“Kemah Romadlon dan Membagi
Takjil”
https://www.facebook.com/photo.php?fbid=1362953533784039&set=a.232030356876368.56736.100002082161897&type=3&theater¬if_t=like_tagged¬if_id=1497922037943190
Oleh. Rohmat Sholihin*
Menjalani puasa
Romadlon tahun ini begitu indah dan menyenangkan. Pertama, perasaan ini sangat
gembira karena beberapa hari kemarin telah dihubungi oleh pengasuh Madrasah
Diniyah Al-Isyroq Bate-Bangilan, K.H Nurusshobah Uzair untuk berkenan mengisi
materi tentang jurnalistik dalam rangka pembekalan rohani melalui kegiatan “Kemah
Romadlon” yang diadakan selama 4 hari 3 malam di desa Bate-Bangilan. Tentu saja
yang diminta untuk menjadi mentor bukanlah diri saya namun kawan-kawan Komunitas Kali Keninglah
yang lebih pantas. Sebagai komunitas yang bergerak dalam dunia literasi yang
banyak dihuni oleh kawan-kawan super seksi, maksudnya seksi disini bukanlah dari
segi tubuh saja namun otak mereka sangatlah seksi, otak yang telah banyak
digunakan untuk membaca berbagai macam literasi bahkan dilanjut dengan menulis
beberapa karya tulis telah berhasil diwujudkan. Superb! Menariknya lagi
komunitas ini berada dipedesaan namun logika berfikirnya melampui batas-batas territorial
sekalipun. Otaknya yang seksi mampu menalar dan menjangkau imajinasi-imajinasi
kritis. Sungguh sebuah komunitas yang benar-benar mampu menuliskan sebuah
peradaban untuk masa mendatang. Kita ini tumbuh dalam bayang-bayang literasi
yang suram, literasi yang seharusnya mampu menuliskan dengan kejujuran dan
kebenaran telah dirampas oleh suatu kepentingan yaitu kekuasaan. Sehingga kebebasan
seseorang untuk berliterasi cenderung tertekan bahkan ketakutan. Kebebasannya telah
terbelenggu teror dan ancaman sehingga beberapa generasi sebelumnya tak bisa
menuliskan apa-apa. Dan kita telah kehilangan segalanya berupa fakta dan
informasi sebagai perkembangan dikemudian hari. Mau tak mau generasi sekarang
harus bisa menjadi “yeats”, suatu istilah yang berarti segala sesuatu telah hancur
dan kini di bangun lagi oleh orang-orang yang gila. Kenapa orang gila? Karena perbedaan
gila dengan jenius sangatlah sedikit. Orang waras tak tahu apa yang dikerjakan
oleh orang gila begitu juga orang waras juga tak faham apa yang telah
dikerjakan oleh orang jenius. Untuk membangun sebuah peradaban literasi juga
dibutuhkan orang-orang yang superb.
Mengisi kelas
jurnalistik dalam forum “Kemah Romadlon” Madrasah Diniyah Al-Isyroq Bate sangatlah
menantang. Menantang lebih berkonotasi mengajak dan mengajak pada lapisan
santri untuk menyukai membaca buku dan menulis. Meskipun dua hal tentang
membaca dan menulis bukanlah istilah asing dalam dunia santri namun membaca dan
menulis model bagaimana yang akan kita suguhkan pada mereka. Membaca kitab kuning
tentu saja kita tak ada apa-apanya dengan mereka, menulis maqolah dan maknani kitab kuning kita akan menjadi makhluk
asing dinegeri tuan, setidaknya perasaan itu yang hinggap dalam hati, hingga
minder tingkat tinggi memeluk batin ini. Tapi jika ingat pada sebuah
kepercayaan dari tawaran pengasuh Madin Al-Isyroq, KH Nurusshobah untuk mengisi
materi jurnalistik di kemah Romadlon tahun ini, tentu saja semua hal itu telah
beliau perhitungkan secara matang, bahkan tidak menutup kemungkinan proses
penunjukan Komunitas Kali Kening melalui sholat istikhoroh beliau juga. Ada kemampuan
tersendiri yang tidak semua orang punya. Dan kebetulan kemampuan itu dibutuhkan
untuk membangun peradaban pada sebuah desa terpencil yang bernama Bate, yaitu Madrasah
Diniyah dan literasi, membuat tulisan yang bergender essai, puisi, dan cerpen. Agar
santri bisa dan membiasakan menuliskan segala kisah yang telah dialaminya,
setidaknya tulisan telah menjadi bagian dari hidup mereka. Acara dipandu oleh kawan
Linda Tria S, materi Free writing oleh Joyojuwoto, Pentingnya Menulis dalam
Islam oleh kawan Rohmat Sholihin. Kelas essai oleh Ikal Hidayat Noor, kelas
cerpen oleh Ayra Izzara R, Adib, Kafabih, kelas puisi oleh Mashari, Zakki.
Seperti yang telah
dirasakan Komunitas Kali Kening ini, bahagia itu menulis, bahagia itu membaca,
bahagia itu menyampaikan, dan satu lagi, mengarang itu penting. Kita bisa
berbagi perasaan bahagia ini kepada yang lain, di bulan suci Romadlon yang
penuh limpahan rahmat dan berkah ini merupakan kesempatan untuk berbagi
bersama-sama dalam hal positif, menebarkan benih-benih kebaikan pada sesama,
saling belajar, saling berdiskusi yang dulu menjadi kebiasaan-kebiasaan para
sahabat nabi dalam memecahkan segala permasalahan hingga Islam mampu meraih
masa kejayaan. Begitu juga dalam dunia literasinya. Banyak perpustakaan-perpustakaan
yang telah dibangun pada masa kejayaan Islam baik dikota Baghdad, Kufah, Cordoba
dan kota-kota lainnya seiring perkembangan ilmu pengetahuan yang telah
dikembangkan oleh banyak kalangan kaum Muslimin. Peradaban yang maju tak lepas
dari perkembangan literasi yang maju pula. Mudah-mudahan niat baik Komunitas Kali
Kening dan Madrasah Diniyah Al-Isyroq dalam hal memajukan dunia literasi di
daerah desa terpencil Bate mampu menjadi kegiatan yang sangat bermanfaat bagi
kita semua.
Dalam kesempatan
itu, kawan-kawan Komunitas Kali Kening juga membagikan beberapa buku-buku
karyanya sebagai cinderamata kepada para santri agar mereka tetap semangat
dalam membaca. Secercah Cahaya Hikmah dan
Jejak Sang Rosul karya Joyojuwoto, Patung di kepala karya Ikal Hidayat Noor,
Taprobane karya JJ. Hulux, let’s move on karya Nindya Azalea dan yang
terbaru sekalian launching Eutanasia
karya Linda Tria Sumarno, suasana kebersamaan inilah yang membuatku merasa Romadlon
tahun ini begitu indah.
https://www.facebook.com/photo.php?fbid=757692974433585&set=pcb.757693174433565&type=3&theater
Kedua, ikut
membantu membagi takjil dalam suasana Romadlon sangatlah istimewa. Salah satu
anggota Komunitas Kali Kening, mbak Ayra Izzara R dengan usahanya dalam bidang
kuliner Bakso Arebang telah membagikan takjil bakso sebanyak 600 bakso lebih
dijalan Bangilan-Senori tepatnya didepan SDN Ngrojo, suasana bahagia bisa
berbagi dengan orang lain menjadi virus kebaikan yang tak terlupakan. Dilanjutkan
buka bersama dirumah mbak Ayra Izzara R yang diselingi dengan diskusi bareng
dengan tema, Lailatul Qodar disampaikan kawan Ibrohim dan Joyojuwoto. Semua
itu menjadi inspirasi positif bagi kemajuan hati dan pikiran kita sebagai
manusia biasa yang cenderung berbuat kekeliruan. Semoga apa yang telah
dilakukan kawan-kawan Komunitas Kali Kening dalam bagi takjil ini dapat menjadi
amal yang baik wabil khusus, mbak Ayra Izzara R dan sekeluarga. Mudah-mudahan Allah selalu memberikan kesehatan
serta rezeki yang melimpah serta barokah. Aamiin.
Bate, 19 Juni 2017.
*Penulis anggota komunitas kali
kening Bangilan.
Label: Artikel
0 Komentar:
Posting Komentar
Berlangganan Posting Komentar [Atom]
<< Beranda