PEMUDA, BUKU, DAN MENULIS
http://makassar.tribunnews.com/2016/08/18/naik-katimbang-sultan-keliling-jeneponto-bawa-buku-bacaan-gratis
Oleh. Rohmat Sholihin*
Generasi muda merupakan inti dari estafet kepemimpinan
bangsa. Generasi muda menjadi kekayaan negara yang sangat berharga dan tak
ternilai harganya. Masa depan negara akan hancur jika generasi mudanya berada
di level terendah dalam hal skill, pengetahuan, serta sikap dan karakternya
yang merosot. Jika itu terjadi dalam waktu singkat negara akan hancur, tak bisa
negara selalu mengandalkan para pemimpin dari kalangan orang tua yang secara
usia dan pikiran mengalami penurunan produktifitas karena faktor usia, meski
pepatah mengatakan tak perduli umur, aktifitas jalan terus. Berdasarkan hukum
alam bahwa usia tak bisa dibohongi, meski dipermak secanggih sekalipun tak kan
bisa berhadapan dengan takdir alam yaitu tua dan mati. Sehingga perlu diadakan
program khusus yaitu pengkaderan secara intensif dan berkesinambungan. Salah
satunya upaya meningkatkan kualitas pendidikan melalui program pemerintah yaitu
pendidikan dasar 9 tahun sampai jenjang perguruan tinggi. Juga
pelatihan-pelatihan tertentu mengenai kepemudaan dalam organisasi-organisasi di
masyarakat.
Pemuda harus terus dipantau dan selalu didorong untuk
terus melakukan tindakan-tindakan yang bisa berguna bagi masyarakat dan negara.
Pemuda tidak boleh miskin, terutama miskin ide, pemuda harus terus berkarya
sesuai dengan kebutuhan-kebutuhan bangsa. Pemuda adalah nyawa suatu bangsa.
Pemuda juga merupakan harta yang paling berharga untuk tumbuh berkembang
menjadi manusia yang tangguh dan kuat. Pemuda tidak boleh mlempem, mondar-mandir
tak tentu arah tujuan. Pemuda itu aset yang harus dikelola oleh negara,
diarahkan dan dibimbing dengan pengetahuan-pengetahuan yang kritis dan sesuai
filosofi negara. Negara tidak boleh membiarkan nasib kaum pemuda menjadi tidak
berpengharapan, terjebak dalam dunia narkoba, pergaulan bebas, dan menjadi
sampah sosial seperti kasus kriminal, mengemis, apalagi tidak mau bersekolah
dengan alasan tidak kuat biaya.
Melihat beberapa kasus yang dialami oleh para pemuda saat
ini, seperti pergulatan pemuda dengan kebiasaan buruk yang bisa menghancurkan
masa emasnya, kasus pemuda yang suka pesta minuman keras oplosan yang berujung
kematian cukup tinggi. Juga berimbas buruk terhadap organ tubuh yang bisa
membuat perkembangan otak menjadi rusak. Kemudian kasus narkoba jenis pil,
sabu, ganja, dan menggunakan jarum suntik, yang imbasnya bisa ke pengaruh buruk
lainnya. Pemerintah harus tegas terhadap peredaran narkoba terutama para
Bandar-bandar yang harus ditindak tegas oleh petugas yang berwenang. Jangan
kasih ampun sedikitpun terhadap peredaran narkoba. Berbahaya. Dari peredaran
narkoba yang makin tinggi bisa dipastikan jumlah pemakai juga tinggi. Jumlah
manusia yang rusak juga semakin tinggi, permasalahan ini jangan sampai
dibiarkan berlarut-larut, pemerintah harus segera bertindak dengan cepat dan
tegas, Kepolisian, Badan Nasional Narkotika, Badan Intelijen Negara, Bea dan
Cukai atau Pabean, Dinas Perhubungan, TNI, lembaga-lembaga pendidikan dan
masyarakat harus benar-benar bisa bersinergi untuk mengatasi narkoba, karena
negara kita ini telah menjadi sarang yang aman bagi pengedar narkoba.
Untuk mencegah pemuda yang mengalami penyimpangan,
pemerintah harus lebih perhatian terhadap buku. Buku adalah piranti yang
penting untuk membuat manusia menjadi cerdas, kritis, dan dapat memandang masa
depan dengan gemilang meski buku itu tidak pernah menuntut manusia menjadi
kuper atau kurang bergaul, tapi buku itu mampu memberikan khasanah pengetahuan
yang luas bagi pembaca untuk terus dapat menggali dan mengembangkan
pemikiran-pemikiran didalamnya. Pemerintah harus punya gebrakan atau program
bagi seluruh masyarakat agar lebih terdorong untuk mencintai dan perhatian
terhadap buku, jangan sampai masyarakat kita menjadi buta huruf yang tak bisa
membaca, meski saat ini masih banyak saudara-saudara kita yang hidup kurang
beruntung, akibat kemiskinan bahkan tak mampu bersekolah apalagi beli buku,
buat makan saja susah. Apakah buku bisa menina bobokkan bagi jiwa-jiwa yang
lapar?, tertindas oleh kemiskinan dan kelaparan. Pemerintah harus bisa terus
mendorong pada masyarakat agar lebih semangat terus membentuk
komunitas-komunitas literasi baik di masyarakat kota maupun pedesaan agar
mereka bisa terus berhubungan dengan buku dan terus membacanya. Pemerintah harus
terus mengupayakan untuk menerbitkan buku sebanyak-banyaknya, setiap kecamatan
bahkan desa harus punya lebih dari satu perpustakaan yang dapat mengakses buku
dengan mudah. Masyarakat harus digalakkan untuk mencintai buku dan membacanya.
Sehingga akan menjadi masyarakat yang maju dengan nalar yang tinggi dan mampu
mengatasi permasalahan-permasalahan yang telah dihadapi. Jangan sampai
pemerintah membiarkan masyarakatnya tidak mencintai buku, buku adalah alat
untuk menyimpan catatan-catatan pengetahuan yang bisa dipelajari kapanpun mau.
Sedangkan menulis juga faktor utama untuk mendukung kemajuan
perbukuan kita. Dari hasil banyak membaca buku lahirlah ide-ide yang harus
selalu dianalisa dan ditulis. Menulis seperti mengikat ilmu. Agar jangan sampai
hasil tulisan berlalu begitu saja. Tulisan mampu melahirkan budaya-budaya yang
lebih maju dan merdeka. Negara Indonesia bisa merdeka ini juga berkat tulisan.
Rasa persatuan dan kesatuan kita terjalin kuat ini juga berkat baca dan tulis. Betapa besar magnet
tulisan dan membaca bagi kemajuan suatu bangsa. Bacalah bukan bakarlah.
*Penulis aktif di Komunitas Literasi Kali Kening
Bangilan-Tuban.
Label: Artikel
0 Komentar:
Posting Komentar
Berlangganan Posting Komentar [Atom]
<< Beranda