Jumat, 30 Desember 2016

Stasiun Tua Di Kampungku


Google. com

Oleh. Rohmat S.
Puing bangunan stasiun tua itu telah sirna. Berganti bangunan perumahan warga, tanahnya terkavling-kavling untuk berbagai macam kepentingan, ada yang dibuat rumah, ruko, dan ada yang dibuat kebun jati, kebun pisang dan kebun sayur-sayuran. Suasananya telah berubah total, kini seperti suasana perumahan yang tidak terlalu ramai dan yang paling membuat rasa kangen adalah suara bel Kereta Api jurusan Bojonegoro-Rembang. Suaranya keras memekakkan telinga, bisa terdengar dengan jarak radius 500 meter. Suara getaran keretanya juga sangat terasa sekali. Jik-ijak-ijuk-ijak-ijuk atau jegleng-jegleng-jegleng begitu gemuruhnya jika kereta api tua peninggalan Belanda itu lewat. Dan untuk hati-hati juga para pengguna jalan raya agar lebih memperhatikan ketika kereta api sedang lewat agar kita berhenti sejenak sampai kereta api selesai melewati jalan raya. Tak mau kalah banyak transportasi becak dan ojek motor berlomba-lomba menawarkan jasa angkutan ke semua para penumpang yang telah turun di stasiun itu. Seakan-akan stasiun telah menjadi roh kegiatan ekonomi masyarakat sekitar. Area sekitar stasiun yang luas dan rindang itu yang penuh dengan pohon-pohon besar yang berusia puluhan tahun itu harus pupus juga. Hilang ditelan ambisi manusia yang semakin berkuasa.

Bentuk bangunan stasiun itu cukup megah, bangunan dengan arsitektur Eropa sangat praktis dan rapi. Seperti bangunan gedung meski agak kecil, ada ruang tunggu para penumpang dengan kursi kayu jati yang dilapisi plitur, ada ruang untuk membeli karcis atau loket, ada ruang kantornya yang cukup nyaman, ada berandanya untuk para penumpang yang akan naik kereta, ada dua ruang toilet disebelah pojok yang juga cukup nyaman jika selalu dibersihkan namun sayang khusus untuk ruang toilet pria kurang diperhatikan oleh petugas kebersihan sehingga bau tak sedap sangat mengganggu. Ini pemandangan yang cukup jorok tapi bisa teratasi tergantung kedisiplinan dan etos kerja petugas kebersihan kantor.

Disamping kanan-kiri bangunan stasiun itu juga dibangun taman yang asri, ada pohon kamboja warna-warni yang pohonnya sudah besar, ada pohon mangga yang bisa membuat suasana semakin sejuk. Membuat kita betah untuk berlama-lama bermain di stasiun. Stasiun itu juga berhadap-hadapan dengan bangunan gudang Tempat Pelelangan Kayu (TPK) yang dilindungi oleh pohon-pohon besar yang usianya hampir ratusan tahun, pohon itu menjulang tinggi dan kokoh akarnya laksana karang yang mencengkeram bumi tak goyah walau diterjang angin puyuh sekalipun. Semakin membawa kesejukan udara yang masih bersih. Depannya TPK itu juga digunakan untuk area persawahan semakin membawa panorama yang hijau, indah dan natural. Dilingkari sungai-sungai kecil yang bermuara ditelaga dibawah pohon besar itu. Airnya bening dan jernih, ikan-ikannya berlari-lari kesana-kemari dengan bebasnya tanpa takut obat kimia yang dapat membuat kontaminasi air, polusi air. Menambah suasana stasiun itu damai nan sejuk. Di Telaga kecil itu ikan bertambah banyak namun dilarang oleh petugas TPK untuk diambil setiap hari baik diambil dengan kail, jaring, digopyok rame-rame, tapi jika musim kemarau tiba baru boleh diambil rame-rame karena airnya mulai berkurang dan sekalian membersihkan Telaga dari kedangkalan lumpur yang terus bertambah. Tak perduli anak kecil, anak muda, orang tua, pria, wanita semua pada terjun ke Telaga untuk menangkap ikan bersama-sama. Banyak ikan-ikan yang mereka tangkap seperti udang, gabus, bader, wader, betek, tawes, mujaer, lele, sili, dan terkadang juga ada yang dapat belut. Lumayan bisa digunakan lauk-pauk dimeja makan sebagai tambahan kandungan protein bagi tubuh kita.

Meski kebutuhan ikan sungai yang mudah kita dapat waktu itu, masih ada juga keanehan-keanehan yang harus kita hindari. Mungkin alam memberikan peringatan sebagai keseimbangan agar manusia tidak rakus mengkonsumsinya. Apabila kita mencari ikan disekitar Telaga depan Stasiun yang ada dibawah pohon rindang itu, diarea TPK, kebetulan kita menemukan atau menangkap ikan lele yang berwarna seperti emas ada anting-antingnya lebih baik tidak usah diambil atau ditangkap apalagi dibawa pulang dan dimasak, biarkan ikan lele emas beranting-anting itu kembali ke habitatnya karena pernah kejadian orang yang makan ikan lele emas beranting-anting mulutnya menjadi perot atau penceng tak bisa kembali seperti sedia kala. Baru setelah berhari-hari dibawa ke rumah Mbah Kyai, diobati dengan suwuk atau pengobatan yang dilakukan dengan doa-doa baru akan tersembuhkan. Sehingga orang sekitar sangat menghindari akan kehadiran ikan lele emas beranting-anting itu.

Para pekerja kantor stasiun itu juga terlihat rapi dan disiplin, seragamnya sangat istimewa, baju warna biru muda dan celana panjangnya warna biru gelap, sungguh pasangan seragam yang modis, memakai topi seperti polisi dan topi mayoret. Penampilan para pekerja kantor yang necis itu juga menarik perhatianku, ingin rasanya aku seperti mereka. Bisa menjadi pekerja kereta api. Menjadi pegawai pemerintahan yang sangat diidamkan setiap orang. Apalagi ketika melihat para kondektur kereta api sedang menarik karcis pada para penumpang seakan-akan bagaikan pejabat yang turun ke bawah untuk melihat keadaan bawahannya. Diikat pinggangnya terdapat tas kecil yang penuh dengan uang para penumpang yang tak sempat beli karcis diloket, mereka membayar langsung pada sang kondektur, membawa juga alat pencomplong karcis yang bentuknya seperti staples untuk menandai karcis yang sudah dipakai, karcis itu berwarna hijau kotak persegi panjang, tebal seukuran kartu domino. Hati siapa yang tak ingin seperti sang kondektur itu. Meskipun juga ada banyak orang yang membencinya karena kehadirannya sangat tidak diinginkan berhubungan para pembenci itu tak punya uang alias tak mau bayar. Tak ayal maka akan terjadi tawar menawar yang kejam. Pak Kondekturpun akan marah-marah dengan mengatai “memang kereta ini punya kakek buyutmu, tak turunkan disini baru tahu rasa kowe.” Sedang jawaban penumpang itupun tak kalah ketusnya, “Pak, ora bayar sepisan wae kok muring-muring, kentekan duwit pak.” Itulah pemandangan yang saat ini tak bisa kutemukan lagi karena kereta itu sudah tinggal cerita. Puing-puing rel nya saja tak lagi berbekas entah dijual kemana. Bahkan batu-batu krecaknya pun banyak diambil oleh warga untuk dijual atau dibuat pondasi rumah.

Banyak juga orang yang berjualan makanan diberanda stasiun dan di dalam kereta untuk mengikuti kemanapun kereta itu berjalan. Ada yang jualan nasi pincuk, kacang godok, kacang goreng, pisang godok, pisang goreng, telur puyuh, telur asin, minuman dan rokok eceran. Dan terasa kereta api bagaikan pasar yang berjalan penuh dengan orang dan dagangan. Sehingga terkadang timbul pikiran bosan naik kereta api karena tak lagi nyaman, berdesak-desakan, serasa sesak menyakitkan. Namun, kita harus belajar sabar dan menerima kenyataan mau tidak mau kereta api itulah sistem transportasi satu-satunya untuk bepergian keluar kota. Penumpangnya tak tanggung-tanggung berapapun banyak jumlahnya, kereta tetap kuat dan tak akan ada masalah pada rodanya karena semua bahannya terbuat dari baja tulen. Sehingga tak usah heran jika penumpangnya berjubel-jubel sampai diatas atap kereta yang resikonya sangat berbahaya. Jika kereta melewati jembatan mereka harus waspada dan posisi tiarap jika tidak ingin terbentur kepalanya oleh pembatas jembatan yang terbuat dari besi tulen.

Distasiun itu juga ada monumen yang dibangun oleh pemerintah setempat. Monumen Pahlawan yang telah gugur dalam perang kemerdekaan melawan agresi Belanda. Namun sekitar tahun 1980-an telah diambil dan dipindah ke Makam Pahlawan di kota Tuban yang tepatnya di jalan Pahlawan itu. Monumen Pahlawan itu juga masih berdiri hingga saat ini namun telah ditutupi oleh bangunan ruko-ruko yang berdiri. Sehingga hilang juga maknanya dan terganti dengan kebutuhan masyarakat sekarang yaitu nilai yang lebih menguntungkan atau yang lebih mendapatkan profit. Zaman dulu yang suka mengagungkan peristiwa heroik penuh dengan kepahlawanan mulai reda tergilas api modernitas yang tak perduli siapapun juga. Di Monumen ini tanahnya lapang banyak anak-anak bermain sepak bola, kejar-kejaran, loncat tali, egrang, layang-layang, bersepeda, ada juga yang hanya duduk-duduk manis sambil bercanda.

Masih ingat, jika hari libur aku dan teman-temanku suka bermain digerbong-gerbong yang ditinggalkan untuk sementara distasiun itu oleh lokomotifnya karena berdasarkan kapasitas muatan. Aku kagum dengan baja utuh yang dapat berjalan itu. Aku bingung bagaimana cara membuatnya, mencetak liku-liku dan bentuk-bentuknya sehingga bisa digunakan untuk angkutan. Benar-benar penemuan yang jenius. Bisa mengolah bahan baja untuk kendaraan seperti kereta api yang punya jalur khusus yaitu rel. Tapi masa bodoh saja tak sampai otakku ke arah itu. Memang benar-benar manusia super yang bisa menciptakan kareta api. Aku bermain naik dan turun dari gerbong-gerbong itu. Hatiku sudah sangat senang bisa naik meski dalam keadaan diam tak berjalan. Namun seakan-akan aku kondisikan seperti berjalan. Maklum memang masih masa anak-anak yang seakan-akan dunia miliknya. Padahal orang tuaku melarang keras untuk bermain distasiun, mereka mengkhawatirkan keselamatanku jika kereta api tiba dan berlalu, namanya juga orang tua yang mempunyai pikiran-pikiran buruk, seandainya begini, seandainya begitu yang ada hubungannya dengan petaka. Akupun secara diam-diam suka bermain distasiun itu. Tanpa sepengetahuan orang tuaku. Bahkan pernah teman-temanku sering meledekiku.
“Hai, itu ada bapakmu kemari. Cepat kau sembunyi saja.” Candanya
Hatikupun langsung berdesir panik. Akupun langsung bersembunyi dibalik gerbong. Dari balik gerbong aku dengarkan mereka tertawa terpingkal-pingkal terhadap kelucuanku.
“Sompret kau semua. Kenapa kau begitu tega kepadaku, sudah tahu aku penakut masih saja kau takut-takuti.” Teriakku pada teman-temanku.
“Hai kau jadi orang jangan terlalu takut, penakut itu tidak akan menjadi orang hebat.” Bicara mereka padaku.
Akupun diam terpaksa menerima omongan-omongan mereka sebagai tanda kekalahanku akan hal kebebasan dari orang tua. Karena aku pahami bahwa orang tuaku sangat protektif terhadap anak-anaknya yang terkadang keblablasan. Namun itulah orang tuaku yang sangat berharga bagiku dan aku menerima sisi kekurangan mereka dan mengakui sisi kelebihan mereka. Toh, teman-temanku terkadang tak menerima itu, aku sendiri harus bisa menempatkan diri untuk bisa mengambil jalan tengah yang aman.

 Warung khas masakan nasi pecel Kang Tarman juga telah berganti bangunan rumah warga. Fungsinya telah beralih menjadi rumah singgah dan ruko. Kabarnya warung itu harus dijual oleh anaknya sepeninggal Kang Tarman dan istrinya karena tak ada generasi penerusnya, anaknya tak mau tinggal dikampung itu karena untuk memilih bekerja diluar kota dan jalan satu-satunya harus dijual ke orang lain. Ya, hilang juga warung Kang Tarman yang telah berjasa bagi orang-orang ke stasiun untuk naik kereta api. Pagi buta sudah buka dan orang-orang juga sudah banyak yang duduk dan makan diwarung Kang Tarman itu untuk menunggu kereta api yang akan ke kota Bojonegoro. Tak kalah juga para pelajar-pelajar yang akan berangkat sekolah ke kota Ledre Bojonegoro itu juga tampak terlihat meski tak banyak karena dulu anak yang mau sekolah masih sangat sedikit tak seperti sekarang ini. Sekolah bagaikan mutiara yang banyak dicari orang meski sangat mahal biayanya, kalau dulu sekolah bagaikan tempat asing yang kecil peminatnya. Dulu orang tak suka sekolah karena ada kutukan sekolah tinggi-tinggi terus mau jadi apa? Lebih baik kerja lalu menikah dan punya anak.

Ada juga tempat yang keramat dekat gudang alat-alat di Stasiun. Tempat itu seperti gundukan bukit yang masih terhubung dengan rel kereta api padahal jika ditelusuri tempat keramat itu berfungsi jalur buntu pada kereta. Banyak orang-orang sekitar Stasiun menamakan kuburan jaran atau kuda. Ceritanya, ada seekor kuda yang mati dan dikubur ditempat itu. Setiap malam kuda itu tampak sambil meloncat-loncat dan merengek-rengek, setiap aku dengar cerita itu tubuhku merinding, dasar penakut,  batinku. Padahal cerita itu hanya khayalan orang semata yang tidak betul kejadiannya. Disebelah gundukan kuburan kuda itu juga pernah terkubur orang gila yang bernama Klewer, tragis ceritanya. Si Klewer ini orang yang gila kesaktian. Suatu hari ada kereta yang lewat dari arah Bojonegoro menuju Rembang. Ia sudah mengambil posisi menghadang dengan gagahnya, ia berdiri berada di tengah-tengah rel samping pabrik krupuk milik orang Tionghoa Liem Wie Gie dan Liem Hong Kie, ia mengancugkan pedangnya, namun baja dengan berton-ton beratnya meluncur dengan kecepatan tinggi tak kan bisa berhenti dalam waktu sekejab, tubuh Klewer terpental lalu terseret lebih dari 100 meter. Mati seketika. Banyak orang datang berduyun-duyun untuk melihat tubuh Klewer yang hancur lebur. Keluarga Klewer pun juga ikut datang dengan perasaan sedih meski tahu Klewer mengalami gangguan kejiwaan tapi namanya mati tetap akan menjadi catatan kesedihan dalam hati keluarganya. Karena jasadnya remuk dan hancur dengan kesepakatan bersama akhirnya warga menguburkan Klewer dekat kuburan kuda. Lengkap sudah cerita-cerita mengerikan dari warga yang akan menghubungkan antara kuburan kuda dan kuburan si Klewer. Dan akan selalu terngiang kalimat-kalimat menakuti dari para orang tua untuk anak-anaknya, “Jangan pernah main dekat kuburan Klewer biar tidak kesurupan.” Begitulah petikan kalimatnya yang sampai sekarang masih terngiang ditelingaku.

Dan sekarang cerita-cerita tentang Stasiun Kereta Api jarang kutemukan lagi dalam hiruk-pikuk kehidupan warga. Bahkan bukan hanya stasiun yang ada dikampungku, nasib sama juga dialami stasiun-stasiun daerah lain sepanjang Bojonegoro-Rembang hampir hilang nilai sejarahnya. Meski tak semuanya stasiun-stasiun itu hancur, meski masih ada yang tersisa namun juga telah beralih fungsi sebagai tempat warung, tunawisma, bahkan ada yang sebagai tempat pelacuran kelas teri. Karena semua telah sibuk dengan kegiatan ekonomi dan kebutuhan hidup yang semakin tinggi, hidup telah berubah total, zaman semakin maju, budaya semakin berkembang, inovasi semakin banyak ditemukan, dan kereta api tua harus mengalah dengan keadaan perkembangan tekhnologi yang semakin canggih, yaitu hadirnya banyak bus-bus dan mobil pribadi yang bisa digunakan setiap saat tanpa harus menunggu jam pemberangkatan oleh kereta. Ya, biarkan cerita-cerita tentang sejarah kereta dan staisun tua itu menjadi nina bobok anak-anak yang akan beranjak tidur paling tidak anak-anak akan sedikit tahu tentang sejarah kehidupan pada lingkungan sekitarnya.



                                                          Bangilan, 28 Agustus 2014
                                                          Penulis anggota Komunitas Literasi Kali Kening Bangilan-Tuban


Label:

Senin, 26 Desember 2016

679 mdpl


Oleh. Rohmat Sholihin*


Di Puncak Gunung Butak Sale-Rembang, 679 mdpl.

Istirahat di Makam Jati Kusuma di atas puncak Gunung Butak Sale-Rembang.


“Menaklukan sebuah gunung,
bukan berarti menaklukan sebuah puncak,
namun kami ingin menaklukan diri sendiri.”


Selasa, 22/12/2016. Hari yang cerah, matahari dengan sinarnya masih setia memberikan kehangatan pada seluruh kehidupan yang ada di bumi. Sehingga, kami dalam melakukan perjalanan menuju puncak Gunung Butak di kecamatan Sale-Jawa Tengah tidak ada kendala. Baik kendala hujan, medan yang licin. Kami pun dapat melanjutkan perjalanan dengan naik motor menuju puncak tertinggi Gunung Butak kurang lebih 679 mdpl. Kalah jauh tingginya jika dibandingkan dengan puncak Mahameru Gunung Semeru atau puncak Bromo yang ada di Jawa Timur, namun kami berdua hanya ingin memastikan dan melihat lokasi Telaga Jambangan yang berada dilereng Gunung Butak, telaga ini adalah sumber mata air bersih bagi warga Desa Bitingan Kecamatan Sale yang persis berada di lereng Gunung Butak, rencana ke depan kami akan menanam benih ikan air tawar di telaga Jambangan  ini dalam jumlah besar agar ikan-ikan air tawar dapat berkembang biak dengan baik dan bisa dimanfaatkan oleh warga sekitar sebagai tambahan kebutuhan pangan dalam segi pemenuhan gizi protein. Disamping itu, untuk menyeimbangkan ekosistem yang saat ini mendekati ketidakseimbangan karena ada beberapa komponennya mengalami kepunahan. Seperti, banyak pohon-pohon yang berusia ratusan tahun sebagai kekayaan flora telah ditebang habis dan menjadikan hutan-hutan yang menutupi Gunung Butak menjadi rusak dan botak. Keindahan alamnya sedikit berkurang dan fungsi hutan sebagai habitat fauna mengalami kerusakan. Sehingga pemerintah Jawa Tengah menjadikan kawasan Gunung Butak sebagai kawasan cagar alam melalui SK Penetapan Menteri Pertanian No : 55/Kpts/Um/2/1975/ pada tanggal 17 Februari 1975 dengan tujuan untuk mengembalikan peran hutan Gunung Butak sebagai kawasan yang perlu untuk dilestarikan sebagai aset negara yang harus selalu dikawal dan dijaga bersama.
            Sebelum memasuki kawasan Gunung Butak kami berdua dengan mengendarai mobil Kijang Super warna hijau melintasi sisa-sisa sejarah pabrik piring TPK kecamatan Sale dekat hutan menuju kecamatan Pamotan yang didirikan oleh Belanda, meski bangunan pabrik itu telah sirna namun kenangan dan suasana masih membekas dalam hati. Ada pertanyaan yang terlintas dalam benak kami berdua sambil berdiskusi, kenapa pabrik piring itu tidak didirikan lagi ketika Belanda kalah dengan Jepang sekitar 1942?, dan Belanda menyuruh masyarakat pribumi untuk menghancurkan piring-piring yang telah diproduksi di pabrik itu jika Jepang datang. Ironis, barang-barang piring yang telah diproduksi harus dihancurkan lagi. Cara itu dilakukan Belanda agar hasil produksi tidak digunakan lagi. Baik digunakan oleh Jepang maupun masyarakat pribumi. Melihat kecamatan Sale yang begitu potensial dengan sumber daya alamnya berupa bahan tambang kapur. Seperti juga di tetangga desa sebelah yaitu kecamatan Pamotan, tepatnya di dukuh Tajen, Desa Pamotan, kecamatan Pamotan Kabupaten Rembang telah dibangun menara oleh Belanda, yaitu dikenal dengan Menara Kosten atau Menara Schoorsteen. Menara ini berfungsi sebagai cerobong asap pabrik pembuatan piring, dilihat dari banyak peninggalan Belanda di sekitar Sale dan Pamotan bisa dipastikan bahwa dulu desa-desa ini mempunyai peran penting dalam berproduksi barang-barang pembuatan piring. Namun sayang, pabrik-pabrik pembuatan piring hingga kini tidak tampak lagi. Yang tampak hanya pengambilan bahan mentah, bahan kapur yang diolah di pabrik-pabrik kapur saja tanpa tahu kelanjutan pembuatan pabrik piring lagi. Dan secuilpun bangunan pabrik piring yang kami lalui menuju desa Bitingan kecamatan Sale tak berbekas, hilang tinggal cerita yang masih perlu ntuk menelusuri kembali kebenarannya. Hampir sama dengan jalan kereta api jurusan Bojonegoro-Rembang yang hanya tinggal puing-puingnya saja. Kamipun berlalu dengan mobil  yang tetap melaju.
            Desa Bitingan mulai tampak, desa yang berada di lereng Gunung Butak Sale. Menurut cerita orang yang ada di sampingku yang memang berasal dari daerah ini, yaitu Bapak Jupriyanto, S.Pd.I, M.Pd.I sebagai Pengawas Pendidikan Agama Islam TK/RA dan MI/SD kecamatan Singgahan dan Kecamatan Bangilan ini, bahwa daerah Bitingan dulu adalah desa yang masih menggunakan cara hidup primitif, karena melihat letak dan posisi di lereng gunung Butak dan berada di tengah-tengah hutan. Pola hidupnya masih banyak berburu hewan di hutan meski ada sebagian masyarakat yang mulai bercocok tanam di ladang, dapat macan dimakan, dapat kera dimakan, dapat babi hutan dimakan, dapat rusa dimakan, apapun dimakan. Hidup hanya makan, bermamah biak, beranak, persis cara hidup primitif, namun seiring perkembangan zaman beberapa diantara mereka mulai tertarik dengan pendidikan sekolah, walau letak sekolahnya lumayan jauh, harus turun gunung setiap hari menuju kecamatan Sale. Perlu perjuangan yang berat untuk dapat bersekolah. Karena di lokasi desa Bitingan belum ada lembaga Sekolah Dasar. Baru beberapa tahun kemudian dibangunlah lembaga pendidikan Sekolah Dasar di lokasi desa Bitingan. Aku lihat lembaga pendidikan yang masih ada sampai sekarang masih hanya lembaga Sekolah Dasar. Lebaga sekolah lanjutan tingkat pertama tak sempat aku temukan atau mungkin tak aku lewati, aku pun bertanya sama pak Jupri, memang belum ada.
            Mobil Kijang hanya sampai pada pertengahan jalan kemudian berganti motor karena melihat medannya yang sulit dan curam, bisa dengan naik mobil seperti mobil sekelas Jeep yang bergardan double. Dengan lincah motor matic melewati jalan yang cukup menanjak, jalan yang belum beraspal. Kanan-kiri jurang yang cukup curam menjadi tantangan bagi kami. Di bawahnya area sawah-sawah yang di buat dengan sistem sengkedan atau terasering berkelok-kelok, indah sekali. Serasa kami berada di pulau Bali. Tanaman padi (Oryza sativa) yang di tanam dengan menggunakan sistem gogo rancah terlihat hijau dan menawan serasa karpet hijau yang dibentangkan, sejuk dan segar. Dari jalur yang menanjak kami sampai di jalur utama menuju puncak yang jalurnya sudah ada semenjak zaman kolonial Belanda. Jalurnya di buat landai meski jaraknya semakin jauh tapi cukup nyaman untuk sampai pada puncak Gunung Butak dengan ketinggian kurang lebih 679 mdpl.

Telaga Jambangan di lereng Gunung Butak Sale dengan luas 3,5 Hektar.

            Sebelum sampai puncak Gunung Butak, kami mampir melihat kondisi Telaga Jambangan di lereng Gunung Butak, Telaga Jambangan yang luasnya sekitar 3,5 hektar dan banyak dikelilingi pohon-pohon besar, seperti Durian, Nangka, Kemiri (Aleurites moluccanus), Panggang (Ficus annulata), Serut (Streblus asper) , Mangga (Mangivera indica), Tlutup, Timoho, Ketumpel, Wadang (Pterospermum sp), Jenar (Murraya paniculata), Weru (Albizia procera), Salam (Eugenia polyantha), Kedoyo (Amoora aphanamixis), Ingas (Gluta rengas), Kelapan (Neolamarckia cadamba), Lengki (Leea angulata), Popohan (Buchanania arborescens), Girang (Leea indica),  Trengguli (Cassia fistula), dan lain-lain. Selain tumbuhan (flora), cagar alam Gunung Butak ini juga mempunyai potensi fauna yang melimpah. Beberapa hewan yang tercatat menghuni kawasan konservasi ini diantaranya seperti Kijang (Muntiacus muntjak), Lutung (Presbytis sp), Biawak (Varanus sp), Luwak (Lariscus insignis), dan Babi Hutan (Sus sp), juga berbagai macam jenis burung seperti Elang (Accipitridae), Rangkong (Bucerotidae), burung Prenjak (Prinia subflava), Kutilang (Pycnonotus aurigaster), Pelatuk Bawang ( Dinopium javanense), Burung Larwo, dan lainnya. Setelah menikmati Telaga Jambangan di Gubuk yang telah disiapkan oleh petugas Cagar Alam Gunung Butak, kamipun bergegas lagi melanjutkan perjalanan menuju puncak Gunung Butak yang masih membutuhkan sekitar 30 menit dengan medan yang curam.
            Dengan menikmati jalan yang berkelok-kelok dan curam akhirnya kamipun sampai di atas puncak Gunung Butak yang ada di desa Bitingan kecamatan Sale Kabupaten Rembang Jawa Tengah. Kami di atas puncak yang berkabut tipis-tipis sambil sesekali menarik nafas kemudian menghembuskannya perlahan-lahan ada rasa syukur yang sangat dalam bahwa bumi kita yang luas ini yang terbentang mulai dari Sabang sampai Merauke adalah bumi yang kaya, pepatah Jawa mengatakan bahwa bumi Nusantara ini adalah bumi surga, Gemah Lipah Loh Jinawi. Semua hampir ada dan melimpah di bumi Nusantara ini. Belanda adalah negara yang telah menguasai bumi Nusantara ini dengan waktu yang lama, menginjak-injak harga diri orang-orang Nusantara dan bumi Nusantara yang kaya ini, kekayaannya telah dieksploitasi besar-besaran dan hasilnya digunakan untuk membangun negeri Kincir Angin hingga menjadi negara yang maju dan kaya, padahal jika dilihat keadaan negara Belanda termasuk negara yang kecil dan banyak di terjang oleh air laut. Jauh jika dibandingkan dengan kekayaan bumi Nusantara ini. Karena masyarakat kita sendiri yang lalai bahwa status sosialnya telah dicabik-cabik hingga tak ada ruang untuk menghirup angin persatuan dan kesatuan, kitapun di pecah belah, di adu domba, dan saling berkelahi dengan darah kita sendiri, saling membunuh tanpa ampun dan dendam yang berkepanjangan. Sedangkan kolonial Belanda dengan asyik terus menguras sumber-sumber kekayaan bumi kita yang sangat kaya ini. Bangsa kita terlena dengan iming-iming kekuasaan yang semu karena banyaknya kerajaan-kerajaan yang telah berdiri di bumi Nusantara namun bertekuk lutut di hadapan bangsa kulit putih yaitu Belanda yang lebih mengagungkan ilmu pengetahuan dari pada dogma-dogma yang tak ada gunanya. Masyarakat kita terus dibodohkan tanpa ada kesempatan belajar, bangsa kita dijadikan budak di negerinya sendiri. Kami berdua memandang dari atas puncak Gunung Butak bahwa di bawah ada banyak lahan-lahan sawah yang hijau menghampar, begitu luasnya hingga mata tak snggup memandangnya, rumah-rumah pemukiman yang asri, sungai yang berkelok-kelok dengan airnya yang bening dan jernih, hewan-hewan ternak berjalan berbaris-baris, dan beberapa pabrik-pabrik berdiri dengan cerobong asapnya yang menari-nari di udara, dan semoga mereka bukanlah bangsa yang telah menggantikan bangsa penjajah sebelumnya, semoga mereka yang hidup dalam pabrik itu mengerti akan keseimbangan hidup termasuk rakyat kecil dan alamnya yang telah mereka keruk untuk kemakmuran bersama. Di atas puncak Gunung Butak ini ada juga Pesarean dari Jati Kusuma yang belum banyak kuketahui. Meski sekilas kuperhatikan dan dalam benak mengatakan bahwa orang yang disemayamkan di atas puncak Gunung Butak ini pastilah orang yang berpengaruh dalam masyarakatnya dan bukan orang sembarangan. Kamipun duduk di teras Pesarean Jati Kusuma dengan tenang, nyaman dengan udara sepoi-sepoi, meski dalam hati lelah kami tetap merasakan bisikan-bisikan alam dengan seksama. Ketika daun jatuh hatikupun tersentuh pada irama alam semesta.


Gunung Butak 679 dpl.
*Penulis aktif di Komunitas Literasi Kali Kening Bangilan.


Label:

Senin, 12 Desember 2016

MANUSIA DAN FILSAFAT

Oleh. Rohmat Sholihin*

Google. com
Memahami makhluk Tuhan yang bernama manusia sungguh sangat sukar. Paling tidak inilah pengakuan jujur dari Dr. Elexis Carel dalam bukunya “Man the Unknown”. Kesukaran tersebut terletak pada adanya berbagai macam pandangan dari para tokoh. Ahli mantik (logika) misalnya menyatakan bahwa manusia adalah “hayawan Al-Nathiq” (manusia adalah hewan yang berfikir), sementara Ibnu Khaldun, seorang ahli filsafat Sejarah asal Tunisia mengatakan bahwa manusia adalah “Madaniyyun bi Al-Thaba” (manusia adalah makhluk yang bergantung kepada tabiatnya), sedang Aristoteles berpendapat bahwa manusia adalah “Zoon Politicon” atau Political Animal ( manusia adalah hewan yang berpolitik).
Jika apa yang dikatakan oleh Dr. Alexis Carel di atas adalah sebuah realitas, maka solusi yang paling baik bagi umat Islam untuk memahami beberapa terminologi tentang manusia tidak lain adalah dengan membuka kembali lembaran kitab suci Al Quran, sebab di sana akan dapat ditemukan jawaban dari persoalan yang dilontarkan oleh Dr. Alexis Carel tadi.
Dr. Wan Moh. Nor. Wan Daud, seorang intelektual asal Malaysia menyatakan bahwa sebutan-sebutan manusia dalam bentuk tunggal digambarkan dengan kata Al Insan yang disebut sebanyak 65 kali dalam Al Quran, dan dalam bentuk plural (jama’) Al-Nas masing-masing disebut sebanyak 248 kali, yang kesemuanya menggunakan kata Al (ma’rifat) kecuali satu, yakni yang terdapat dalam Q.S Al-Isra’ : 17.
Penjelasan Dr. Wan Moh Nor Wan Daud di atas nampaknya belum begitu jelas, sebab masih ada istilah lain yang terdapat dalam Al-Qur’an, yakni kata Al Basyar dan Bumi Adam serta dzurriyatu Adam. Oleh karena itu, Dr. M. Quraish Shihab dalam bukunya “Wawasan Al-Qur’an” menyimpulkan bahwa ada tiga kata yang dipergunakan untuk menunjuk manusia, yaitu:
1.      Menggunakan kata yang terdiri dari huruf alif, nun dan sin, semacam, insan, ins, nas atau unas.
2.      Menggunakan kata basyar
3.      Menggunakan kata Bani Adam dan dzurriyatu Adam yang berarti keturunan Adam.
Kata Al-Insan yang diterjemahkan dengan “manusia” terambil dari akar kata uns yang
berarti  “senang” jinak dan harmonis. Atau terambil dari akar kata nisy yang berarti lupa. Ada juga yang berpendapat bahwa kata Al-Insan berasal dari akar katanya,  yakni Daus yang mempunyai arti “pergerakan atau dinamisme”. Dari makna-makna tersebut paling tidak memberikan gambaran sepintas tentang potensi atau sifat makhluk yang bernama manusia itu sendiri, yakni bahwa ia adalah makhluk yang mempunyai potensi lupa, atau mempunyai kemampuan bergerak yang melahirkan dinamisme, atau makhluk yang selalu atau sewajarnya melahirkan rasa senang, harmonis dan kebahagiaan pada pihak-pihak lain.
            Dalam Al-Quran kata Al-Insan sebagaimana pendapat Dr. Wan Moh. Nor Wan Daud terulang sebanyak 65 kali yang pada umumnya menjelaskan berbagai sifat dan potensi ini, baik positif maupun negatif. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa kata Al-Insan menggambarkan tentang makhluk manusia dengan segala sifat dan potensinya, yang dapat berbeda antar seseorang dengan orang lain. Kata Al-Insan menggambarkan manusia dengan berbagai keragaman sifatnya. Manusia sebagai makhluk Allah yang suka berfikir. Dengan diberkahi akal oleh Allah, manusia diajari berbagai hal pengetahuan yang dituntut untuk bisa membaca apa saja sebagai bekal hidup di muka bumi.  Dan dengan pena atau alat tulis manusia bisa menulis dalam bentuk karya tulis sebagai keterangan dan bahan belajar untuk semua orang. Sebagaiamana firman Allah dalam surat Al-Alaq.
الَّذِي عَلَّمَ بِالْقَلَمِ
Artinya : Yang mengajar dengan qalam
Dengan alat qalam manusia mampu mengembangkan pengetahuan-pengetahuan dari usaha membaca lingkungan alam semesta untuk mencari kebenaran yang berpangkal pada Allah SWT. Manusia terus berusaha dan belajar dari hari ke hari untuk terus berproses melalui dialektika. Menuliskan hal-hal yang tidak diketahuinya ke dalam catatan sebagai proses berfikir ilmiah, sebenarnya tak ada manusia yang bodoh, manusia punya segala sifat dan potensinya. Manusia punya bakat masing-masing sesuai keinginannya. Manusia adalah Al-Basyar yang berarti “penampakan” sesuatu dengan baik dan indah. Dan dari akar kata yang sama lahir kata basyarah, yang berarti kulit, oleh karena manusia dinamai basyar, sebab kulitnya Nampak jelas, dan berbeda dengan kulit binatang lain. Al-Quran sendiri mempergunakan kata Al-Basyar sebanyak 36 kali dalam bentuk mufrad (tunggal) dan sekali dalam bentuk mutsanna (dua) untuk menunjukkan manusia dari segi lahiriahnya serta persamaannya manusia dengan seluruhnya. Karena itu, Rosulullah Muhammad SAW dilukiskan dalam Al-Quran dengan kata basyar, sebagaimana firman Allah :
.إِنَّمَا أَنَا بَشَرٌ مِثْلُكُمْ يُوحَى إِلَيَّ
Artinya : Aku adalah basyar (manusia seperti kamu semua yang diberi wahyu” (Q.S. Al-Kahfi : 110)
Dr. M. Quraish Shihab lanjut menjelaskan bahwa jika dicermati, maka banyak ayat-ayat Al-Quran yang menggunakan kata basyar yang mengisyaratkan tentang proses kejadian manusia sebagai basyar, melalui tahap-tahap sehingga mencapai tahap kedewasaan.[1] Dan pada tahap kedewasaan ini manusia mencapai kematangan secara pola pikir, emosi, dan sikap. Manusia berkembang mengikuti fase-fase ilmiah. Mulai dari bayi, anak-anak, remaja, sampai menjadi manusia yang tua secara usia dan emosi serta pola pikir. Pada tahap dewasa ini manusia mulai berfikir tentang membangun keluarga untuk melestarikan keturunannya melalui pernikahan. Merawat dan membesarkan anak-anaknya dikemudian hari.
            Manusia disertai akal oleh Allah untuk berfikir dan membedakan kebaikan dan kebatilan serta melindungi diri dari bahaya, dengan akalnya manusia memilah-milah dan berfikir praktis untuk memudahkan pekerjaan-pekerjaan selama menjalani proses kehidupan. Agar kehidupan menjadi mudah dan lebih baik. Manusia diberi hak oleh Allah untuk mencapai kehidupan yang sejahtera dan bahagia, kemerdekaan, dan bebas mengungkapkan pendapat tentang kebenaran. Manusia berhak memilih tanpa harus ada tekanan dari manusia lainnya, cuma faktor kepentingan manusia lainnya akhirnya manusia hidup saling bersaing dan berkompetisi untuk meraih kebahagiaan. Di sinilah awal manusia harus beradu kecerdasan dan keahlian untuk menjadi yang terbaik. Dengan kecerdasan itulah manusia telah mengatur seisi bumi dengan dalih-dalih hukum yang telah ia buat sendiri. Manusia di batasi oleh aturan untuk hidup berkelompok-kelompok dalam suatu negara. Disekat-sekat oleh identitas tertentu baik suku, agama, serta ras. Untuk mencapai kata sepakat dalam berkelompokpun terkadang harus disertai dengan saling membunuh, peperangan, karena sesuai dengan apa yang dikatakan oleh Aristoteles di atas bahwa manusia adalah zoon politicon atau political animal, manusia adalah hewan yang berpolitik. Tak heran jika manusia yang hidup dibumi ini saling berlomba-lomba untuk mencari pengaruh dalam hal kekuasaan.
            Manusia bisa menjadi jahat jika dihadapannya terbuka jalan kejahatan dan tidak ada pengawasan terhadapnya. Ia akan mencapai kedudukan tinggi kalau mampu mengendalikan nafsu serta menundukkannya. Dalam hal ini, ada baiknya kalau kalau kita simak ungkapan Sayyidina Ali, r.a
“Apakah kau kira bahwa kau tubuh yang kerdil padahal, padamu terkandung dunia yang sangat besar.”
Dalam Al-Quran juga menjelaskan bahwa manusia memiliki kemampuan dan kedudukan yang sangat tinggi, Al-Quran dan beberapa hadits yang diriwayatkan oleh ahlul bait sering menggunakan keagungan manusia. Al-Quran memandang manusia sebagai tujuan penciptaan alam semesta. Allah SWT berfirman :
.هُوَ الَّذِي خَلَقَ لَكُمْ مَا فِي الأرْضِ جَمِيعًا

Artinnya : “Dia’lah Allah, yang menjadikan segala yang di bumi untuk kamu (QS. Al-Baqarah : 29)

Dan juga firman-Nya :

Tidakkah kamu perhatikan, sesungguhnya Allah telah menundukkan untuk kamu apa yang di langit dan apa yang di bumi (QS. Luqman : 20).
Karena mansusia adalah makhluk yang mempunyai derajat yang tinggi, maka Allah SWT melimpahkan atas memikulkan amanat sebagai wakil-Nya di muka bumi ini untuk memakmurkannya, melestarikan sekaligus menciptakan bayang-bayang kehidupan surgawi di atasnya.
            Amanat ibarat mandat, kepemimpinan. Manusia yang diberi kepercayaan oleh Allah sebagai kholifah di bumi tidak dibiarkan memimpin dalam kehancuran meski pada dasarnya manusia mewarisi watak merusak. Akan tetapi manusia dibekali ilmu untuk menjadi pemimpin yang amanat yang mampu menjalankan roda kepemimpinan juga membutuhkan penalaran dengan menggunakan akal. Manusia dengan akalnya mampu menjadi bijak. Sedangkan mencari kebijaksanaan adalah mencari kebaikan. Tanpa ilmu tak kan ada kebijaksanaan. Ilmu ibarat pelita untuk berjalan dalam kegelapan. Jika ingin melihat jalan kebenaran ilmulah pegangannya. Sedangkan ilmu yang ada di bumi tak terhitung kapasitasnya, jika di bandingkan dengan pasir dilautan masihlah lebih luas ilmu. seperti hadits nabi tentang pentingnya ilmu.
Barang siapa yang menghendaki kehidupan dunia maka wajib baginya memiliki ilmu, dan barang siapa yang menghendaki kehidupan akherat, maka wajib baginya memiliki ilmu, dan barang siapa yang menghendaki keduanya maka wajib baginya memiliki ilmu (HR. Turmudzi).
Ilmu yang telah di pilah-pilah sesuai dengan disiplin bidang dan cakupannya. Namun, dalam dasar ilmu sebagai mother of knowledge atau induk ilmu pengetahuan adalah filsafat. Dalam Islam filsafat atau falsafah, artinya anggapan, gagasan atau sikap batin yang paling mendasar, berusaha mencari hakekat dan kebenaran pengetahuan. Seperti dalam Al-Quran sebagai sumber pengetahuan perlu untuk dijabarkan dengan logika dan kejadian-kejadian yang berlandaskan tentang sejarah. Meski ada beberapa rahasia Allah yang tidak bisa dijabarkan dengan kemampuan akal manusia.

*Penulis anggota Komunitas Kali Kening Bangilan-Tuban.









[1] Zacky Syafa, S.Ag dan Maftuh Ahnan (Surabaya:Penerbit Terang, 2000) hal. 11-12.

Label:

Jumat, 09 Desember 2016

Refrigerator


By. Rohmat Sholihin*

Google.com

The new freezer stands hard, silent and still wrapped in the corner of the center room, it has just delivered by the shopkeeper with the fee one million and half. We have wanted it badly since few years ago. And now we just can buy it using some money from  social gathering in our village. It doesn’t enough to buy it, so we decided to sell our marriage ring to get more money.
In the afternoon when the wind blows slowly, I opened that refrigerator with my wife and children. They looked happy.  I connect the wire with the electrical contact in the kitchen. In our imagination, there was a new thing which can rise our social status - even just a little.
“At last we have a new freezer” I said.
With that new freezer, we had little confidence if our friends – especially moms at the market – talked about some things that we had at our home.
If there was a neighbour bought a new thing that looks elegant for their house, it could be sure that all of the people at  the market will know it. Because it would be a new gossip for them. It was so awfull. But, our new freezer still stood quietly in the corner of the center room and ignoring that gossip.
If it’s door opened, the steam ice would get out from the freezer and  released special foods smells. It would spread into the air. The things inside the freezer arranged  orderly. Eggs, sugar, milk, fruits, vegetables, cold drinks and some snacks. If I saw them, it seemed smile to me and asked me to eat them.
“This is me fruits, delicious and fresh….”
“This is me sugar, it matches to make coffee and tea…”
“This is me vegetables, you can eat me as dressing…”
“This is me milk, fresh and delicious…”
“This is me eggs, delicious and tasteful…”
My eyes still wathced that elegant freezer. “Calm down, you all will never expired, I make sure I will eat you all next time” I thought. Before we had freezer, all of our food would be expired soon. And we must ate them soon. If not, we would share it with others. Such as neighbours and other family. It better than the food expired and threw them into the trash can.
Everytime I went home after works, I woulkd open my freezer first and took something from inside. ,like cold drinks, fruits and foods. The I sat on the dining table and enjoyed it while releasing tired in my minds.
The children behaviour looked same with me. After they went home from school, they usually found some fresh drinks or foods to eat. To filled their hungry stomach which need some foods. It seemed that the freezer was something important to us, more thab rice and fuel. But sometimes, they didn’t realize yet. Someday, the freezer was off because of our electricity in dead all day long. It made the people at this house looked like a country which got monetary crisis. Badly, we depended to that freezer. It seemed that the freezer was our spirit in keeping the foods. It became a mini garage for foods in every family members.
Based what I heard at the market, the moms often cheated about money and daily needs to eat everyday. But there was a strange sounds inside my ears or maybe I had got earrache.
“Excuse Me, What do you buy Mrs. Rini ?” I’ve never seen you before, where are you?” said a lady to Mrs. Rini friendly.
“I’ve just come from a training in Jakarta. A duty from my office for about one week. I was glad because all of my daily needs was guaranted by my office. I just came, ate and slept in the hotel”.
“Amazing… you’ve got a bonus, right ?”
“Of course I am, we also paid by our office”
“It sounds nice, just sleep and you get the money”
“Yes you’re right, this because of an achievement Mom, the one who smart and clever will be sent to the training by our office”
“Great !”
“Oooh… Don’t say that”
“No. It’s true…”
“I forget something, last week after went back from the training in Jakarta, I Have bought a freezer. The size is big enough. As big as the cupboard in my house. I’ve bought it at Glodok market – an electronic market center in Jakarta. Maybe today it is delivered. At Glodok, you can buy anything you want”
“You look great”
“Oooh… Don’t say that”
“This morning, I;m sure you will buy many things, isn’t true?”
“Of course I am. To fill my new freezer. My jumbo freezer. I’m sure in this village, no one have it”
“Yes, you’re right. Yesterday our neighbour bought a new freezer. But it was small. Just could keep some eggs and water”
“I think it’s cheap freezer”
“I think so…”
“It’s impossible to them to buy the expensive one. Because I see them buy that freezer using money from social gathering and sold their marriage ring”
“What a pity of them. Just buy a freezer, they must sold their marriage ring. I think their salary doesn’t enough to buy it”
I’ve heard that the people in the market  was busy to talk about other people business. I just ignored them.
“It’s my business, I want to buy a small one or a big one, expensive or cheap I don’t care because I’ve bought it using my money” I said.
Beside a place for shopping, a market also a place to make some gossip. I’ve remembered a story from Mbah Ndol, A writer of a popular book. His wife always notified by him when she went to the market. He always went there alone to buy all of his daily needs. It made his wife curious and made her to go there. She then opened her bedroom’s door which face into the market.
“Come hear dear, If you want to see the market. Look !”
“For the sake of God, what kind of place is that !”
“That is a people in satanic face, they will get that face someday. Like what they have done in that place.
Always talking others, tricked other, do a magic and many more. So, I warned you to be careful if you go there, we must keep away from the people like them”
Since that time, her wife never asked again an never went to the market.
Then, I continued my way to my home. I still remembered Mbah Ndol message, even I don’t know about the truth. But at least someone ever told about that.
***
Days passed by, and I forgot something about freezer. Because the gossip itself is done. And expired. I walked around my home in a sunny morning. I passed a crowded market by an accident. I saw some people talked and made some gossips again.
“Are they talking about my small freezer ? Small and not attractive in shape” I said.
“Oh… What the hell” I said and left them behind me quietly.
On my way, I’ve heard something. I’ve heard that a freezer which bought by Mrs. Rini from Glodok market was taken by someone. Because she couldn’t pay the debt. Her car, house and her royalties were taken also.
The news about it became  a big gossip. Mrs. Rini couldn’t deny it. She went away. No one knew where she was.
“Not all people cant eat, today or tomorrow… so, It is a big sin if we don’t say thanks To the God for his kindness that given to us”
I always remember that words. Why we live in this world if we just want to get other’s praise. It wll make us weak. It’s impossible to us to depends on other’s praises. We live on our feet. All the people in this wolrd have their own ability and disability. And I know that.
And the new freezer which we’ve just bought by ourselves was a sign that we are able to buy it. And we thank to the God about it.


Rohmat Sholihin is a writer living in Bangilan-Tuban. Teacher and active in Kali Kening Community Bangilan.



Label:

Kamis, 08 Desember 2016

Masalah Lingkungan, Masalah Dunia

Google.com

Oleh. Rohmat Sholihin*

            Kabar duka kembali menyelimuti Provinsi Aceh, gempa berkekuatan 6,5 SR kembali menerjang Aceh. Pasca tsunami akhir Desember 2004 yang mengorbankan hampir puluhan ribu orang yang tinggal di Aceh dan Sumatera Utara. Ribuan orang kehilangan tempat tinggal, puluhan infrastruktur hancur total. Puluhan ribu orang mengungsi mencari tempat aman. Belum lagi pemulihan trauma psikis masyarakat juga membutuhkan waktu. Belum lagi yang tidak diketemukan, hilang entah kemana, atau banyak mayat-mayat bergelimpangan tak terdeteksi identitasnya. Pulau itu bagaikan pulau hantu yang masyarakatnya tercekam oleh amuk bencana alam. Apa yang harus kita lakukan jika alam sudah murka?, memang bencana alam terjadi adalah faktor alam yang tidak seimbang dan sulit diprediksi, karena beberapa faktor yang terjadi bisa karena pergeseran lempeng bumi atau juga bisa terjadi akibat ulah tangan manusia. Faktor manusia inilah juga perlu mendapatkan sorotan dari seluruh aspek yang ada.
            Ketika manusia baru memasuki abad industri, abad ke-19, ilmuwan yang tergila-gila pada rasionalisme dan sekularisme, menganggap bumi sebagai sebuah entitas yang mati. Bumi hanya sekedar hamparan tanah, bebatuan, karang, dan air yang bisa dieksploitasi sekehendak manusia. Tidak heran kemudian manusia mengeksploitasi bumi dengan semena-mena tak hanya di darat, tapi juga di laut dan udara. Bahkan sampai akhir abad ke-20 yang baru saja kita tinggalkan, masih banyak manusia menganggap bumi sebagai entitas yang mati. Orang berfikir, bumi bisa diperlakukan apa saja tanpa ada perlawanan.
            Salah satu kekejaman manusia yang tak terkira pada bumi adalah peledakan bom atom. Setelah peledakan bom atom di Hiroshima dan Nagasaki oleh Sekutu kelompok negara yang mengaku paling maju dan concern dengan perdamaian di bumi, pada tahun 1945 yang membunuh ratusan ribu manusia, orang-orang masih terus mengembangkan senjata dahsyat tersebut dengan melakukan percobaan di permukaan, di atas (atmosfir) dan di dalam bumi. Sebuah percobaan nuklir di atol Mururoa oleh Perancis (1995) misalnya, yang kekuatannya ribuan kali dari bom atom yang diledakkan di Hiroshima, telah membuat bumi bergetar amat hebat dan akibatnya menggeser garis edar bumi terhadap matahari. Akibatnya, posisi garis edar bumi terhadap matahari berubah dan jarak bumi dengan matahari makin dekat.[1]
            Posisi inilah yang kita khawatirkan bersama, bahkan menjadi masalah dunia. Karena imbasnya juga akan dirasakan oleh masyarakat dunia. Jika jarak bumi dengan matahari semakin dekat seluruh bumi suhunya akan meningkat, dan masa depan kehidupan di bumi semakin membahayakan. Lapisan es yang berada di daerah kutub akan mencair dan air laut akan meningkat yang dikhawatirkan terjadi banjir bandang karena air laut meluap, sejarah akan terulang lagi, yaitu pada peristiwa banjir bandang di zaman nabi Nuh bahkan akan lebih dahsyat lagi. Akibat lapisan es di daerah kutub yang mencair, air laut tak lagi asin berapa kerugian lagi yang kita rasakan?, banyak satwa laut terutama ikan akan banyak yang mati karena kandungan garam menjadi sedikit.
            Di sisi lain pergeseran rotasi bumi berakibat seperti ban mobil yang oleng. Makin lama, olengnya makin besar. Apa yang terjadi jika olengnya makin besar? Gaya sentripetal dan sentrifugal bumi yang mengelilingi matahari tidak seimbang. Bumi akan terjatuh ke matahari karena gaya gravitasi matahari lebih besar.[2] Ada teori yang disampaikan oleh guru mengaji di surau waktu aku masih kecil, nanti jika mendekati hari kiamat jarak bumi dengan matahari makin dekat bahkan jarak dekatnya tak tanggung-tanggung hanya seukuran satu tangan orang dewasa. Aku tak bisa membayangkan jika bumi dengan matahari hanya berjarak begitu dekatnya. Bisa dipastikan bumi berjarak dengan matahari puluhan kilo saja bumi akan panas dan hancur. Kehidupan di bumi sudah punah karena tak ada makhluk hidup di bumi yang bisa bertahan terhadap panas matahari dengan jarak yang begitu dekatnya. The End of The world. Hanya Allah yang tahu. Masalah kapan terjadinya kiamat tak ada yang tahu kapan terjadinya, malaikatpun tak tahu, manusia hanya tahu dari tanda-tandanya saja.
            Dan ironisnya bumi yang makin panas ini makin bertambah panas lagi karena atmosfir bumi dipenuhi gas-gas rumah kaca (green house effect), terutama karbon dioksida sisa kendaraan bermotor yang memakai bahan bakar minyak (BBM). Tiap hari ribuan ton karbon dioksida memenuhi atmosfir. Tak hanya itu, asap kendaraan bermotor dan pabrik juga mengeluarkan gas nitrogen oksida dan belerang oksida. Kedua gas ini jika terkena air hujan akan bereaksi menjadi asam nitrat dan sulfat. Hujan asam akibat gas-gas tersebut telah mengakibatkan banyak hutan meranggas di Eropa dan Amerika, banyak danau-danau yang airnya beracun karena konsentrasi asamnya tinggi. Di Amerika, misalnya, berdasarkan laporan USA Today beberapa hari lalu, pada dekade 1990-an, ratusan danau airnya beracun karena kadar asamnya sangat tinggi. Ikan-ikan dan biota yang hidup di danau pun mati.
            Bagi negara yang tumpuan hidupnya masih pada pertanian seperti Indonesia, hujan asam adalah bencana besar. Lahan-lahan pertanian yang subur bisa menjadi kritis karena unsur haranya larut dalam asam. Menurunnya hasil produksi di lahan-lahan pertanian dekat perkotaan di Indonesia, bisa jadi karena pengaruh hujan asam tersebut karena unsur-unsur hara tanahnya hilang terlarut dalam asam. Jika pemakaian BBM terus meningkat tanpa ada terobosan untuk mencari bahan bakar alternatif yang tak mengeluarkan nitrogen oksida dan sulfur oksida, bukan tidak mungkin kelak, tanah-tanah yang subur di Indonesia akan menjadi lahan kritis yang tak bisa ditanami apa-apa kecuali gulma dan ilalang.
            Bumi tak hanya “sakit” di permukaannya. Selubung penyelamat penghuni bumi yang berada di atmosfir, yaitu lapisan ozon yang menahan sinar ultra violet yang berbahaya, kini terkoyak. Lapisan ozon itu rusak karena manusia menyebarkan CFCs ke atmosfir. Atom kalor yang ada pada gas ini bersifat sebagai katalisator yang merusak lapisan ozon tersebut.[3] Ini bukan hanya persoalan yang harus ditanggung oleh beberapa orang atau negara tapi menjadi permasalahan bagi kita semua. Masalah ini masalah bencana alam, kerusakan dari alam meski ada beberapa faktor dari ulah manusianya sendiri. Alam telah memberikan peringatan melalui bencana yang telah ditimbulkannya agar manusia lebih berhati-hati dalam melakukan alam, marilah kita sama-sama menjaganya, memperhatikannya, merawatnya dengan kaidah-kaidah yang seimbang. Memang alam ini ada adalah untuk manusia tapi juga harus bertanggung jawab untuk menjaganya sebagai amanat dari Allah untuk manusia bahwa manusia di angkat oleh Allah untuk menjadi kholifah di muka bumi bukan menimbulkan kerusakan-kerusakan tapi untuk berbuat kebajikan-kebajikan terhadap yang lain termasuk menjaga kelestarian lingkungan alam.
            Kita harus bersatu padu untuk membangun kelestarian lingkungan mulai dari sekarang. Isu ini bukan isu politik tapi menjadi isu bersama bahkan menjadi isu dunia yang harus segera kita galakkan. Banyak manusia yang hidup di suatu daerah yang mengalami musibah bencana alam, seperti yang saya jelaskan di atas, yaitu bencana alam gempa bumi di Aceh dengan kekuatan 6,5 SR. Dan bencana-bencan alam yang terjadi pada belahan negara lainnya. Semoga kita sebagai manusia agar lebih berhati-hati lagi dalam mengeksploitasi alam yang sudah tua ini karena hampir manusia 6 milyar yang hidup di bumi sebagai taruhannya dan mari kita galakkan program melestarikan alam, karena masalah lingkungan adalah masalah dunia.

*Penulis anggota Komunitas Kali Kening Bangilan-Tuban.
           




[1] Prof. Dr. Hadi  S. Ali Kodra dan Drs. Syaukani HR, MM, Bumi Makin Panas Banjir Makin Luas Menyibak Tragedi Kehancuran Hutan (Bandung:Penerbit Nuansa, 2004), hal. 207-208.
[2] Prof. Dr. Hadi  S. Ali Kodra dan Drs. Syaukani HR, MM, Bumi Makin Panas Banjir Makin Luas Menyibak Tragedi Kehancuran Hutan (Bandung:Penerbit Nuansa, 2004), hal. 208.

[3] [3] Prof. Dr. Hadi  S. Ali Kodra dan Drs. Syaukani HR, MM, Bumi Makin Panas Banjir Makin Luas Menyibak Tragedi Kehancuran Hutan (Bandung:Penerbit Nuansa, 2004), hal. 209.

Label:

Rabu, 07 Desember 2016

Pendidikan Sejarah Nasional di Sekolah, Perlukah?


Oleh. Rohmat Sholihin*

google.com 
Wal Tandhur nafsun ma qaddamat li ghad
Perhatikan sejarahmu untuk hari esokmu (QS 59: 18)
            Sejarah sebagai salah satu cabang ilmu sosial perlu mendapatkan perhatian serius dari seluruh lapisan masyarakat Indonesia. Termasuk institusi pendidikan yang bernama sekolah. Sekolah yang telah dipercaya oleh masyarakat turun temurun dalam hal penalaran dan kajian ilmu pengetahuan secara formal sangat ironis jika sampai tak tahu dan buta akan sejarah bangsanya sendiri, bahkan kalimat heroik yang sering diucapkan oleh Presiden RI yang pertama, Ir. Soekarno yaitu jangan sekali-kali melupakan sejarah. Bahaya, karena sejarah adalah kontinuitas antara masa lampau, masa sekarang dan masa depan. George Bernard Shaw, seorang dramawan dan sosialis Irlandia (1856-1950), mengatakan bahwa manusia merupakan makhluk yang unik dan agak aneh, sekalipun sejarah selalu berulang, manusia sangat sulit, bahkan tidak mampu, untuk tidak mengulangi sejarah yang buruk, Shaw mengatakan: If history repeats itself, and the unexpected always happens, how incapable must man be of learning from experience. Namun apa yang disampaikan oleh Nabi Muhammad SAW mengenai pentingnya kesadaran sejarah, melampaui jauh pendapat para filosof mana pun. Beliau mengatakan:
“Barang siapa memiliki masa sekarang yang lebih bagus dari masa lalunya, ia tergolong orang yang beruntung; bila masa sekarangnya sama dengan masa lalunya, ia termasuk orang yang merugi; bila masa sekarangnya lebih buruk dari masa lampaunya, tergolong orang yang bangkrut.”
Berdasarkan kriteria Nabi SAW, kita mudah-mudahan bukan bangsa yang bangkrut, sekalipun belum menjadi bangsa yang beruntung. Dengan ditandainya sisi sejarah kelam bangsa ini, penindasan-penindasan yang banyak diderita oleh bangsa besar ini agar menjadi suri tauladan untuk berusaha membangun kualitas diri agar bisa terlepas dari penindasan dalam bentuk segala hal.
            Pendidikan sejarah dilembaga sekolah-sekolah saat ini sedikit mengalami penurunan, wal hasil banyak anak-anak didik yang sedikit mengerti dan kenal tentang peristiwa-peristiwa bersejarah negerinya, juga para pahlawan-pahlawannya. Jika dibandingkan dengan kurikulum beberapa tahun yang lalu, pendidikan sejarah menempati ruang yang spesial karena ada beberapa kategori yaitu Pendidikan Sejarah Nasional, Pendidikan Sejarah Perjuangan Bangsa, bahkan masih ada lagi Pendidikan Tarikh atau berganti dengan nama Sejarah Kebudayaan Islam. Banyak anak didik yang merasa jenuh dengan pendidikan sejarah yang notabenenya banyak menghafal tanggal dan tahun kejadian serta nama tokoh-tokoh, metode guru yang banyak berceramah dan bercerita membuat anak didik semakin mengantuk, banyak menguap dan merasa jemu. Dari faktor itu banyak anak didik yang kurang tertarik dengan pelajaran sejarah. Padahal jika pembelajaran sejarah dikemas dengan cara yang kreatif bisa membuat anak didik akan betah dan merasa senang, karena pelajaran sejarah saat ini hampir terus mengalami pembahasan yang komplek. Salah satu cara atau metode pembelajaran sejarah yang menyenangkan yaitu dengan metode menonton bersama film dokumenter tentang tokoh-tokoh, peristiwa-peristiwa yang bersejarah. Baik peristiwa perjuangan kemerdekaan Indonesia bahkan sampai peristiwa-peristiwa dinegeri ini yang mengandung historis. Anak didik akan melihat secara langsung situasi dan kondisi yang dialami oleh bangsa kita, mulai penderitaan, ketragisan, pemboikotan, pembantaian, bahkan peperangan secara fisik yang dilakukan oleh para pejuang negeri kita. Sehingga anak didik akan bisa memaknai betapa berat perjuangan untuk meraih kebebasan, kemerdekaan, serta hikmah-hikmah selama dalam mengarungi penjajahan yang lamanya bertahun-tahun, anak didik akan bisa menyimpulkan sebab-sebab, berargumentasi, menganalisis langsung, dengan teman-temannya. Dan juga membuat laporan singkat atas peristiwa yang terjadi.
            Pembelajaran sejarah yang menarik lagi bisa dengan menggunakan metode wawancara terhadap pelaku sejarah yang masih tersisa, meski ini agak sedikit sulit tapi sangat penting, anak didik bisa langsung bertanya dan berbagi cerita langsung dengan pelaku sejarah dirumahnya atau kediamannya atau bersilaturahmi dengan tokoh pelaku sejarah. Bagaimana berhadapan langsung dengan pelaku sejarah. Menuliskan tahap demi tahap apa yang disampaikan oleh pelaku sejarah atau bisa dengan cara merekamnya melalui mesin perekam yang sekarang banyak terdapat pada vitur handphone android. Dan bisa berfoto bersama dengan pelaku sejarah dan memajangnya di didinding kelas, sebagai kenang-kenangan bahwa anak didik telah melakukan studi wawancara langsung dengan pelaku sejarah. Meski sekarang banyak anak muda yang suka berfoto dengan pujaannya seperti artis-artis yang mereka puja. Atau bisa dengan cara mendatangkan narasumber dari seseorang pelaku sejarah ke sekolah dan membuat acara seminar meski kecil-kecilan, semacam diskusi kelompok. Cara ini bisa membangun mitra hubungan antara pihak sekolah dengan tokoh-tokoh masyarakat terutama pelaku sejarah dan yang lainnya. Hubungan yang mesra suatu lembaga pendidikan dengan masyarakat sangat dibutuhkan. Karena lembaga sekolah itu ada bertujuan mendidik masyarakat menuju masyarakat yang berperadaban.
            Bisa juga pembelajaran sejarah dengan cara mengunjungi bangunan-bangunan bersejarah. Cara ini tidak bisa kita lakukan setiap hari tapi bisa kita gunakan dalam setiap akhir pembelajaran semester. Karena membutuhkan pembiayaan yang lebih dan bisa dikatakan karya wisata. Tempat-tempat itu bisa, museum, cagar budaya, masjid, candi, benteng, bendungan, prasasti,  ataupun tempat-tempat lainnya. Namun, dalam hal mengunjungi ini anak didik juga harus membuat laporan tentang studi kasus atau laporan mengenai tempat-tempat bersejarah ini. Bisa dilakukan dengan cara tugas individual atau tugas berkelompok.
            Guru-guru sejarah juga harus punya banyak cara untuk bisa membuat anak didik merasa senang, dizaman informasi ini guru juga diharuskan menguasai informasi dan tekhnologi agar lebih membuat anak semakin tertarik. Guru sejarah harus pintar menulis. Membuat tulisan-tulisan yang bisa di poskan di majalah, koran dimedia cetak ataupun media on line. Dengan memberikan alamat web-nya kepada anak didik tentang tulisan-tulisan sejarah kepada anak didiknya. Guru harus punya alamat blog atau guru blogger, cara ini memanfaatkan informasi dan teknologi agar anak didik lebih tertarik karena gurunya juga tidak ketinggalan zaman. Guru juga harus punya catatan ilmiah seperti buku, guru juga seorang penulis buku yang karyanya bisa dibaca dan didiskusikan kepada peserta didiknya.
                  Fungsi ilmu sejarah adalah untuk mengetahui kejadian-kejadian yang bisa menjadi pelajaran dikemudian hari. Agar jangan sampai generasi penerus terjebak kembali dengan masa lalu yang menyakitkan. Terlalu bodoh jika peristiwa memalukan perjalanan anak bangsa diulangi kembali setidaknya kita berfikir kritis seperti ungkapan diatas agar kita jangan sampai menjadi bangsa yang bangkrut. Menurut James Bank, semua peristiwa masa lampau adalah sejarah (sejarah sebagai kenyataan), sejarah dapat membantu para siswa untuk mengetahui perilaku manusia pada masa yang lampau, masa sekarang dan akan datang. Belajar sejarah tidak hanya di lembaga pendidikan semacam sekolah, belajar sejarah harus terus berkelanjutan, Edward hallet carr sejarah ialah suatu proses interaksi serba terus antara sejarahwan dengan fakta-fakta yang ada padanya; suatu dialog tiada henti-hentinya antara masa sekarang dengan masa silam. Pendidikan Sejarah Nasional di Sekolah, perlukah?
     
      *Penulis anggota Komunitas Kali Kening Bangilan-Tuban.



Label: