Selasa, 20 Juni 2017

“Kemah Romadlon dan Membagi Takjil”
https://www.facebook.com/photo.php?fbid=1362953533784039&set=a.232030356876368.56736.100002082161897&type=3&theater&notif_t=like_tagged&notif_id=1497922037943190 
Oleh. Rohmat Sholihin*
Menjalani puasa Romadlon tahun ini begitu indah dan menyenangkan. Pertama, perasaan ini sangat gembira karena beberapa hari kemarin telah dihubungi oleh pengasuh Madrasah Diniyah Al-Isyroq Bate-Bangilan, K.H Nurusshobah Uzair untuk berkenan mengisi materi tentang jurnalistik dalam rangka pembekalan rohani melalui kegiatan “Kemah Romadlon” yang diadakan selama 4 hari 3 malam di desa Bate-Bangilan. Tentu saja yang diminta untuk menjadi mentor bukanlah diri saya  namun kawan-kawan Komunitas Kali Keninglah yang lebih pantas. Sebagai komunitas yang bergerak dalam dunia literasi yang banyak dihuni oleh kawan-kawan super seksi, maksudnya seksi disini bukanlah dari segi tubuh saja namun otak mereka sangatlah seksi, otak yang telah banyak digunakan untuk membaca berbagai macam literasi bahkan dilanjut dengan menulis beberapa karya tulis telah berhasil diwujudkan. Superb! Menariknya lagi komunitas ini berada dipedesaan namun logika berfikirnya melampui batas-batas territorial sekalipun. Otaknya yang seksi mampu menalar dan menjangkau imajinasi-imajinasi kritis. Sungguh sebuah komunitas yang benar-benar mampu menuliskan sebuah peradaban untuk masa mendatang. Kita ini tumbuh dalam bayang-bayang literasi yang suram, literasi yang seharusnya mampu menuliskan dengan kejujuran dan kebenaran telah dirampas oleh suatu kepentingan yaitu kekuasaan. Sehingga kebebasan seseorang untuk berliterasi cenderung tertekan bahkan ketakutan. Kebebasannya telah terbelenggu teror dan ancaman sehingga beberapa generasi sebelumnya tak bisa menuliskan apa-apa. Dan kita telah kehilangan segalanya berupa fakta dan informasi sebagai perkembangan dikemudian hari. Mau tak mau generasi sekarang harus bisa menjadi “yeats”, suatu istilah yang berarti segala sesuatu telah hancur dan kini di bangun lagi oleh orang-orang yang gila. Kenapa orang gila? Karena perbedaan gila dengan jenius sangatlah sedikit. Orang waras tak tahu apa yang dikerjakan oleh orang gila begitu juga orang waras juga tak faham apa yang telah dikerjakan oleh orang jenius. Untuk membangun sebuah peradaban literasi juga dibutuhkan orang-orang yang superb.
Mengisi kelas jurnalistik dalam forum “Kemah Romadlon” Madrasah Diniyah Al-Isyroq Bate sangatlah menantang. Menantang lebih berkonotasi mengajak dan mengajak pada lapisan santri untuk menyukai membaca buku dan menulis. Meskipun dua hal tentang membaca dan menulis bukanlah istilah asing dalam dunia santri namun membaca dan menulis model bagaimana yang akan kita suguhkan pada mereka. Membaca kitab kuning tentu saja kita tak ada apa-apanya dengan mereka, menulis maqolah dan maknani kitab kuning kita akan menjadi makhluk asing dinegeri tuan, setidaknya perasaan itu yang hinggap dalam hati, hingga minder tingkat tinggi memeluk batin ini. Tapi jika ingat pada sebuah kepercayaan dari tawaran pengasuh Madin Al-Isyroq, KH Nurusshobah untuk mengisi materi jurnalistik di kemah Romadlon tahun ini, tentu saja semua hal itu telah beliau perhitungkan secara matang, bahkan tidak menutup kemungkinan proses penunjukan Komunitas Kali Kening melalui sholat istikhoroh beliau juga. Ada kemampuan tersendiri yang tidak semua orang punya. Dan kebetulan kemampuan itu dibutuhkan untuk membangun peradaban pada sebuah desa terpencil yang bernama Bate, yaitu Madrasah Diniyah dan literasi, membuat tulisan yang bergender essai, puisi, dan cerpen. Agar santri bisa dan membiasakan menuliskan segala kisah yang telah dialaminya, setidaknya tulisan telah menjadi bagian dari hidup mereka. Acara dipandu oleh kawan Linda Tria S, materi Free writing oleh Joyojuwoto, Pentingnya Menulis dalam Islam oleh kawan Rohmat Sholihin. Kelas essai oleh Ikal Hidayat Noor, kelas cerpen oleh Ayra Izzara R, Adib, Kafabih, kelas puisi oleh Mashari, Zakki.
Seperti yang telah dirasakan Komunitas Kali Kening ini, bahagia itu menulis, bahagia itu membaca, bahagia itu menyampaikan, dan satu lagi, mengarang itu penting. Kita bisa berbagi perasaan bahagia ini kepada yang lain, di bulan suci Romadlon yang penuh limpahan rahmat dan berkah ini merupakan kesempatan untuk berbagi bersama-sama dalam hal positif, menebarkan benih-benih kebaikan pada sesama, saling belajar, saling berdiskusi yang dulu menjadi kebiasaan-kebiasaan para sahabat nabi dalam memecahkan segala permasalahan hingga Islam mampu meraih masa kejayaan. Begitu juga dalam dunia literasinya. Banyak perpustakaan-perpustakaan yang telah dibangun pada masa kejayaan Islam baik dikota Baghdad, Kufah, Cordoba dan kota-kota lainnya seiring perkembangan ilmu pengetahuan yang telah dikembangkan oleh banyak kalangan kaum Muslimin. Peradaban yang maju tak lepas dari perkembangan literasi yang maju pula. Mudah-mudahan niat baik Komunitas Kali Kening dan Madrasah Diniyah Al-Isyroq dalam hal memajukan dunia literasi di daerah desa terpencil Bate mampu menjadi kegiatan yang sangat bermanfaat bagi kita semua.
Dalam kesempatan itu, kawan-kawan Komunitas Kali Kening juga membagikan beberapa buku-buku karyanya sebagai cinderamata kepada para santri agar mereka tetap semangat dalam membaca. Secercah Cahaya Hikmah dan Jejak Sang Rosul karya Joyojuwoto, Patung di kepala karya Ikal Hidayat Noor, Taprobane karya JJ. Hulux, let’s move on karya Nindya Azalea dan yang terbaru sekalian launching Eutanasia karya Linda Tria Sumarno, suasana kebersamaan inilah yang membuatku merasa Romadlon tahun ini begitu indah.
https://www.facebook.com/photo.php?fbid=757692974433585&set=pcb.757693174433565&type=3&theater
Kedua, ikut membantu membagi takjil dalam suasana Romadlon sangatlah istimewa. Salah satu anggota Komunitas Kali Kening, mbak Ayra Izzara R dengan usahanya dalam bidang kuliner Bakso Arebang telah membagikan takjil bakso sebanyak 600 bakso lebih dijalan Bangilan-Senori tepatnya didepan SDN Ngrojo, suasana bahagia bisa berbagi dengan orang lain menjadi virus kebaikan yang tak terlupakan. Dilanjutkan buka bersama dirumah mbak Ayra Izzara R yang diselingi dengan diskusi bareng dengan tema, Lailatul Qodar  disampaikan kawan Ibrohim dan Joyojuwoto. Semua itu menjadi inspirasi positif bagi kemajuan hati dan pikiran kita sebagai manusia biasa yang cenderung berbuat kekeliruan. Semoga apa yang telah dilakukan kawan-kawan Komunitas Kali Kening dalam bagi takjil ini dapat menjadi amal yang baik wabil khusus, mbak Ayra Izzara R dan sekeluarga. Mudah-mudahan Allah selalu memberikan kesehatan serta rezeki yang melimpah serta barokah. Aamiin.

Bate, 19 Juni 2017.

*Penulis anggota komunitas kali kening Bangilan.

Label:

0 Komentar:

Posting Komentar

Berlangganan Posting Komentar [Atom]

<< Beranda