Pendidikan Sejarah Nasional di Sekolah, Perlukah?
Oleh. Rohmat
Sholihin*
google.com
Wal Tandhur nafsun ma qaddamat li ghad
Perhatikan
sejarahmu untuk hari esokmu (QS 59: 18)
Sejarah sebagai salah satu cabang
ilmu sosial perlu mendapatkan perhatian serius dari seluruh lapisan masyarakat
Indonesia. Termasuk institusi pendidikan yang bernama sekolah. Sekolah yang
telah dipercaya oleh masyarakat turun temurun dalam hal penalaran dan kajian
ilmu pengetahuan secara formal sangat ironis jika sampai tak tahu dan buta akan
sejarah bangsanya sendiri, bahkan kalimat heroik yang sering diucapkan oleh
Presiden RI yang pertama, Ir. Soekarno yaitu jangan sekali-kali melupakan
sejarah. Bahaya, karena sejarah adalah kontinuitas antara masa lampau, masa
sekarang dan masa depan. George Bernard Shaw, seorang dramawan dan sosialis
Irlandia (1856-1950), mengatakan bahwa manusia merupakan makhluk yang unik dan
agak aneh, sekalipun sejarah selalu berulang, manusia sangat sulit, bahkan
tidak mampu, untuk tidak mengulangi sejarah yang buruk, Shaw mengatakan: If history repeats itself, and the
unexpected always happens, how incapable must man be of learning from
experience. Namun apa yang disampaikan oleh Nabi Muhammad SAW mengenai
pentingnya kesadaran sejarah, melampaui jauh pendapat para filosof mana pun.
Beliau mengatakan:
“Barang siapa
memiliki masa sekarang yang lebih bagus dari masa lalunya, ia tergolong orang
yang beruntung; bila masa sekarangnya sama dengan masa lalunya, ia termasuk
orang yang merugi; bila masa sekarangnya lebih buruk dari masa lampaunya,
tergolong orang yang bangkrut.”
Berdasarkan
kriteria Nabi SAW, kita mudah-mudahan bukan bangsa yang bangkrut, sekalipun
belum menjadi bangsa yang beruntung. Dengan ditandainya sisi sejarah kelam
bangsa ini, penindasan-penindasan yang banyak diderita oleh bangsa besar ini
agar menjadi suri tauladan untuk berusaha membangun kualitas diri agar bisa
terlepas dari penindasan dalam bentuk segala hal.
Pendidikan sejarah dilembaga
sekolah-sekolah saat ini sedikit mengalami penurunan, wal hasil banyak
anak-anak didik yang sedikit mengerti dan kenal tentang peristiwa-peristiwa
bersejarah negerinya, juga para pahlawan-pahlawannya. Jika dibandingkan dengan
kurikulum beberapa tahun yang lalu, pendidikan sejarah menempati ruang yang
spesial karena ada beberapa kategori yaitu Pendidikan Sejarah Nasional,
Pendidikan Sejarah Perjuangan Bangsa, bahkan masih ada lagi Pendidikan Tarikh
atau berganti dengan nama Sejarah Kebudayaan Islam. Banyak anak didik yang
merasa jenuh dengan pendidikan sejarah yang notabenenya banyak menghafal
tanggal dan tahun kejadian serta nama tokoh-tokoh, metode guru yang banyak
berceramah dan bercerita membuat anak didik semakin mengantuk, banyak menguap
dan merasa jemu. Dari faktor itu banyak anak didik yang kurang tertarik dengan
pelajaran sejarah. Padahal jika pembelajaran sejarah dikemas dengan cara yang
kreatif bisa membuat anak didik akan betah dan merasa senang, karena pelajaran sejarah
saat ini hampir terus mengalami pembahasan yang komplek. Salah satu cara atau
metode pembelajaran sejarah yang menyenangkan yaitu dengan metode menonton bersama
film dokumenter tentang tokoh-tokoh, peristiwa-peristiwa yang bersejarah. Baik peristiwa
perjuangan kemerdekaan Indonesia bahkan sampai peristiwa-peristiwa dinegeri ini
yang mengandung historis. Anak didik akan melihat secara langsung situasi dan
kondisi yang dialami oleh bangsa kita, mulai penderitaan, ketragisan,
pemboikotan, pembantaian, bahkan peperangan secara fisik yang dilakukan oleh
para pejuang negeri kita. Sehingga anak didik akan bisa memaknai betapa berat
perjuangan untuk meraih kebebasan, kemerdekaan, serta hikmah-hikmah selama
dalam mengarungi penjajahan yang lamanya bertahun-tahun, anak didik akan bisa
menyimpulkan sebab-sebab, berargumentasi, menganalisis langsung, dengan
teman-temannya. Dan juga membuat laporan singkat atas peristiwa yang terjadi.
Pembelajaran sejarah yang menarik
lagi bisa dengan menggunakan metode wawancara terhadap pelaku sejarah yang
masih tersisa, meski ini agak sedikit sulit tapi sangat penting, anak didik
bisa langsung bertanya dan berbagi cerita langsung dengan pelaku sejarah
dirumahnya atau kediamannya atau bersilaturahmi dengan tokoh pelaku sejarah. Bagaimana
berhadapan langsung dengan pelaku sejarah. Menuliskan tahap demi tahap apa yang
disampaikan oleh pelaku sejarah atau bisa dengan cara merekamnya melalui mesin
perekam yang sekarang banyak terdapat pada vitur handphone android. Dan bisa
berfoto bersama dengan pelaku sejarah dan memajangnya di didinding kelas,
sebagai kenang-kenangan bahwa anak didik telah melakukan studi wawancara
langsung dengan pelaku sejarah. Meski sekarang banyak anak muda yang suka
berfoto dengan pujaannya seperti artis-artis yang mereka puja. Atau bisa dengan
cara mendatangkan narasumber dari seseorang pelaku sejarah ke sekolah dan
membuat acara seminar meski kecil-kecilan, semacam diskusi kelompok. Cara ini
bisa membangun mitra hubungan antara pihak sekolah dengan tokoh-tokoh masyarakat
terutama pelaku sejarah dan yang lainnya. Hubungan yang mesra suatu lembaga
pendidikan dengan masyarakat sangat dibutuhkan. Karena lembaga sekolah itu ada
bertujuan mendidik masyarakat menuju masyarakat yang berperadaban.
Bisa juga pembelajaran sejarah
dengan cara mengunjungi bangunan-bangunan bersejarah. Cara ini tidak bisa kita
lakukan setiap hari tapi bisa kita gunakan dalam setiap akhir pembelajaran
semester. Karena membutuhkan pembiayaan yang lebih dan bisa dikatakan karya
wisata. Tempat-tempat itu bisa, museum, cagar budaya, masjid, candi, benteng, bendungan, prasasti, ataupun
tempat-tempat lainnya. Namun, dalam hal mengunjungi ini anak didik juga harus
membuat laporan tentang studi kasus atau laporan mengenai tempat-tempat
bersejarah ini. Bisa dilakukan dengan cara tugas individual atau tugas
berkelompok.
Guru-guru sejarah juga harus punya
banyak cara untuk bisa membuat anak didik merasa senang, dizaman informasi ini
guru juga diharuskan menguasai informasi dan tekhnologi agar lebih membuat anak
semakin tertarik. Guru sejarah harus pintar menulis. Membuat tulisan-tulisan
yang bisa di poskan di majalah, koran dimedia cetak ataupun media on line. Dengan
memberikan alamat web-nya kepada anak didik tentang tulisan-tulisan sejarah
kepada anak didiknya. Guru harus punya alamat blog atau guru blogger, cara ini
memanfaatkan informasi dan teknologi agar anak didik lebih tertarik karena
gurunya juga tidak ketinggalan zaman. Guru juga harus punya catatan ilmiah
seperti buku, guru juga seorang penulis buku yang karyanya bisa dibaca dan
didiskusikan kepada peserta didiknya.
Fungsi ilmu sejarah adalah untuk
mengetahui kejadian-kejadian yang bisa menjadi pelajaran dikemudian hari. Agar
jangan sampai generasi penerus terjebak kembali dengan masa lalu yang
menyakitkan. Terlalu bodoh jika peristiwa memalukan perjalanan anak bangsa
diulangi kembali setidaknya kita berfikir kritis seperti ungkapan diatas agar
kita jangan sampai menjadi bangsa yang bangkrut. Menurut James Bank, semua
peristiwa masa lampau adalah sejarah (sejarah sebagai kenyataan), sejarah dapat membantu para siswa untuk mengetahui perilaku manusia pada
masa yang lampau, masa sekarang dan akan datang. Belajar sejarah tidak hanya di
lembaga pendidikan semacam sekolah, belajar sejarah harus terus berkelanjutan, Edward
hallet carr sejarah ialah suatu
proses interaksi serba terus antara sejarahwan dengan fakta-fakta yang ada
padanya; suatu dialog tiada henti-hentinya antara masa sekarang dengan masa
silam. Pendidikan Sejarah Nasional di Sekolah, perlukah?
*Penulis
anggota Komunitas Kali Kening Bangilan-Tuban.
Label: Artikel Edukasi
0 Komentar:
Posting Komentar
Berlangganan Posting Komentar [Atom]
<< Beranda