Buku Dan Sekolah Adalah Sehati
http://disdik.depok.go.id/?p=8498
Oleh. Rohmat Sholihin*
Buku adalah senjata. Tanpa
buku kita tak kan bisa berbuat apa-apa karena kita tidak bisa mengetahui
beberapa informasi yang ada dalam buku. Orang-orang pintar selalu menyempatkan
waktunya untuk membaca buku setiap waktu. Seakan-akan kebutuhan orang pintar
adalah buku, hidupnya tak bisa dipisahkan sedikitpun dengan buku. Buku
merupakan kebutuhan pokok bagi orang pintar dan maju. Ada banyak koleksi buku
dilemari, ratusan bahkan ribuan buku bagi orang-orang pintar. Jika ingin jadi
orang pintar harus banyak baca buku. Buku apa saja, yang mengandung pengetahuan
dan informasi keilmuan.
Gerakan Literatur Sekolah
memperkuat gerakan penumbuhan budi pekerti sebagaimana dituangkan dalam
Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nomor 21 Tahun 2015. Salah satu
kegiatan di dalam gerakan tersebut adalah kegiatan 15 menit membaca buku non
pelajaran sebelum waktu belajar dimulai. Kegiatan ini dilaksanakan untuk
menumbuhkan minat baca peserta didik serta meningkatkan keterampilan membaca
agar pengetahuan dapat dikuasai secara lebih baik. Materi baca berisi
nilai-nilai budi pekerti, berupa kearifan lokal, nasional, dan global yang
disampaikan sesuai tahap perkembangan peserta didik. Terobosan penting ini
hendaknya melibatkan semua pemangku kepentingan di bidang pendidikan, mulai
dari tingkat pusat, provinsi, kabupaten/kota, hingga satuan pendidikan.
Pelibatan orang tua peserta didik dan masyarakat juga menjadi komponen penting
dalam gerakan literatur sekolah.
Buku dan sekolah adalah
sehati, saling mengisi dan berinteraksi. Ibaratnya buku adalah teman bicara
yang tidak pernah mendahuluimu, teman bicara yang tidak memanggilmu disaat
sedang bekerja, teman bicara yang tidak memaksamu untuk berdandan ketika
menghadapinya, teman hidup yang tidak menyanjungmu, kawan yang tidak
membosankan, dan penasehat yang tidak mencari-cari kesalahan. Dengan adanya
banyak buku didalam sekolah semakin menjadikan sekolah itu tidak membosankan. Buku-buku
itu dikoleksi rapi dalam ruangan perpustakaan, ditata, dikemas dan tentu saja
untuk dibaca bukan menjadi barang pajangan saja yang habis dimangsa rayap.
Sungguh rugi jika itu terjadi. Seperti gudang ilmu yang tak pernah digali
isinya dan pengetahuannya. Kebiasaan membaca terhadap anak-anak disekolah harus
digalakkan lagi jangan sampai anak-anak menjadi malas membaca buku karena
berbagai banyak kendala yaitu dengan adanya banyak hiburan-hiburan dizaman yang
sudah maju ini, seperti; bermain game on line, bermain play station, yang
menyita waktu anak didik dalam membaca buku. Tak jarang anak didik menjadi
malas untuk membaca buku, kemalasan inilah yang harus segera kita atasi dengan
terus menggerakkan seluruh tenaga yang ada disekolah-sekolah untuk terus menyuarakan
gerakan membaca, tak terkecuali kepala sekolah, guru, peserta didik, orang tua,
tenaga kependidikan, pengawas sekolah, masyarakat dan tenaga-tenaga lainnya.
Kita permak kebiasaan membaca adalah kebiasaan yang mulia. Apalagi kebiasaan
membaca itu perlu ditanamkan sejak masih dini agar nanti terbiasa dengan
kegiatan membaca. Peter Corey, seorang penulis buku anak ternama dari
Inggris, seperti dikutip oleh Risang Melati dalam buku Kiat Sukses Menjadi
Guru PAUD yang disukai anak-anak, memberikan tips untuk meningkatkan minat
baca pada anak yaitu :
- Kegiatan membaca bersama lebih efektif bila dilakukan 10-15 menit setiap harinya. Bagi anak didik yang sedang berada di lingkungan sekolah, bila guru tidak menemukan waktu yang tepat karena anak-anak terlalu asyik bermain, maka manfaatkanlah waktu sebelum pulang sekolah untuk membaca bersama anak didik
- Membaca merupakan kegiatan yang menyenangkan, jadi hindari memaksakan anak didik untuk membaca saat mereka lelah dikarenakan banyak kegiatan. Biarkan mereka memiliki inisiatif untuk memulai membaca
- Setelah kegiatan membaca selesai, sebaiknya gunakan waktu untuk anak-anak memberikan pendapat, kesan, ide tentang cerita tersebut dan dengarkan apa yang diutarakannya kemudian diskusikan. Dengan begitu kita dapat mengetahui apakah isi dari buku tersebut dipahami oleh anak-anak atau tidak.
- Gunakanlah fasilitas yang mendukung cerita, seperti menikmati setiap
gambar pada buku cerita tersebut. Gambar-gambar yang jenaka
dan menarik akan membangkitkan “virus” membaca pada
anak. Karena anak akan mengalihkan perhatiannya kepada
gambar tersebut dan membangkitkan rasa ingin tahu lebih dalam tentang isi
buku tersebut
- Tema cerita buku anak-anak sangat beragam. Jadi pilihlah buku cerita dengan tema yang menarik. Terkadang fisik buku pun berpengaruh pada minat membaca anak. Jika dari covernya saja sebuah buku tampak sulit dan tidak menarik, anak-anak tidak akan mau mencoba membacanya.
- Selalu memilih cerita yang sederhana, lucu dan menarik untuk anak. Bila perlu kita dapat menjodohkan anak dengan buku. Maksudnya bahwa kita dapat memilihkan buku cerita yang menjadi tema kesukaan anak. Jika suka mobil balap, belikan buku-buku mengenai mobil balap, jika senang memasak, belikan buku-buku resep.
- Sederhanakanlah penggunaan kata-kata yang kita ucapkan. Hindari membacakan kalimat yang panjang dan sulit dimengerti oleh anak. Bila anak-anak tidak paham dengan alur cerita, maka gunakanlah bahasa sehari-hari yang lebih mudah dimengerti.
- Jangan ragu untuk menilai buku dari sampul dan siapa penulisnya. Ini dapat menolong kita untuk memutuskan apakah buku tersebut layak kita gunakan atau tidak.
- Jangan khawatir bila anak kita ingin membaca buku yang sama setiap saat. Anak-anak biasanya menimati kegiatan pengulangan karena dapat membantu mereka untuk lebih memahami cerita.
- Berikanlah pujian kepada anak yang telah berusaha untuk latihan
membaca. Kita tidak perlu memaksakan anak yang sudah bisa membaca
untuk berusaha keras membaca kata per kata, terutama pada kata-kata yang
sulit. Sebaiknya biarkan saja anak membaca terus, tak
perlu mengoreksinya karena si anak telah membuat perkiraan yang tepat
berdasarkan maknanya. Artinya, anak ini membaca untuk
makna. Jika kita memintanya berhenti, mengoreksinya,
memintanya untuk mengulanginya dan melafalkannya dengan tepat,
mungkin saja si anak justru akan menjadi frustasi sehingga merusak
suasana membaca. Biarkan Ia tahu apa kesalahannya saat
membaca. Dengan begitu, ia akan semakin sempurna dalam
membaca.
Jangan sampai anak-anak didik kita sebagai generasi
muda Indonesia melewati masa emasnya dengan sia-sia. Apa jadinya generasi muda
yang akan membangun negara besar ini tanpa membaca buku? Buku merupakan gudang
pengetahuan. Dan jika siapa yang menguasai pengetahuan ia akan menang. Banyak
tokoh-tokoh perintis negeri ini yang sangat suka membaca, tak pernah berpisah
dengan bukunya. Seperti; Ir. Soekarno yang hidup dalam penjara dan
pembuanganpun tak pernah meninggalkan kegiatan untuk membaca buku, Drs. Moh.
Hatta ketika menjalani masa yang paling berat yaitu masa pembuangan di Boven Digoel
Papua juga tak pernah meninggalkan buku-bukunya dan terus berusaha mencari
pengetahuan-pengetahuan yang terpatri dalam buku-bukunya. Bukan hanya membaca
tapi juga menulis untuk menuliskan ide dan pemikirannya untuk dimuat dalam
koran-koran berita masa itu sehingga meskipun hidupnya dalam penjara namun ide
dan pemikirannya tetap bebas sebebas bebasnya, dan kebebasan itu tidak lain
dari perubahan ke arah yang lebih baik. Termasuk kegiatan membaca dan menulis.
Mulailah
segera untuk membangun sebuah gerakan yang lebih bermanfaat disekolah, terutama
bagi para guru yang ada diseluruh Indonesia, marilah kita bangun Gerakan
Literasi Sekolah yaitu sebuah upaya yang dilakukan secara menyeluruh dan
berkelanjutan untuk menjadikan sekolah sebagai organisasi pembelajaran yang
warganya literat sepanjang hayat melalui pelibatan publik. Membaca tidak hanya
dilakukan disekolah saja dan pada saat belajar saja tapi membaca adalah
kebutuhan nasional yang harus dilakukan oleh seluruh warga Indonesia dimanapun
berada. Bisa juga membaca seumur hidup. Jika gerakan literasi sekolah tidak
kita mulai dari sekarang, kita akan kesulitan untuk mendorong anak-anak didik
kita yang masih belia dan sangat berpotensi ini untuk lebih mencintai buku
apalagi membacanya. Menyukai buku saja tidak apalagi membaca dan mengupasnya
serta membedahnya. Negeri ini akan kehilangan masa emasnya, jika kehilangan
masa emasnya mustahil bisa mewujudkan negeri ini menjadi negeri maju dan
makmur.
Sedangkan
hasil survei internasional (PIRLS 2011, PISA 2009 & 2012) yang mengukur
keterampilan membaca peserta didik, Indonesia menduduki peringkat bawah.
Sungguh sayang jika kita tidak segera memulai dari sekarang untuk mengubah
paradigma kita tentang pentingnya membaca buku dan menulis disekolah-sekolah,
kita akan ketinggalan dalam persaingan dengan negara-negara lain. Kita akan
menjadi negara terbelakang dan sulit maju. Sedangkan kemerdekaan yang telah
dihadiahkan oleh para pahlawan-pahlawan hanya sebagai hadiah yang bisu, hampa
dan miskin budaya terutama budaya literatur. Karena tuntutan masyarakat abad 21
adalah kemampuan memahami informasi secara analitis, kritis, dan reaktif.
Gerakan
literasi sekolah bisa kita coba dengan sangat sederhana ketika sekolah belum
punya perpustakaan yang lengkap atau memadai. Kita bisa mencoba dengan cara
ini:
1.
Kita bisa memanfaatkan buku-buku sementara yang ada di
perpustakaan meskipun sudah lama dan bekas, buku tetap menjadi piranti yang tak
lekang oleh waktu.
2.
Kita bisa bekerja sama dengan anak didik untuk membuat
kliping berbagai tema terus secara rutin, kliping bisa kita ambil dari
koran-koran bekas yang kita gunting kemudian kita tempel pada kertas kosong dan
setelah cukup bisa kita jilid untuk menjadi bahan bacaan.
3.
Kita bisa belanja buku-buku murah meski bekas asal bisa kita
gunakan untuk bahan bacaan yang bermanfaat.
4.
Kita bisa bekerja sama dengan para orang tua, dan masyarakat
serta alumni untuk bisa menyumbangkan buku-buku yang tak terpakai dirumah yang
masih bisa dimanfaatkan untuk bahan bacaan di sekolah.
5.
Kita bisa membuat program mading sekolah yang berisi beberapa
informasi yang menarik.
6.
Kita bisa membuat bulletin sekolah yang sederhana.
7.
Kita ajak siswa untuk selalu buat tulisan, bisa dalam bentuk
puisi, cerpen, dongeng, pengalaman-pengalaman menarik siswa, humor, dan yang
lainnya selama tidak berbau negatif, tulisan-tulisan anak bisa kita kumpulkan
dan kita jilid seperti buku dan anak bisa membacanya.
Yang terpenting untuk mendukung
program Gerakan Literasi Sekolah adalah ada ditangan guru. Kreatifitas guru
sangat dibutuhkan, selama guru mencintai tulisan dan buku gerakan literasi
sekolah tetap akan berjalan, begitu juga sebaliknya sekolah yang mempunyai
fasilitas yang lengkap tapi guru tidak suka tulisan dan buku sangat sulit untuk
mengembangkan gerakan literasi sekolah. Gurulah yang seharusnya menjadi garda
paling depan untuk mengajak peserta didik membaca, menulis dan mencintai buku
sebagai sumber inspirasi, informasi dan referensi. Selamat berjuang guru
seluruh Indonesia untuk mewujudkan program Gerakan Literasi Sekolah untuk
menuju Indonesia maju.
*Guru MI Salafiyah Bangilan Kabupaten Tuban, Anggota Forum Komunikasi Mahasiswa Bangilan (FKMB), Anggota di Komunitas Literasi Kali Kening Bangilan-Tuban.
Label: Artikel
0 Komentar:
Posting Komentar
Berlangganan Posting Komentar [Atom]
<< Beranda