Rabu, 31 Mei 2017

REFLEKSI HARI LAHIRNYA PANCASILA


LUNTURNYA NILAI-NILAI  PANCASILA DALAM PENDIDIKAN KITA
Oleh. Rohmat Sholihin, S.Pd. M.A.*

https://dedyfitrasuhermanto.wordpress.com/2013/01/14/membentuk-karakter-bangsa-dengan-nilai-nilai-luhur-ke-bhinekaan/

            Pendidikan merupakan proses pendewasaan seluruh unsur yang ada dalam diri manusia secara utuh dan seimbang. Baik pengetahuan, sikap dan keterampilan. Maka dari itu pendidikan dibutuhkan proses yang dibangun secara sadar dan bertahap dengan memperhatikan kesabaran dan kejelian. Pendidikan tidak dibangun dengan cepat dan serba instan, jika itu terjadi beberapa ketimpangan akan terjadi dan menjadi kendala tersendiri dalam bidang pendidikan. Misalnya seperti kasus mencontek bersama, tawuran pelajar, narkoba, ugal-ugalan bahkan sampai ke arah kekerasan dan pembunuhan. Itulah yang menjadi kendala bangsa yang harus segera kita cari solusinya bersama.
            Kita lihat filosofi negara kita adalah Pancasila. Pancasila mempunyai kedudukan yang tinggi sebagai dasar negara kita. Kedudukan yang tinggi itu menandakan bahwa Pancasila merupakan sumber segala hukum dalam hal apapun di negara kita ini. Termasuk dalam ranah pendidikan kita. Tak diragukan lagi Pancasila merupakan dasar pendidikan nasional sebagaimana tercantum dalam Undang-Undang No. 20 tahun 2003, Bab 2 Tentang Sistem Pendidikan Nasional, yang bunyinya: Pendidikan Nasional berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945. Inilah yang perlu kita garis bawahi bahwa hubungan sistem pendidikan nasional dengan dasar negara Pancasila merupakan hubungan ikatan batin yang tak bisa dipisahkan pada sumber daya manusia Indonesia. Dan sistem Pendidikan Nasional Indonesia harus berdasarkan pada Pancasila dan ditujukan untuk membentuk manusia Indonesia seluruhnya berdasarkan Pancasila dan UUD 1945.
            Pancasila hadir dimuka bumi ini bukanlah dari bim salabim terus ada, tapi Pancasila hadir dimuka bumi ini melalui proses perjuangan panjang dari para pendiri negeri ini melalui beberapa tahap-tahap perjuangan yang panjang. Kemerdekaan yang harus diraih dengan segala upaya serta pengorbanan yang tak ternilai harganya dari para pahlawan. Pancasila hadir sebagai pegangan hidup seluruh bangsa Indonesia haruslah selalu kita perhatikan jangan sampai sedikitpun niali-nilai pendidikan yang kita kembangkan melenceng dari cita-cita bangsa Indonesia seutuhnya yaitu adil seadil-adilnya. Dan di Indonesia Pancasila harus bisa sebagai paradigma, dimaksudkan bahwa Pancasila sebagai sistem nilai acuan, kerangka-acuan berpikir, pola-acuan berpikir; atau jelasnya sebagai sistem nilai yang dijadikan kerangka landasan, kerangka cara, dan sekaligus kerangka arah/tujuan bagi ‘yang menyandangnya’. Yang menyandangnya itu di antaranya:
a) bidang politik,
b) bidang ekonomi,
c) bidang social budaya,
d) bidang hukum,
e) bidang kehidupan antar umat beragama,
Istilah paradigma pada mulanya dipakai dalam bidang filsafat ilmu pengetahuan. Menurut Thomas Kuhn, Orang yang pertama kali mengemukakan istilah tersebut menyatakan bahwa ilmu pada waktu tertentu didominasi oleh suatu paradigma. Paradigma adalah pandangan mendasar dari para ilmuwan tentang apa yang menjadi pokok persoalan suatu cabang ilmu pengetahuan. Istilah paradigma makin lama makin berkembang tidak hanya di bidang ilmu pengetahuan, tetapi pada bidang lain seperti bidang politik, hukum, sosial dan ekonomi. Paradigma kemudian berkembang dalam pengertian sebagai kerangka berpikir, kerangka bertindak, acuan, orientasi, sumber, tolok ukur, parameter, arah dan tujuan. Sesuatu dijadikan paradigma berarti sesuatu itu dijadikan sebagai kerangka, acuan, tolok ukur, parameter, arah, dan tujuan dari sebuah kegiatan. Dengan demikian, paradigma menempati posisi tinggi dan penting dalam melaksanakan segala hal dalam kehidupan manusia. Termasuk dalam bidang pendidikan sebagai dasar untuk membangun manusia seutuhnya. Nilai-nilai dasar Pancasila itu dikembangkan atas dasar hakikat manusia. Hakikat manusia menurut Pancasila adalah makhluk monopluralis. Kodrat manusia yang monopluralis tersebut mempunyai ciri-ciri, antara lain:
·       1. Susunan kodrat manusia terdiri atas jiwa dan raga
·        2.Sifat kodrat manusia sebagai individu sekaligus sosial     
·        3.Kedudukan kodrat manusia sebagai makhluk pribadi dan makhluk Tuhan.
Seiring perkembangan zaman yang semakin pesat, termasuk kebudayaan manusia
yang semakin maju dan canggih, segala kemudahan dan sistem informasi dan komunikasi yang bisa diakses sampai ke tingkat bawah (masyarakat pedesaan) menjadi kendala tersendiri dalam memasuki babak pertaruhan pola pikir manusia Indonesia. Era globalisasi yang pesat bahkan cenderung ekstrim telah menggeser peradapan-peradapan lokal bangsa ke posisi yang semakin terjepit dan terpinggirkan. Peta percaturan politik dunia telah menempatkan dominasi dunia Barat (baca Eropa) dan Amerika sebagai “pemegang saham” terbesar berbagai bidang baik ekonomi, politik, ideologi, budaya di planet  bumi. Akibatnya nilai karakter lokal suatu bangsa akan tergerus dan semakin terkikis di tanah airnya sendiri. Itulah yang dialami Pancasila sebagai Dasar Negara.  Padahal, sebagai ideologi terbuka, Pancasila pada prinsipnya dapat menerima unsur-unsur dari bangsa lain sepanjang tidak bertentangan dengan nilai-nilai dasarnya. Oleh karena itu tidak menutup kemungkinan pemahaman dan pengamalan Pancasila selalu berkembang sesuai dengan dinamika perkembangan zaman. Pengaruh negatif globalisasi harus diwaspadai, karena globalisasi mampu meyakinkan sementara masyarakat Indonesia bahwa liberalisme dapat membawa manusia ke arah kemajuan dan kemakmuran. Akibat berkembang pesatnya globalisasi didunia, masyarakat Indonesia sudah mulai banyak yang mengikuti budaya-budaya barat yang tidak sesuai dengan nilai-nilai yang tercantum dalam ideologi kita. Hal ini merupakan contoh pengaruh negatif globalisasi terhadap ideologi Pancasila yang semestinya tidak perlu untuk ditiru, karena pada dasarnya nenek moyang bangsa Indonesia memiliki sikap dan etika yang baik dan santun. Baik dalam berpakaian dan tingkah laku. Sekarang, dapat kita saksikan sendiri bagaimana masyarakat Indonesia dalam meniru gaya orang barat. Hal yang mestinya tidak baik untuk ditiru jelas sangat bertentangan dengan ideologi bangsa kita.  Hak asasi manusia (HAM) dengan keliru diterjemahkan boleh berbuat semaunya dan tak peduli apakah merugikan atau mengganggu hak orang lain. Budaya dari luar, khususnya faham liberalisme, telah merubah sudut pandang dan jati diri bangsa dan rakyat Indonesia. Pergeseran nilai dan tata hidup yang serba liberal memaksa bangsa dan rakyat Indonesia hidup dalam ketidakpastian. Akibatnya, seperti terlihat saat ini, konstelasi politik nasional serba tidak jelas. Para elite politik tampak hanya memikirkan kepentingan dirinya dan kelompoknya semata. Dalam kondisi seperti itu sekali lagi peran Pancasila sebagai pandangan hidup dan dasar negara memegang peranan penting. Pancasila akan menilai nilai-nilai mana saja yang bisa diserap untuk disesuaikan dengan nilai-nilai Pancasila sendiri. Dengan begitu, nilai-nilai baru yang berkembang nantinya tetap berada di atas kepribadian bangsa Indonesia. Pasalnya, setiap bangsa di dunia sangat memerlukan pandangan hidup agar mampu berdiri kokoh dan mengetahui dengan jelas arah dan tujuan yang hendak dicapai. Dengan pandangan hidup, suatu bangsa mempunyai pedoman dalam memandang setiap persoalan yang dihadapi serta mencari solusi dari persoalan tersebut. Kita sebagai masyarakat Indonesia harus pandai memilah mana yang sesuai dan mana yang tidak sesuai dengan ideologi kita. Jangan sampai kita terjerumus dalam suatu masalah yang bertentangan dengan nilai-nilai luhur ideologi kita yang disebabkan oleh perkembangan globalisasi didunia saat ini.
            Namun kenyataannya nila-nilai Pancasila mengalami kemerosotan seiring majunya perkembangan tekhnologi dan informasi. Pancasila bukan lagi menjadi acuan nilai-nilai luhur bangsa Indonesia tapi Pancasila hanya menjadi simbol negara yang tak berarti apa-apa. Ini berbahaya dan bisa menjadi awal retaknya bangsa yang besar ini. Beberapa kasus dan bukti bahwa nilai-nilai Pancasila mulai terkikis dengan perkembangan zaman yaitu banyaknya kasus pencabulan anak dibawah umur bahkan sampai berakhir pembunuhan, tawuran antar pelajar, narkoba, oplosan sampai berbuntut pada kematian, korupsi, kolusi, nepotisme, pemerkosaan, pornografi, seks bebas, teroris, bahkan sekelas artis sebagai figur masyarakat ada yang tidak tahu lambang-lambang dalam Pancasila, parah lagi ada juga kasus anggota DPR sebagai wakil rakyat Indonesia sampai tidak hafal sila-sila dalam Pancasila. Sehingga Pancasila hanya sebagai simbol negara yang masyarakatnya tidak lagi berpijak sebagai paradigma apalagi mengamalkannya.
            Dan efektifnya untuk memperkenalkan kembali nilai-nilai Pancasila dalam masyarakat yaitu dalam bidang pendidikan kita. Pendidikan sebagai arus transformasi budaya harus banyak memperkenalkan nilai-nilai Pancasila di setiap jenjang pendidikan mulai dari TK/RA, MI/SD, MTs/SMP, MA/SMA sampai jenjang Perguruan Tinggi atau PT. Apalagi sejak zaman reformasi pendidikan Pancasila melalui program penataran P4 yang materi didalamnya banyak memperkenalkan nilai-nilai falsafah Pancasila, UUD 1945, GBHN, Wawasan Wiyata Mandala, Wawasan Nusantara dan lagu-lagu wajib telah berganti menjadi Masa Orientasi Sekolah, pelajaran Pendidikan Moral Pancasila (PMP) juga telah diganti. Logikanya negara tidak lagi menjadi transformasi nilai-nilai Pancasila dalam pendidikan dan masyarakat, sehingga negara sangat sulit untuk memposisikan diri sebagai pengontrol arus budaya yang semakin menggila, didukung dengan sistem informasi dan komunikasi yang sangat maju negara akan menjadi lebih sulit untuk memantau perkembangan informasi-informasi yang terus bertebaran melalui dunia maya yang di fasilitasi oleh internet. Memang zaman telah berubah menjadi zaman keterbukaan dan demokrasi namun untuk menentukan nilai-nilai falsafah bangsa sangatlah penting agar masyarakat tetap mempunyai pandangan hidup yang tetap sesuai dengan falsafah Pancasila sebagaimana sumber segala hukum di negara Indonesia.
            Lunturnya nilai-nilai Pancasila dalam pendidikan kita merupakan tantangan bagi institusi pendidikan, bagaimanapun juga pendidikan menjadi sumber utama untuk terus memupuk jiwa-jiwa Pancasila di lingkup sekolah. Sekolah harus mampu menjadi tempat persemaian nilai-nilai Pancasila, sehingga peserta didik mampu memahami dan mengamalkan nilai-nilai Pancasila dalam kehidupan di sekolah dan di masysarakat. Pada nilai-nilai Pancasila dalam butir-butirnya merupakan karakter bangsa Indonesia yang harus dikenalkan pada peserta didik yang saat ini mengalami krisis moral yang dapat mempengaruhi masa depan bangsa ini dikemudian hari. Dari karakter nilai-nilai Pancasila juga merupakan jurus untuk membimbing generasi muda yang mampu mempunyai sikap mandiri dan tidak menjadi generasi muda yang ketergantungan dan keterbelakangan  terhadap nilai-nilai budaya asing yang bertentangan terhadap nilai-nilai Pancasila.  
           
                                                            *Guru DPK di MI Salafiyah Bangilan Kabupaten Tuban
            

Label:

Selasa, 30 Mei 2017

Lokakarya Matematika Menyenangkan Dengan Cara Master Matematika Indonesia di MI Nahdlotul Mubtadiin Soto-Bangilan

Oleh. Rohmat Sholihin*

Pembukaan Lokakarya Matematika Menyenangkan Dengan Cara Master Matematika Indonesia di MI Nahdlotul Mubtadiin Soto-Bangilan. Bapak H. Maimun S (Ketua KKMI Kec. Bangilan), Bapak Mulyadi ,S.Pd (Ketua KKGMI Kec. Bangilan), Bapak Saiful Badri, S.Pd.I (Pengawas PAI TK/SD Kec. Bangilan). Foto. Rohmat S.
Matematika saat ini masih menjadi mata pelajaran yang menjemukan dan rumit bagi peserta didik. Di lihat dari hasil Ujian Sekolah bahwa nilai matematika masih menduduki rating terakhir pada tingkat kesulitan sehingga masih banyak peserta didik yang mendapatkan hasil nilai matematika rendah, bisa juga rata-rata 4,00. Dari tragedi ini ada beberapa cara untuk membuat peserta didik lebih semangat dalam mempelajari matematika, peserta didik merasa senang belajar matematika dan peserta didik lebih maju dalam mencoba untuk menyelesaikan soal-soal matematika. Sehingga matematika bukan hal yang menakutkan dan serem lagi. Belajar matematika dengan cara master matematika Indonesia memberikan banyak cara yang lebih sederhana dan mudah. Mulai dasar-dasar ilmu matematika yaitu penjumlahan, perkalian, pembagian, dan pengurangan. Matematika bukanlah ilmu yang rumit dan sulit bagi peserta didik apabila mereka mau diperkenalkan dengan cara yang mudah dan guru yang menyenangkan, ibaratnya belajar matematika adalah belajar melompat, apabila peserta didik tak ada semangat atau motivasi belajar dan mencoba, mereka pasti akan malas untuk melakukan meloncat. Karena dalam benaknya atau jiwanya ada rasa enggan, malas, cuek, dan lebih bahaya lagi tak mau mencoba atau tutup hati dengan yang namanya matematika. Dan ada perkataan yang menjengkelkan dari peserta didik tentang ilmu matematika ini, bahwa “tidak bisa matematika tidak apa-apa, tak kan menjadi pertanyaan di dalam kubur,” jika dipikir-pikir perkataan tadi sangat lucu. Matematika dihubungkan dengan kematian. Apa boleh buat, itu hanya apologi dari kekesalan hati karena betapa sulitnya matematika. Dan peserta didik sudah menyerah terlebih dahulu untuk menghadapinya.
Ini merupakan tantangan dan kendala bagi guru bidang studi matematika atau bagi guru kelas untuk MI/SD yang juga harus mengajar matematika. Guru harus terus punya cara yang paling mudah untuk peserta didik dalam hal matematika dan terus mendorong kepada peserta didik untuk terus belajar. Meski peserta didik menghadapi kesulitan dan sudah menjadi tugas guru yaitu memberikan pengarahan dan cara yang paling mudah dalam menghadapi kesulitan peserta didik terutama dalam bidang studi matematika. Guru harus mengerti dan memahami kondisi kejiwaan peserta didiknya, ada banyak bakat yang terpendam dalam diri peserta didik, dan itu majemuk. Guru harus pandai memberikan ruang ekspresi bagi peserta didiknya untuk mengembangkan skill dan bakat mereka sesuai yang mereka inginkan. Termasuk bakat menghitung dan berlogika dengan cara matematis. Inilah yang menjadi bidikan dan terobosan belajar matematika yang termudah dengan cara Master Matematika Indonesia, intinya menawarkan cara termudah dalam hal matematika bagi peserta didik di sekolah.
Bapak Suwintono, S.Pd.I sedang menyampaikan materi 
Foto. Rohmat S.
            Dalam lokakarya ini materi penjumlahan menyimpan dan menghitung satuan konversi disampaikan oleh pemateri Bapak Suwintono, S.Pd.I, guru Matematika dari MI Nahdlotul Mubtadiin dengan penuh kehangatan, akrab, dan mengasyikkan. Cara mengasyikkan itulah yang sangat disukai oleh anak didik. Anak didik tidak merasa jenuh dan takut dengan cara guru dalam menjelaskan materi ajarnya, khususnya matematika. Cara Master Matematika Indonesia memberikan cara termudah bagi peserta didik dalam menyelesaikan soal-soal matematika, intinya peserta didik mau mencoba untuk mengerjakan soal-soal matematika dengan rileks dan enjoy.  Berikut materi penjumlahan menyimpan:
Materi Penjumlahan menyimpan.
Materi Satuan Konversi
Kemudian dilanjutkan materi berhitung dengan bermain berteman yang disampaikan oleh pemateri Bapak Rohmat Sholihin, S,Pd, juga tak kalah menarik. Materi berjalan lancar dan menarik bahkan pemateri juga memberikan hadiah sebuah buku 4 Cermin Flora karya Dhoni Firmansyah kepada peserta lokakarya karena telah berhasil menjawab pertanyaan. Berikut materi berhitung dengan bermain berteman :
Bapak Rohmat Sholihin, S.Pd memberikan hadiah kepada peserta pelatihan Bapak M. Rifan , S.Pd yang telah berhasil menjawab pertanyaan. Foto. Rohmat S.
Materi Berhitung dengan bermain berteman

            Berikutnya materi dilanjutkan perkalian yang disampaikan oleh Indrianing Srihayu, S.Pd. juga berjalan dengan penuh histeris dan mengesankan. Ada perkalian lidi berikut materinya,
Ibu Indrianing Srihayu, S.Pd sedang beraksi memberikan materi Perkalian dengan cara sapu lidi. Foto. Rohmat S.
Materi Perkalian Sapu Lidi
Dan materi berikutnya yaitu Akar Kuadrat /Akar Pangkat 2, yang disampaikan oleh Mulyadi, S.Pd. Berikut petikan materinya:
Bapak Mulyadi, S.Pd memberikan materi Akar Kuadrat/Akar Pangkat 2. Foto. Rohmat S.
materi Akar Kuadrat/Akar Pangkat 2

Matematika jika dipelajari dengan cara-cara yang asyik dan menyenangkan akan terasa mudah dan asyik. Matematika haruslah dicoba dan dikerjakan dengan pemecahan-pemecahan yang mengasyikkan agar peserta didik tidak terasa jenuh dan tidak takut dengan matematika. Matematika bukanlah sesuatu hal yang menakutkan akan tetapi sesuatu yang mangasyikkan jika dicoba dengan senang hati meski belum berhasil masih ada banyak cara untuk memecahkannya. Mari kita terus mencoba memecahkan soal-soal matematika dengan senang dan tenang pasti kita akan menemukan jalan. Selamat mencoba dan berdiskusi dengan peserta didik dengan damai dan nyaman.!.
Peserta Lokakarya yang tetap semangat.


Bangilan, 5 Januari 2017.

*Penulis salah satu peserta lokakarya.



Label:

Senin, 29 Mei 2017

Menanam Benih Ikan di Telaga Punggur Bangilan

Madrasah Inspirasi
Menanam Benih Ikan di Telaga Punggur Bangilan
Oleh. Rohmat Sholihin*

Ribuan benih ikan Nila di lepas oleh peserta didik MI Salafiyah Bangilan di Telaga Punggur Dusun Punggur Desa Banjarworo Kecamatan Bangilan-Tuban. Foto. Rohmat S.

            Melihat sungai-sungai yang ada di desa kami sekarang ini sudah bukan lagi sungai yang indah dan jernih, banyak ikannya, tempat untuk bermain dan mandi mengisi cerahnya hari. Sungai kini sudah banyak terkontaminasi oleh berbagai pencemaran yang disebabkan oleh obat-obat pertanian dan sampah. Sungai yang seharusnya menjadi sumber mata air yang bersih untuk lingkungan dan masyarakat beralih fungsi sebagai tempat untuk membuang sampah. Tak diperhatikan lagi peran dan fungsinya. Ironis, jika masyarakat tidak segera memperbaiki sikap dan kebiasaan yang telah mengabaikan peran penting akan sungai. Sungai bukan hanya berfungsi sebagai pengairan untuk sawah dan ladang, namun sungai juga sangat vital bagi kehidupan masyarakat dan  keseimbangan lingkungan. Sungai menjadi habitat hewan-hewan air terutama habitat ikan air tawar, udang, belut, ular, dan bahkan ada beberapa hewan lainnya yang mendiami sungai. Sehingga menjadi ekosistem air tawar.
            Madrasah Inspirasi kali ini akan mengajak peserta didik menanam benih ikan Nila di Telaga Punggur Kecamatan Bangilan, dalam memperhatikan habitat ikan air tawar sangatlah penting. Karena itu bagian dari lingkungan alam kita, tempat hidup kita, tempat kita berkomunikasi dan tempat kita berkeluh kesah dengan alam sekitar. Alam memberikan segalanya bagi manusia, mulai dari kebutuhan pangan dan sebagainya. Oleh karena itu peserta didik yang cerdas dan sehat haruslah dibesarkan dalam lingkungan alam yang sehat, bersih dan seimbang. Peserta didik mulai sejak dini diperkenalkan dengan lingkungan alam, menyatu dengan alam dan berbuat untuk alam sekitar sehingga peserta didik semakin sadar bahwa kita adalah bagian dari alam, jika alam kita rusak dan sakit maka kita juga akan merasakan sakit.
Peserta Didik MI Salafiyah Bangilan dengan penuh semangat melepas benih ikan Nila di Telaga Punggur. Foto. Rohmat S.

            Ada beberapa tujuan dalam kegiatan ini yaitu:
1.     1. Melatih anak didik mencintai lingkungan alam. Peserta didik akan lebih memahami dan merasakan apa yang telah di hadapi oleh alam sekitar ketika melihat beberapa kerusakan-kerusakan yang terjadi. Mulai keadaan sungai yang tak lagi bersih akibat kebiasaan masyarakat yang membuang sampah di sungai. Sungai tak lagi menjadi sumber air bersih tapi sungai telah menjadi sumber air kotor akibat telah terkontaminasi oleh sampah-sampah dan obat-obatan pertanian yang racunnya telah membunuh beberapa hewan yang hidup di sungai.
2.    2. Melestarikan alam. Alam bukanlah barang yang mati. Alam adalah tempat dimana manusia dan segala seisinya hidup dan saling mengisi antara satu dengan yang lainnya. Alam merupakan struktur yang lengkap, jika ada satu komponen yang punah maka akan mempengaruhi komponen berikutnya. Kelestarian alam harus selalu di jaga dan di lestarikan agar segala kehidupan yang ada di ala mini bisa lestari. Peserta didik harus selalu di ajak terus berkecimpung dengan kegiatan-kegiatan yang berhubungan dengan keslestarian alam termasuk menanam benih ikan di sungai dan telaga.
3. 3.  Memperhatikan keseimbangan alam. Keseimbangan alam merupakan faktor penting dalam masa depan kehidupan di bumi dan seisinya. Jika keseimbangan alam terganggu akan timbul banyak bencana yang imbasnya ke manusia juga. Banyak keseimbangan alam yang terganggu akibat ulah tangan manusia yang jahil, seperti; menebang pohon sembarangan, membuang sampah di sungai, membuang limbah ke laut, perburuan liar, mengambil ikan dengan bahan peledak dan racun serta jaring pukat harimau, mengeksploitasi alam secara besar-besaran sehingga keseimbangannya terganggu, membakar hutan, dan masih banyak kegiatan-kegiatan manusia yang merugikan alam. Sehingga sejak dini peserta didik harus selalu diperlihatkan keseimbangan alam dan peranannya, termasuk menanam benih ikan di telaga yang membantu ikan-ikan kembali ke habitatnya dengan nyaman dan aman.
4.   4. Menumbuhkan sikap perduli terhadap alam sekitar. Dengan banyak mengajak berkunjung ke alam sekitar menjadikan peserta didik semakin perhatian terhadap alam. Peserta didik di ajak untuk bertanam pohon, menanam benih ikan, memotret kerusakan alam seperti; bekas kebakaran hutan, tanah longsor, dengan satu catatan penting yang perlu diperhatikan yaitu keselamatan peserta didik selama mengikuti kegiatan-kegiatan di alam harus selalu di jaga dan diperhatikan jangan sampai selama peserta didik melakukan kegiatan-kegiatan di alam dibiarkan bebas dan tanpa pengawalan yang ekstra hati-hati. Carilah tempat yang tidak terlalu ekstrem mengingat keselamatan peserta didik. Dan terpenting peserta didik memahami makna pentingnya menjaga lingkungan alam dari kerusakan-kerusakan.
5.   5. Senang dan ceria. Intinya dalam setiap kegiatan pembelajaran peserta didik harus dalam keadaan senang dan ceria. Hindari cara mengajar yang mengekang dan membosankan, buat peserta didik enjoy, tanpa tekanan apapun. Dengan hati yang ceria dan senang peserta didik dapat menikmati setiap kegiatan-kegiatan berlangsung. Berilah perhatian setiap pertanyaan-pertanyaan yang mereka lontarkan dan perhatikan mereka dalam berkomunikasi, karena dengan melihat secara langsung cara komunikasi mereka, kita bisa menggaris bawahi sikap dan kebiasaan-kebiasaan peserta didik. Sehingga kita bisa lebih saling memahami antara keduanya, yaitu antara pembimbing dan peserta didik. Pembimbing bukanlah manusia yang paling sempurna, melainkan sama seperti kita juga. Sama-sama saling belajar.
Dengan banyaknya kegiatan-kegiatan secara live, peserta didik akan lebih bisa menerima dengan mudah dan tidak membosankan. Peserta didik akan lebih terkesan dengan banyak mengunjungi tempat-tempat yang mengasyikkan dan berbuat positif untuk alam sekitar. Bersosialisai dan berdiskusi dengan pembimbing dan teman-temannya merupakan kegiatan yang tak bisa mereka lupakan selama hidupnya. Akan selalu terkesan sehingga mampu menggerakkan hati nurani peserta didik untuk bersikap dan menumbuhkan inspirasi-inspirasi dikemudian hari.
Telaga Punggur yang terdapat di dusun Punggur desa Banjarworo kecamatan Bangilan merupakan telaga yang indah dan luas, tempatnya yang persis dilereng bukit Punggur yang dikelilingi hutan menjadi telaga yang benar-benar nyaman dan sejuk. Telaga ini pernah diresmikan oleh Gubernur Jawa Timur yakni Bapak Wahono sebagai telaga yang cocok untuk berbudidaya ikan air tawar dan penyimpanan air hujan untuk mengairi sawah dan ladang. Namun seiring perkembangan zaman telaga ini mulai pudar pesonanya karena kurang perawatan dan perhatian dari pemerintahan setempat. Juga hutan-hutan yang dulu rindang mengelilingi telaga Punggur juga mulai tak luput dari penebangan sehingga semakin panas dan cadangan air juga mulai berkurang secara cepat ketika musim kemarau. Juga ada beberapa bangunan plengsengan pada bendungannya mulai hancur. Telaga Punggur yang dulu menjadi primadona masyarakat Bangilan dan sekitarnya untuk mengisi hari-hari libur untuk sekedar menikmati alam dan memancing kini menjadi telaga yang sunyi dan kurang mendapatkan perhatian.
            Dengan semangat gempita, peserta didik kelas 6 pada Madrasah Ibtidaiyah Salafiyah Bangilan berangkat untuk menanam benih ikan air tawar Nila ke telaga. Ada lebih dari 1000 benih ikan Nila dilepas, dibiarkan bebas, dan kembali ke habitatnya yang luas. Dan untuk memperbaiki keseimbangan alam yang mulai terganggu. Meski ada beberapa kendala-kendala antara lain:
1.   1. Bebas dipancing. Telaga ini memang masih banyak di huni oleh beberapa ikan namun populasi perkembangannya sangat kecil. Karena setiap hari dipancing. Namun kendala ini masih bisa ditanggulangi karena secara jumlah bahwa dipancing hanya beberapa ikan saja yang didapat sedangkan ikan-ikan yang jumlahnya masih banyak masih bisa berkembang biak dengan baik. Mengingat tempatnya yang luas dan masih alami karena airnya masih bersih dan bebas obat-obat kimia pertanian. Sangat cocok untuk ditanami benih ikan lagi dalam jumlah besar secara bertahap.
2.   2. Cadangan air semakin mengecil bahkan bisa habis jika memasuki musim kemarau panjang karena keadaan hutan sudah beralih fungsi menjadi perkebunan.
3.     3. Tak ada perhatian dari pemerintahan setempat.
4.     4. Akses jalan menuju telaga perlu untuk diperbaiki kembali.
Namun kendala-kendala di atas sebenarnya sangatlah ringan jika ada perhatian dari pemerintahan setempat dan warga masyarakat. Intinya ada niat perduli pada lingkungan alam, bahwa masalah alam merupakan masalah yang penting bagi kita bersama, termasuk isu penting dalam dunia pendidikan termasuk Madrasah. Peserta didik perlu untuk diajak berkunjung dan ikut memperhatikan persoalan ini agar tumbuh pemikiran-pemikiran kritis dikemudian hari. Ada inspirasi-inspirasi yang tumbuh dalam alam pikiran mereka ketika mereka melihat secara langsung ketimpangan-ketimpangan di lingkungan alam sekitarnya, termasuk habitat ikan air tawar yang saat ini mulai terganggu akibat pengambilan ikan dengan menggunakan setrum dan obat-obat kimia. Mari kita stop merusak keseimbangan alam. Bersama-sama dengan Madrasah Inspirasi ayo kita tumbuh kembangkan pemikiran yang positif untuk kehidupan kita dan lingkugan alam agar tetap lestari.
Yes, Madrasah Inspirasi memang OKE! Berbuatlah yang terbaik untuk alam.
Foto. Rohmat S.

Bangilan, 27 Oktober 2016.
           


Label:

Kamis, 25 Mei 2017

Nyiur Ilalang Melambai di Kali Kening

Oleh. Rohmat Sholihin*

Dok. K3
Sore itu sedikit mendung, jalanan masih basah dengan gerimis hujan bulan april. Mobil, motor, dan sepeda sibuk berlalu-lalang dengan tujuan dan harapan yang ada dalam kepala mereka masing-masing. Jika aku puisikan pada sebaris kata mungkin bisa begini; mereka berlalu –lalang dengan seksama, tiada muara tujuan yang mampu ku ketahui kecuali pucukmu telah tiba disuatu tempat. Duh, dalam hatiku bercumbu ria dengan sebaris kata yang asal keluar dari pikiranku. Mungkin pikiranku lagi melalang buana dengan kesewotan yang terbius poster dalam group WA Kali Kening dalam kajian yang ke-15. Bincang sajak, “Menempuh Kuncup Ilalang”, yang disajikan oleh Ilalang penulis buku Kuncup Ilalang dan pengantar oleh Ikal Hidayat Noor. Hati ini penasaran setengah mati, ingin segera sampai di Iwan Café di jalan Jatirogo-Bojonegoro tepatnya di desa Jalaru-Bangilan untuk bergabung dalam kajian dan tentu saja ingin bertemu dengan penyaji yang lentik alisnya ketika aku lihat gambarnya dari poster itu. Ada simpul senyum yang menghias manis disudut hatiku yang tak lagi muda. Ah, jangan-jangan puber kedua. Tidaaaaaaaaaak! Hehehe…pikiran nakalku berkecamuk tak sabar untuk segera sampai dan ikut berdiskusi. Maklum aku jadi baper dengan menempuh kuncup ilalangnya Kali Kening sore itu.
Motorku mengendap-ngendap melintasi jembatan Kali Kening yang redup, airnya tak lagi pasang menggelepar-gelepar seperti naga yang siap memangsa. Aku lihat dengan tenang airnya, mengayun-ayun lembut seperti bidadari yang telah bermain dan mandi di airnya yang bening. Ada senja mewakilkan panorama indah berwarna biru, sebiru syair Joyojuwoto, Kali Kening Dalam Senja Biru. Syair indah. Penuh makna dan menggoda hati untuk berbisik bahwa kita memang telah menjadi bagian dari pengembara jiwa, cinta, rindu dan masa lalu yang telah menghias dalam bingkai kenangan. Terlalu cepat masa-masa kecil yang penuh dengan canda dan tawa berlalu, meninggalkan beribu-ribu kisah yang belum sempat kita tulis dalam surat kapsul dan kita tanam dalam tanah. Beberapa tahun kemudian kita gali lalu kita baca lagi dengan seksama di bawah pohon bambu, dengan angin yang menyapa rumput-rumput ilalang dan gemericik kali kening yang syahdu. Duh, hati ini terbakar oleh emosi kata-katamu yang menusuk hati. Merona, menyihir rumput dan ilalang di kaki bukit. Ini adalah senja biru, katamu
Senja yang tercipta dari senyum bidadari. Saat mengeja rindu yang menggebu
Pada beningnya air kali. Di sini, di pinggiran kali kening ini
Jejak itu masih tampak. Pada batu-batu kali, pada pasir. Dan pada keheningan lubuk.
Kuatnya syair itu hingga harus mengheningkan cipta ketika melewati jembatan Kali Kening.
Sungai yang telah menceritakan seribu kisah, lambat laun mulai pudar, orang-orang hanya berlalu-lalang, acuh tak acuh pergi tanpa kabar. Ia telah menjadi lupa bahwa jasad mudanya dulu pernah terguyur air beningnya saat mandi. Kaki lincahnya yang dulu penuh lumpur saat berlari mengejar layang-layang dengan ranting bambu kering, tangannya dengan cekatan menyibak gundukan tanaman air yang banyak tumbuh dipinggirnya untuk menangkap udang, dan lentik matanya saat memandang nyiur ilalang melambai-lambai dengan suara seruling penggembala. Semua itu telah berlalu dengan haru.
Motorku mulai melambat ketika dihadapan terlihat sebuah bangunan bermotif warna hitam-putih dengan atap esbes. Didepannya banyak motor yang telah diparkir rapi dan sebuah mobil biru tua dongker, mobilnya keren, meski terkesan selera tua, namun kenyamanan dan tahan bantingnya serta kualitasnya sudah teruji itu menandakan bahwa yang punya seorang idealis. Kuselipkan motorku diantara motor-motor lainnya. Akupun masuk ke ruangan yang telah ramai dan penuh dengan aroma tawa, ceria dan bahagia, bahagia bisa berbincang tentang sajak dan puisi pada senja hari. Kali Kening mulai hening dengan semilir angin dan gemulai nyiur ilalang menari-nari, indah tak terperikan, syahdu bukan buatan, akupun terkapar, tak dapat berkata-kata, hanya bisa berimajinasi bahwa hari-hari semakin berat, terlelap dalam balutan kata-kata yang semakin tajam menghujam. Luar biasa. Kali Kening semakin liar diantara ilalang-ilalang, melambai-lambai. Tak terasa senja mulai memudar, gelap mulai merayap, semoga bulan merah tak lagi tampak, biarkan ilalang dengan indahnya saja yang bersajak.

*Penulis anggota Komunitas Kali Kening.



Label:

Senin, 22 Mei 2017

LAPORAN OBSERVASI HUTAN BUATAN DI PULUT- BANGILAN

Oleh. Rohmat Sholihin, S,Pd

Belajar tidak harus dikelas, boleh lah sekali-kali peserta didik diajak berkunjung untuk belajar mengamati diluar kelas agar tidak jemu.
Dok. MI Salafiyah Bangilan.


            MIS.BIA. Anak didik merupakan aset bangsa yang tak ternilai harganya. Mereka harus mendapatkan pengajaran yang baik dan bernilai mendidik bukan pengajaran yang bersifat teori semata yang bisa membuat jenuh. Sehingga anak didik tak lagi tertarik dengan sistem pengajaran kita. Bukankah jika kita bisa membuat anak didik menjadi senang dan tertarik dengan pelajaran yang kita ajarkan adalah awal kesuksesan bagi kita. Anak didik akan terus merasa tertarik dengan langkah-langkah berikutnya. Seperti pada anak-anak kelas 6b MI Salafiyah Bangilan ini dalam mengurangi kejenuhan belajar dalam kelas, mencoba untuk keluar melihat keadaan diluar dengan mengunjungi lahan hutan buatan milik Pak M. Sholeh yang berada di dusun Pulut-Bangilan. Apalagi pada musim kemarau kemarin hutan buatan milik pak M. Sholeh telah mengalami kebakaran akibat terlalu panas cuacanya.

Peserta didik MI Salafiyah Bangilan sedang mengamati dan mengobservasi keadaan hutan buatan milik Bapak M. Sholeh di dusun Pulut-Bangilan.
Dok. MI Salafiyah Bangilan.

            Dalam pembelajaran ini menghubungkan dengan materi IPA kelas 6 pada bab. III tentang keseimbangan ekosistem. Dalam kegiatan mengunjungi lahan hutan buatan anak didik bisa melakukan:
1.      Melihat dari dekat bentuk lahan hutan buatan
2.      Mengobservasi keadaan lahan hutan buatan
3.      Meneliti berbagai tanaman yang masih ada pada lahan hutan buatan
4.      Memotret keadaan lahan hutan buatan
5.      Mencatat hewan-hewan yang masih tersisa dalam lahan hutan buatan terutama dari bangsa burung.
Kami memulai kegiatan pada jam pertama yaitu pada jam 7.30 setelah kami melakukan sholat sunnah dhuha berjamaah. Rencana anak didik akan dibagi menjadi beberapa kelompok dan mengerjakan tugas observasi sesuai dengan apa yang mereka lihat berdasarkan kenyataan atau kondisi lapangan.

Peserta didik sedang berdiskusi untuk menyelesaikan tugas kelompok
Dok. MI Salafiyah Bangilan
            Adapun beberapa kelompok yaitu
1.      Kelompok I terdiri dari
a.       M. Tahsil Akbar
b.      M. Ibnu Adam
c.       Rizki Setiawan
d.      M. Lukman Hakim
e.       Rudi
2.      Kelompok II terdiri dari
a.       Andrean Prigel
b.      Andrian Happy
c.       Raffly
d.      Khofid
e.       Nafiurrosidin
3.      Kelompok III terdiri dari
a.       Ahmad Naufal Abdul Muqsith
b.      Thoriq
c.       Raffi
d.      Danayel
e.       Ahmad Kamaluddin
4.      Kelompok IV terdiri dari
a.       Bagas Wahyu Pranata
b.      Roghib Musyafa
c.       Ubedillah
d.      Dimas Syaputra
e.       Saiful Yusuf
Tugas-tugas dari kelompok I
1.      Silahkan anak didik tulis kondisi hutan buatan milik Pak M. Sholeh!
2.      Bagaimana kondisi pohon yang ada di dalam hutan buatan?
3.      Sebutkan beberapa tanaman yang ada di hutan buatan!
4.      Berapa kira-kira luas hutan buatan milik pak M. Sholeh?
Jawaban dikutip dari hasil pelaporan anak didik sebagai berikut
1.      Kondisi hutan buatan milik pak M. Sholeh cukup subur dan beberapa tumbuhan dapat tumbuh dengan baik. Besar nya ukuran pohon yang ditanam sebagai hutan buatan seperti pohon jati hampir sama. Namun ada beberapa keadaan yang perlu untuk segera ditanggulangi yaitu sebelah utara hampir separo lahan yang masih ada pohonnya mengalami kebakaran akibat cuaca yang panas.
2.      Kondisi baik hanya separo mengalami kebakaran namun masih bisa berkembang jika memasuki musim penghujan nanti.
3.      Jati, sawo, mangga, semak-semak, rumput liar, mahoni, pisang, bambu.
4.      Sekitar 1 hektar menurut keterangan pak M. Sholeh.
Tugas-tugas dari kelompok II
1.      Silahkan anak didik sebutkan dan tuliskan beberapa hewan yang ada disekitar hutan buatan ini!
2.      Apakah ada beberapa hewan yang membuat sarang atau berkembang biak disekitar lahan hutan buatan ini?
3.      Silahkan tuliskan kondisi hewan-hewan liar yang ada dalam hutan buatan!
4.      Bagaimana perasaan anak didik dalam pembelajaran dengan berbasis lingkungan alam sekitar begini?
Jawaban dikutip dari hasil pelaporan anak didik sebagai berikut
1.      Burung pipit, burung trucukan, burung kutilang, burung prenjak, burung kolibri lokal atau spesies jawa, kadal, bunglon, ular dadak emprit, cecak, tokek, belalang, kelelawar, kupu-kupu, klarap.
2.      Ada seperti burung pipit, kelelawar, burung prenjak, tokek, cecak, kadal, klarap.
3.      Kondisi lumayan bagus dan stabil dalam lahan buatan itu membantu sebagai tempat berkembang biak sehingga secara tak langsung keseimbangan ekosistem mengalami kemajuan meski hampir beberapa tempat telah mengalami kerusakan.
4.      Sangat senang, dengan belajar seperti ini kami bisa berekspresi dan seperti bermain namun sambil belajar mencatat dan melaporkan tugas-tugas yang telah diberikan oleh pembimbing. Dan kami berfoto-foto ria dengan teman-teman yang menambah suasana kebersamaan yang hangat dan menyenangkan.
Tugas-tugas kelompok III
1.      Sudah berapa tahun usia pohon-pohon yang telah ditanam dihutan buatan ini?
2.      Ada berapa kira-kira pohon yang telah ditanam dihutan buatan ini?
3.      Kira-kira ditebang untuk dimanfaatkan kayunya pada usia berapa?
4.      Apakah ketika sudah ditebang tidak ada reboisasi lagi atau ditanami lagi?
Jawaban dikutip dari tulisan peserta didik
1.      Kira-kira hampir 15 tahun berlalu
2.      Sekitar lima ribu pohon
3.      Pada usia 25 tahun lebih.
4.      Ada. Karena jika ditebang pohon jati masih bisa tumbuh lagi.
Tugas-tugas kelompok IV
1.      Apakah beberapa pohon yang ada dihutan buatan ini sudah ada yang ditebang sebagai program penjarangan?
2.      Dimanfaatkan untuk apa kayunya?
3.      Jika dijual kira-kira perpohon berapa?
4.      Kira-kira berapa pohon yang sudah ditebang?
Jawaban dikutip dari tulisan dan pelaporan anak didik
1.      Ada.
2.      Dijual
3.      Kira-kira harga perpohon bervariasi ada yang Rp. 300.000,00 perpohon ada juga yang Rp. 700.000,00, ada juga yang harga Rp. 1.500.000,00 tergantung melihat kondisi kayunya.
4.      Sekitar 200-an pohon telah ditebang untuk program penjarangan.

Belajar itu menyenangkan jika,..suasananya juga menyenangkan.
Dok. MI Salafiyah Bangilan.
Setelah beberapa anak didik menyelesaikan tugas-tugasnya, mereka dengan senang hati bermain sambil berfoto ria dengan teman-temannya yang hasilnya bisa dilihat pada dokumentasi dibawah. Tak terasa hari terus berlalu, waktu terus berjalan begitu cepatnya hingga jam menunjukkan pukul 9.30 WIB yang sebentar lagi mereka istirahat. Maka kunjungan di lahan hutan buatan milik pak M. Sholeh selesai. Kamipun bersama-sama kembali lagi menuju madrasah tercinta yaitu MI Salafiyah Bangilan.

                                                                                                Bangilan, 30 September 2015


Label: