saja senyum ceriamu, kawan.

Bate, 19 Juni 2017.



Label:

0 Komentar:

Posting Komentar

Berlangganan Posting Komentar [Atom]

<< Beranda