Rabu, 02 November 2016

Buku Dan Sekolah Adalah Sehati



http://disdik.depok.go.id/?p=8498

Oleh. Rohmat Sholihin*

Buku adalah senjata. Tanpa buku kita tak kan bisa berbuat apa-apa karena kita tidak bisa mengetahui beberapa informasi yang ada dalam buku. Orang-orang pintar selalu menyempatkan waktunya untuk membaca buku setiap waktu. Seakan-akan kebutuhan orang pintar adalah buku, hidupnya tak bisa dipisahkan sedikitpun dengan buku. Buku merupakan kebutuhan pokok bagi orang pintar dan maju. Ada banyak koleksi buku dilemari, ratusan bahkan ribuan buku bagi orang-orang pintar. Jika ingin jadi orang pintar harus banyak baca buku. Buku apa saja, yang mengandung pengetahuan dan informasi keilmuan.

Gerakan Literatur Sekolah memperkuat gerakan penumbuhan budi pekerti sebagaimana dituangkan dalam Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nomor 21 Tahun 2015. Salah satu kegiatan di dalam gerakan tersebut adalah kegiatan 15 menit membaca buku non pelajaran sebelum waktu belajar dimulai. Kegiatan ini dilaksanakan untuk menumbuhkan minat baca peserta didik serta meningkatkan keterampilan membaca agar pengetahuan dapat dikuasai secara lebih baik. Materi baca berisi nilai-nilai budi pekerti, berupa kearifan lokal, nasional, dan global yang disampaikan sesuai tahap perkembangan peserta didik. Terobosan penting ini hendaknya melibatkan semua pemangku kepentingan di bidang pendidikan, mulai dari tingkat pusat, provinsi, kabupaten/kota, hingga satuan pendidikan. Pelibatan orang tua peserta didik dan masyarakat juga menjadi komponen penting dalam gerakan literatur sekolah.

Buku dan sekolah adalah sehati, saling mengisi dan berinteraksi. Ibaratnya buku adalah teman bicara yang tidak pernah mendahuluimu, teman bicara yang tidak memanggilmu disaat sedang bekerja, teman bicara yang tidak memaksamu untuk berdandan ketika menghadapinya, teman hidup yang tidak menyanjungmu, kawan yang tidak membosankan, dan penasehat yang tidak mencari-cari kesalahan. Dengan adanya banyak buku didalam sekolah semakin menjadikan sekolah itu tidak membosankan. Buku-buku itu dikoleksi rapi dalam ruangan perpustakaan, ditata, dikemas dan tentu saja untuk dibaca bukan menjadi barang pajangan saja yang habis dimangsa rayap. Sungguh rugi jika itu terjadi. Seperti gudang ilmu yang tak pernah digali isinya dan pengetahuannya. Kebiasaan membaca terhadap anak-anak disekolah harus digalakkan lagi jangan sampai anak-anak menjadi malas membaca buku karena berbagai banyak kendala yaitu dengan adanya banyak hiburan-hiburan dizaman yang sudah maju ini, seperti; bermain game on line, bermain play station, yang menyita waktu anak didik dalam membaca buku. Tak jarang anak didik menjadi malas untuk membaca buku, kemalasan inilah yang harus segera kita atasi dengan terus menggerakkan seluruh tenaga yang ada disekolah-sekolah untuk terus menyuarakan gerakan membaca, tak terkecuali kepala sekolah, guru, peserta didik, orang tua, tenaga kependidikan, pengawas sekolah, masyarakat dan tenaga-tenaga lainnya. Kita permak kebiasaan membaca adalah kebiasaan yang mulia. Apalagi kebiasaan membaca itu perlu ditanamkan sejak masih dini agar nanti terbiasa dengan kegiatan membaca. Peter Corey, seorang penulis buku anak  ternama dari Inggris, seperti dikutip oleh Risang Melati dalam buku Kiat Sukses Menjadi Guru PAUD yang disukai anak-anak, memberikan tips untuk meningkatkan minat baca pada anak yaitu :
  • Kegiatan membaca bersama lebih efektif bila dilakukan 10-15 menit setiap harinya.    Bagi anak didik yang sedang berada di lingkungan sekolah,  bila guru tidak menemukan waktu yang tepat karena anak-anak terlalu asyik bermain, maka manfaatkanlah waktu sebelum pulang sekolah untuk membaca bersama anak didik
  • Membaca merupakan kegiatan yang menyenangkan, jadi hindari memaksakan anak didik untuk membaca saat mereka lelah dikarenakan banyak kegiatan.   Biarkan mereka memiliki inisiatif untuk memulai membaca
  • Setelah kegiatan membaca selesai, sebaiknya gunakan waktu untuk anak-anak memberikan pendapat, kesan, ide tentang cerita tersebut dan dengarkan apa yang diutarakannya kemudian diskusikan.    Dengan begitu kita dapat mengetahui apakah isi dari buku tersebut dipahami oleh anak-anak atau tidak.
  • Gunakanlah fasilitas yang mendukung cerita, seperti menikmati setiap gambar pada buku cerita tersebut.   Gambar-gambar yang jenaka dan menarik akan membangkitkan “virus” membaca pada anak.    Karena anak akan mengalihkan perhatiannya kepada gambar tersebut dan membangkitkan rasa ingin tahu lebih dalam tentang isi buku tersebut
  • Tema cerita buku anak-anak sangat beragam.    Jadi pilihlah buku cerita dengan tema yang menarik.     Terkadang  fisik buku pun  berpengaruh pada minat membaca anak.    Jika dari covernya saja sebuah buku tampak sulit dan tidak menarik, anak-anak tidak akan mau mencoba membacanya.
  • Selalu memilih cerita yang sederhana, lucu dan menarik untuk anak.   Bila perlu kita dapat menjodohkan anak dengan buku. Maksudnya bahwa kita dapat memilihkan buku cerita yang menjadi tema kesukaan anak.   Jika suka mobil balap, belikan buku-buku mengenai mobil balap, jika senang memasak, belikan buku-buku resep.
  • Sederhanakanlah penggunaan kata-kata yang kita ucapkan. Hindari membacakan kalimat yang panjang dan sulit dimengerti oleh anak. Bila anak-anak tidak paham dengan alur cerita, maka gunakanlah bahasa sehari-hari yang lebih mudah dimengerti.
  • Jangan ragu untuk menilai buku dari sampul dan siapa penulisnya. Ini dapat menolong kita untuk memutuskan apakah buku tersebut layak kita gunakan atau tidak.
  • Jangan khawatir bila anak kita ingin membaca buku yang sama setiap saat. Anak-anak biasanya menimati kegiatan pengulangan karena dapat membantu mereka untuk lebih memahami cerita.
  • Berikanlah pujian kepada anak yang telah berusaha untuk latihan membaca. Kita tidak perlu memaksakan  anak yang sudah bisa membaca untuk berusaha keras membaca kata per kata, terutama pada kata-kata yang sulit.    Sebaiknya biarkan saja anak membaca terus, tak perlu mengoreksinya karena si anak telah membuat perkiraan yang tepat berdasarkan maknanya.  Artinya, anak ini membaca untuk makna.    Jika kita memintanya berhenti, mengoreksinya, memintanya untuk mengulanginya dan melafalkannya dengan tepat,  mungkin saja si anak justru akan menjadi frustasi sehingga  merusak suasana membaca. Biarkan Ia tahu apa kesalahannya saat membaca.    Dengan begitu, ia akan semakin sempurna dalam membaca.
Jangan sampai anak-anak didik kita sebagai generasi muda Indonesia melewati masa emasnya dengan sia-sia. Apa jadinya generasi muda yang akan membangun negara besar ini tanpa membaca buku? Buku merupakan gudang pengetahuan. Dan jika siapa yang menguasai pengetahuan ia akan menang. Banyak tokoh-tokoh perintis negeri ini yang sangat suka membaca, tak pernah berpisah dengan bukunya. Seperti; Ir. Soekarno yang hidup dalam penjara dan pembuanganpun tak pernah meninggalkan kegiatan untuk membaca buku, Drs. Moh. Hatta ketika menjalani masa yang paling berat yaitu masa pembuangan di Boven Digoel Papua juga tak pernah meninggalkan buku-bukunya dan terus berusaha mencari pengetahuan-pengetahuan yang terpatri dalam buku-bukunya. Bukan hanya membaca tapi juga menulis untuk menuliskan ide dan pemikirannya untuk dimuat dalam koran-koran berita masa itu sehingga meskipun hidupnya dalam penjara namun ide dan pemikirannya tetap bebas sebebas bebasnya, dan kebebasan itu tidak lain dari perubahan ke arah yang lebih baik. Termasuk kegiatan membaca dan menulis.

            Mulailah segera untuk membangun sebuah gerakan yang lebih bermanfaat disekolah, terutama bagi para guru yang ada diseluruh Indonesia, marilah kita bangun Gerakan Literasi Sekolah yaitu sebuah upaya yang dilakukan secara menyeluruh dan berkelanjutan untuk menjadikan sekolah sebagai organisasi pembelajaran yang warganya literat sepanjang hayat melalui pelibatan publik. Membaca tidak hanya dilakukan disekolah saja dan pada saat belajar saja tapi membaca adalah kebutuhan nasional yang harus dilakukan oleh seluruh warga Indonesia dimanapun berada. Bisa juga membaca seumur hidup. Jika gerakan literasi sekolah tidak kita mulai dari sekarang, kita akan kesulitan untuk mendorong anak-anak didik kita yang masih belia dan sangat berpotensi ini untuk lebih mencintai buku apalagi membacanya. Menyukai buku saja tidak apalagi membaca dan mengupasnya serta membedahnya. Negeri ini akan kehilangan masa emasnya, jika kehilangan masa emasnya mustahil bisa mewujudkan negeri ini menjadi negeri maju dan makmur.

            Sedangkan hasil survei internasional (PIRLS 2011, PISA 2009 & 2012) yang mengukur keterampilan membaca peserta didik, Indonesia menduduki peringkat bawah. Sungguh sayang jika kita tidak segera memulai dari sekarang untuk mengubah paradigma kita tentang pentingnya membaca buku dan menulis disekolah-sekolah, kita akan ketinggalan dalam persaingan dengan negara-negara lain. Kita akan menjadi negara terbelakang dan sulit maju. Sedangkan kemerdekaan yang telah dihadiahkan oleh para pahlawan-pahlawan hanya sebagai hadiah yang bisu, hampa dan miskin budaya terutama budaya literatur. Karena tuntutan masyarakat abad 21 adalah kemampuan memahami informasi secara analitis, kritis, dan reaktif.

            Gerakan literasi sekolah bisa kita coba dengan sangat sederhana ketika sekolah belum punya perpustakaan yang lengkap atau memadai. Kita bisa mencoba dengan cara ini:

1.      Kita bisa memanfaatkan buku-buku sementara yang ada di perpustakaan meskipun sudah lama dan bekas, buku tetap menjadi piranti yang tak lekang oleh waktu.

2.      Kita bisa bekerja sama dengan anak didik untuk membuat kliping berbagai tema terus secara rutin, kliping bisa kita ambil dari koran-koran bekas yang kita gunting kemudian kita tempel pada kertas kosong dan setelah cukup bisa kita jilid untuk menjadi bahan bacaan.

3.      Kita bisa belanja buku-buku murah meski bekas asal bisa kita gunakan untuk bahan bacaan yang bermanfaat.

4.      Kita bisa bekerja sama dengan para orang tua, dan masyarakat serta alumni untuk bisa menyumbangkan buku-buku yang tak terpakai dirumah yang masih bisa dimanfaatkan untuk bahan bacaan di sekolah.

5.      Kita bisa membuat program mading sekolah yang berisi beberapa informasi yang menarik.

6.      Kita bisa membuat bulletin sekolah yang sederhana.

7.      Kita ajak siswa untuk selalu buat tulisan, bisa dalam bentuk puisi, cerpen, dongeng, pengalaman-pengalaman menarik siswa, humor, dan yang lainnya selama tidak berbau negatif, tulisan-tulisan anak bisa kita kumpulkan dan kita jilid seperti buku dan anak bisa membacanya.

Yang terpenting untuk mendukung program Gerakan Literasi Sekolah adalah ada ditangan guru. Kreatifitas guru sangat dibutuhkan, selama guru mencintai tulisan dan buku gerakan literasi sekolah tetap akan berjalan, begitu juga sebaliknya sekolah yang mempunyai fasilitas yang lengkap tapi guru tidak suka tulisan dan buku sangat sulit untuk mengembangkan gerakan literasi sekolah. Gurulah yang seharusnya menjadi garda paling depan untuk mengajak peserta didik membaca, menulis dan mencintai buku sebagai sumber inspirasi, informasi dan referensi. Selamat berjuang guru seluruh Indonesia untuk mewujudkan program Gerakan Literasi Sekolah untuk menuju Indonesia maju.


*Guru MI Salafiyah Bangilan Kabupaten Tuban, Anggota Forum Komunikasi Mahasiswa Bangilan (FKMB), Anggota di Komunitas Literasi Kali Kening Bangilan-Tuban.





Label:

0 Komentar:

Posting Komentar

Berlangganan Posting Komentar [Atom]

<< Beranda