“Save The Earth” dengan Pendidikan Islam
“Save The Earth” dengan Pendidikan Islam
https://www.pplhindonesia.or.id/id/
Oleh. Rohmat Sholihin*
Lingkungan alam saat ini mengalami
kerusakan yang sangat parah. Imbasnya dari kerusakan-kerusakan alam itupun
telah banyak kita rasakan, seperti: banjir, tanah longsor, kebakaran hutan,
kekeringan, pemanasan global, rusaknya terumbu karang, rusaknya hutan tropis
dan masih banyak lagi. Kerusakan-kerusakan alam itu hampir terjadi akibat ulah
tangan manusia yang tidak bertanggung jawab. Akibat ulah segelintir manusia
yang telah merusak lingkungan alam dan imbasnya telah di rasakan seluruh umat
manusia. Seperti banjir yang telah terjadi di beberapa daerah yang ada di
Indonesia akibat dari penebangan hutan secara liar, membuang sampah
sembarangan, dan kurang disiplin dalam memperhatikan saluran-saluran air baik
sungai maupun kanal. Sehingga daerah aliran sungai kurang lancar dan banyak
penyumbatan-penyumbatan dari sampah yang telah dibuang di sungai-sungai.
Permasalahan kerusakan lingkungan alam bukanlah menjadi tanggung jawab beberapa
orang namun menjadi permasalahan yang harus dipikirkan secara bersama. Termasuk
lembaga pendidikan Islam yang harus lebih perduli terhadap kelangsungan
lingkungan alam yang lestari. Karena pendidikan Islam dan kelestarian
lingkungan saling terkait erat. Bahkan Rosulullah memberikan perintah kepada
para sahabatnya ketika menaklukan Makkah (Fatkhu Makkah), pertama jangan
menyakiti wanita dan anak-anak. Kedua, jangan melukai dan membunuh orang-orang
Quraisy yang sudah menyerah serta tak berdaya. Ketiga, jangan menebang pohon
dan membunuh binatang di daerah penaklukan.
Melihat banyaknya bencana alam yang
sering terjadi di muka bumi ini. Hal ini menandakan bahwa bumi telah mengalami
ketidakseimbangan, baik tidak seimbang suhu, iklim maupun ekosistemnya. Dari
ketidakseimbangan alam itu timbullah beberapa bencana alam seperti banjir,
tanah longsor, gunung meletus, panas meningkat, kekeringan, gempa bumi,
tsunami, mencairnya lapisan es di daerah kutub, kebakaran hutan. Jika
masalah-masalah bencana alam itu tidak segera di tangani secara bersama tidak
menutup kemungkinan dalam waktu dekat kehancuran bumi akan terjadi dan manusia
yang hidup di bumi juga akan segera berakhir.
Kenaikan suhu bumi (global warming, GB) kini makin menjadi
fokus perhatian dunia. Dalam peringatan Hari Bumi 22 April 2000, majalah Time misalnya menurunkan edisi khusus
tentang bumi yang makin panas dan rusak. Meningkatnya GB sungguh sangat
memprihatinkan masa depan bumi. Jika GB tidak bisa diatasi, akibatnya bisa
sangat fatal: lapisan es dikutub akan mencair dan permukaan air laut akan naik.
Gelombang panas pun akan mengacaukan iklim dan menimbulkan badai dahsyat yang
akan memporak-porandakan bangunan di berbagai kota. Tragedi banjir Nabi Nuh
akan terulang, bahkan dalam skala yang lebih dahsyat.
Masalah GB ini, yang mulai diangkat
ke permukaan pada Konferensi Tingkat Tinggi Bumi (Earth Summit) di Rio De
Jeneiro, 1992, kini terus menjadi perhatian utama dunia. Sayangnya di antara
negara-negara yang punya perhatian besar pada GB sampai saat ini belum
melakukan aksi bersama. Bahkan di antara mereka saling mempersalahkan.
Di Earth Summit Rio, misalnya,
benih-benih saling mempermasalahkan itu sudah tumbuh. Wakil-wakil negara
berkembang mempermasalahkan emisi karbon dioksida yang berasal dari pabrik dan
kendaraan di negara maju yang menjadi biang keladi GB. Sementara negara-negara
maju juga mempermasalahkan negara-negara berkembang yang tidak memperhatikan
lingkungan dan merusak hutan. Hutan yang dijuluki paru-paru dunia ditebang
semena-mena untuk tujuan ekonomi sesaat.
Pada sisi lain, negara industri
menuduh, teknologi yang rendah, pembangunan yang menggebu-gebu dan banyaknya
kendaraan bermotor yang sistem pembakarannya kadaluarsa dan rusak, menyebabkan
emisi gas karbon dioksida di negara-negara berkembang sangat besar. Sementara
di negara maju mereka membela dengan teknologi yang canggih, hemat energi, dan
pemantauan polusi yang baik, emisi karbon dioksida sedikit dan bisa diawasi.
Namun demikian, siapakah yang paling bertanggung jawab terhadap permasalahan
itu semua? Kalau di antara keduanya saling menyalahkan, persoalannya tak kan
pernah selesai, karena masalah ini sudah terlanjur kompleks, runyam dan
melingkar-lingkar sehingga sulit dicari ujungnya. Karena itulah, maka yang
perlu dipersoalkan sekarang ini, bagaimana menyelamatkan bumi (save the earth) di abad-abad mendatang
secara bersama (global partnership).
Sebab kerusakan bumi bagaimana pun erat kaitannya dengan persoalan manusia itu
sendiri.
Planet bumi yang merupakan habitat
berbagai ragam kehidupan (termasuk manusia) sedang mendapat ancaman kehancuran
yang sangat serius. Ancaman itu merupakan puncak dari proses kerusakan sumber
daya alam (SDA) dan lingkungan yang terus meningkat dari tahun ke tahun. Semua
itu terjadi akibat buruknya kesadaran, pemahaman, kepedulian, dan moral manusia
dalam memperlakukan SDA dan lingkungannya.
Sebagai gambaran buruknya SDA dan
lingkungan, kita bisa melihat laporan perkembangan manusia 1998 yang dilansir United Nations Development Pragramme UNDP.
Menurut UNDP beban SDA dan lingkungan yang diderita bumi amat berat: 12%
spesies mamalia, 11% spesies burung, 4% spesies ikan dan reptil hampir punah.
Di pihak lain, 5-10% terumbu karang rusak, 50% mangrove hancur, dan 34% pantai
rusak. Demikian juga stok ikan dunia menurun 25%, dan sembilan juta hektar
tanah mengalami kerusakan.
Fakta kerusakan alam di Indonesia
juga semakin mencengangkan. Setiap tahun terjadi kerusakan hutan lebih dari 2,5
juta ha, sementara terumbu karang yang tersisa dalam kategori baik hanya
tinggal 6,2%. Penyusutan spesies terus berlangsung karena pemburuan dan
perusakan habitat mereka. Sebagai
contoh, Jalak Bali burung yang sangat langka, mungkin kini sudah punah dari
habitat alamnya di Taman Nasional Bali Barat. Demikian juga harimau Jawa.
Dan pada umumnya kerusakan tersebut
terjadi di negara-negara berkembang, yang pada umumnya kaya akan SDA. Ini
terjadi karena di negara-negara berkembang terdapat berbagai masalah seperti
kemiskinan, jumlah penduduk tinggi, dan jumlah pengangguran tinggi sehingga
tekanan terhadap SDA juga tinggi. Di pihak lain tingkat kesadaran masyarakat
terhadap ekologi rendah. Dalam kondisi seperti ini, kondisi penegakan hukum
juga rendah. Akibatnya kerusakan lingkungan dan SDA menjadi-jadi. Tragisnya
kecenderungan seperti itu ternyata makin lama makin besar.
Hal itu, misalnya, bisa tergambar
dari makin besarnya penduduk dunia. Pertumbuhan penduduk dunia diprediksi akan
terus meningkat dari 6,1 miliar jiwa pada 2000 menjadi 7,5 miliar orang pada
2020. Sebagian besar mereka tinggal di negara berkembang. Penduduk Indonesia, misalnya, saat ini telah
mencapai sekitar 220 juta jiwa. Dan pertumbuhan penduduk ini akan diikuti pula
dengan meningkatnya konsumsi. Ini semua berarti peluang terjadinya peningkatan
degradasi dan pencemaran lingkungan makin besar pula.
Apabila pembangunan Indonesia
berkembang dengan kecepatan 3,4% pertahun, Prof. Emil Salim (2003) memprediksi
bahwa pada tahun 2020 akan tercapai tingkat “lower
middle income” dengan pendapatan per orang $1.360-$1.500. Namun, jika
kecepatan pembangunan naik dengan 7% setahun maka akan dapat dicapai pendapatan
per orang $2.700-$3.000 pada 2020.
Naiknya pendapatan masyarakat di
masa mendatang ini di harapkan akan diikuti dengan semakin meningkatnya
perhatian mereka terhadap penyelamatan SDA dan lingkungan. Sehingga
pertumbuhannya perlu ditopang secara tepat dengan pembangunan dari segi
ekologi.
Masalah besar yang bersifat global
yang dihadapi umat manusia dewasa ini adalah krisis ekologi dan krisis moral.
Krisis ekologi yang dihadapi umat manusia ini berakar dari sikapnya yang kurang
memperhatikan norma-norma moral dalam hubungannya dengan lingkungannya dengan
lingkungan hidup secara luas. Kondisi tersebut makin diperparah dengan minimnya
pengertian dan pemahaman secara ilmiah warga masyarakat terhadap aspek-aspek
penting dari lingkungan hidup. Walhasil, minimnya moral dan pengetahuan
ditambah lagi dengan krisis ekonomi menjadikan lingkungan hidup dan SDA sebagai
korban dari respon manusia menghadapi kondisi yang menerpa dirinya.
Dalam rangka menyikapi kondisi
lingkungan hidup yang semakin gawat itulah, sangatlah tepat jika kita memulai
secara kritis untuk membangun etika lingkungan. Diperlukan moral bangsa di
bidang lingkungan hidup yang dilandasi oleh kesatuan dari tiga pilar utama,
yaitu intelektual, spiritual, dan emosional.
Membangun etika lingkungan itu bisa
di mulai pada lembaga-lembaga pendidikan. Baik lembaga pendidikan Islam maupun
umum. Melihat lembaga pendidikan merupakan ajang pembentukan insan yang kreatif,
jujur dan bermartabat. Lembaga pendidikan harus bisa menjawab
tantangan-tantangan zaman bukan hanya dari sekedar teori namun juga harus bisa
menjawab tantangan-tantangan itu dengan langkah nyata. Jika tantangan zaman
saat ini adalah tentang kerusakan lingkungan alam, lembaga pendidikan harus
bisa membuat program-program kritis untuk segera menyelamatkan lingkungan
tersebut. Bukankah pendidikan adalah proses mengenali lingkungan? Sedangkan
lingkungan sangat erat hubungannya dengan pendidikan, lingkungan alam merupakan
laboratorium alami yang harus selalu digunakan praktek
pengembangan-pengembangan oleh dunia pendidikan. Oleh karena itu
lembaga-lembaga pendidikan harus ikut bertanggung jawab dalam menjaga
kelestarian alam.
Terutama lembaga-lembaga pendidikan
Islam yang harus berada di garis terdepan dalam melestarikan lingkungan alam.
Karena sebagai pendidik dan sekaligus Rosul, misi kependidikan pertama Muhammad
Saw, adalah menanamkan aqidah yang benar: yakni aqidah tawhid mengesakan Tuhan,
yang by extension, memahami seluruh
fenomena alam dan kemanusiaan sebagai suatu kesatuan, suatu yang holistik.
Beliau adalah orang yang suka melakukan refleksi dan merenung tentang alam
lingkungan, masyarakat sekitar, dan Tuhan: beliau adalah orang senantiasa
belajar, di sekolah tanpa dinding (school
without wall).
Sehingga persepsi masyarakat tentang
pendidikan Islam tidak hanya terbatas pada masalah agama (Islam) saja, sehingga
muncul suatu asumsi bahwa pendidikan Islam tidak pernah mencapai pendidikan
sains. Akibat kuatnya praduga itu lahirlah suatu pemikiran yang bersifat
sekuler dalam masalah ilmu. Sementara itu masalah-masalah sosial terus
berkembang akibat tangan manusia, termasuk didalamnya masalah lingkungan hidup
yang sudah tercemar.
Kasus lingkungan hidup dihadapi oleh
seluruh lapisan masyarakat tidak terkecuali umat Islam sebagai mayoritas
penduduk Indonesia. Bermacam cara telah diupayakan untuk menanggulangi ekses
kerusakan lingkungan itu, namun belum menunjukkan hasil yang memuaskan.
Pendidikan Islam yang telah mengakar ke masyarakat, dalam dekade terakhir
sebagian telah mengarahkan polanya ke arah pendidikan yang bersifat monokotonik
juga lebih mengarah pada pengembangan masyarakat dan lingkungannya. Sejalan
dengan itu pendidikan Islam diprediksikan sebagai salah satu alternatif jawaban
umat Islam dalam menanggulangi problem lingkungan hidup yang semakin mengkhawatirkan.
Dalam melakukan studi ini ada
beberapa tujuan yang hendak dicapai:
1. Untuk memahami jawaban umat
Islam dalam memecahkan masalah lingkungan hidup
yang merupakan kasus global.
2. Untuk mengetahui pola pendidikan
Islam dalam menumbuhkan kesadaran lingkungan pada peserta didik dan masyarakat.
3. Untuk menginventarisasikan pendidikan
Islam yang bersifat lintas sektoral yang dipandang dapat dijadikan solusi
problem sosial yang cenderung berkembang, terutama sekali masalah lingkungan
hidup.
4. Kajian ini pada dasarnya
bertujuan untuk mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi keberhasilan
pendidikan Islam dalam menumbuhkan kesadaran lingkungan bagi peserta didik dan masyarakat sekitarnya.
Bumi merupakan
satu-satunya planet yang bisa digunakan untuk hidup dan berkembangbiak oleh
seluruh makhluk hidup. Namun, bumi saat ini banyak mengalami
kerusakan-kerusakan yang dapat menimbulkan bencana yang membahayakan seluruh
kehidupan di planet biru ini. Seperti; tanah longsor, banjir, tsunami, gempa
bumi, kebakaran hutan, rusaknya terumbu karang, polusi udara, tercemarnya air
bersih, rusaknya sumber mata air akibat dari eksplorasi sumber daya alam yang
berlebihan, gunung meletus, dan masih banyak lagi yang hampir mendekati
kompleksitas.
Hampir kerusakan-kerusakan alam yang
terjadi di alam ini adalah akibat dari ulah manusia yang tak bertanggung jawab
dan menuruti kemauannya sendiri tanpa memperhitungkan akibatnya. Sedangkan alam
sangat mengharapkan sentuhan-sentuhan lembut dari tangan manusia untuk terus
merawat dan melestarikannaya. Karena manusia adalah kholifah dimuka bumi ini
yang menentukan gerak dan tindak-tanduknya harus bisa menghargai alam sebagai
tempat hidup dan berkembang biak seluruh makhluk hidup, baik hewan, tumbuhan
dan manusia itu sendiri.
Oleh
karena itu, kita segera untuk menyelamatkan bumi dari segala kerusakan-kerusakan
dengan berbagai cara, baik secara langsung maupun tak langsung. Dengan cara
langsung yaitu dengan cara reboisasi lahan-lahan kritis, dilarang membuang
sampah sembarangan, dilarang menangkap ikan dengan menggunakan bahan peledak,
dilarang menebang pohon, dilarang menangkap dan membunuh hewan yang dilindungi,
dilarang membuang limbah pabrik di sungai atau di laut dan masih banyak lagi
program-program kelestarian lingkungan alam lainnya. Sedangkan secara tak
langsung yaitu dengan banyak mensosialisasikan program-program penghijauan dan
menjaga lingkungan alam pada seluruh lapisan masyarakat, mahasiswa, dan pelajar
di lembaga-lembaga pendidikan. Sehingga mereka mempunyai kesadaran bersama
bahwa menjaga kelestarian alam merupakan perbuatan yang sangat terpuji dan
sangat penting.
Jika kebiasaan manusia tidak segera
berubah untuk mencintai dan merawat kelestarian alam mulai saat ini, beberapa
tahun ke depan akan membahayakan masa depan kehidupan yang ada di bumi. Karena
tingkat kerusakan saat ini sudah sangat memprihatinkan dan bumi terancam rusak.
Seperti kasus-kasus yang sudah penulis sebutkan diatas akan menjadi permasalahan
serius dan imbasnya ke kita sebagai manusia yang juga ikut hidup dan mendiami
planet bumi ini. Marilah kita pikirkan masa depan bumi dan masa depan anak cucu
kita yang nantinya akan menggantikan kita ketika kita sudah tua dan mati.
Jangan hanya memikirkan kebutuhan sesaat saja, kita kuras habis kekayaan bumi
berupa sumber daya alam secara besar-besaran namun tak pernah kita perhatikan
dampak-dampak buruk dari yang ditimbulkannya, mari bersama-sama segera kita
selamatkan bumi agar kehidupan yang ada di bumi bisa nyaman, berkelanjutan dan
lestari.
Umur bumi yang diperkirakan sudah
mencapai 4,5 miliar tahun bukanlah umur yang pendek tapi sudah sangat-sangat
tua. Jika kita sebagai manusia tidak segera berbuat merawat bumi, bumi akan
mudah mengalami kerusakan yang parah. Bumi dan seluruh kehidupannya akan
mengalami kehancuran. Masa depan bumi akan suram bersama harapan seluruh umat
manusia. Apalah arti semua baik ekonomi, politik, pendidikan, sosial, iptek,
dan sebagainya jika bumi tempat hidup seluruh komponen kehidupan ini mengalami
hancur. Tak kan pernah berarti apa-apa. Juga pasti akan ikut hancur pula. Sudah
saatnya bumi mendapatkan perlakuan special dari kita semua agar bumi tetap bisa
tersenyum menyapa kita setiap hari dengan udaranya yang segar, airnya yang
bersih, iklim dan suhu yang tetap hangat, tanah yang tetap memberikan kesuburan
dan hasil bumi yang melimpah, pohon-pohon yang rindang dan hijau,
burung-burungpun tetap terus bersiul mengisi hari-hari tanpa harus ditangkap
untuk dijual belikan, binatang-binatang lain tetap bisa menghuni habitatnya,
air laut tetap asin, ikan-ikan terus gemulai menari-nari dengan riang, dan
seluruh komponen kehidupan bisa saling mengisi dan hidup dengan penuh
persahabatan tanpa harus merusaknya.
Tanggung jawab terhadap perkembangan
kelestarian alam bukan hanya menjadi tanggung jawab segelintir orang atau pihak
tertentu, namun perkembangan kelestarian alam merupakan tanggung jawab kita
bersama yang harus segera kita upayakan langkah-langkah nyata, seperti;
mengajak seluruh lapisan masyarakat untuk bahu membahu, bersatu, dan
mencetuskan program “Save The Earth”,
program ini sebaiknya bisa menjadi langkah
dan kebijakan dipemerintahan pusat, provinsi, daerah, bahkan sampai ke
tingkat yang paling rendah yaitu desa, tidak ketinggalan juga seluruh
lembaga-lembaga yang ada di negara kita. Termasuk dalam lembaga pendidikan
sekolah-sekolah mulai dari SD/MI sampai Perguruan Tinggi.
Dalam Pendidikan Agama Islam,
menjaga kelestarian alam adalah wajib, agama Islam tidak pernah membenarkan
untuk mengeksploitasi alam secara besar-besaran. Karena menurut Islam mengambil
sesuatu yang berlebihan itu tidaklah benar termasuk mengeksploitasi alam secara
besar-besaran karena imbasnya terhadap perkembangan hidup seluruh makhluk yang
mendiami bumi akan menjadi sengsara. Sedangkan Islam hadir dialam semesta ini
sebagai agama yang paling sempurna tak kan pernah menyengsarakan seluruh
makhlukNya. Manusia yang diangkat oleh Allah untuk menjadi kholifah di bumi
harus bisa bertanggung jawab terhadap perkembangan kelestarian alam ini.
Sebagaimana dalam surat Al Baqarah ayat 30 yang artinya:
“Ingatlah ketika
Tuhanmu berfirman kepada para Malaikat: “Sesungguhnya Aku hendak menjadikan
seorang kholifah di muka bumi. “Mereka berkata: “Mengapa Engkau hendak
menjadikan (kholifah) di muka bumi itu orang yang akan membuat kerusakan
padanya dan menumpahkan darah, padahal kami senantiasa bertasbih dengan memuji Engkau
dan mensucikan Engkau?” Tuhan berfirman: “Sesungguhnya Aku mengetahui apa yang
tidak kamu ketahui.”.” (QS Al Baqarah: 30).
Allah
menciptakan manusia dimuka bumi agar manusia dapat menjadi kholifah di muka bumi
tersebut. Yang dimaksud dengan kholifah ialah bahwa manusia diciptakan untuk
menjadi penguasa yang mengatur apa-apa yang ada di bumi, seperti tumbuhannya,
hewannya, hutannya, airnya, sungainya, gunungnya, lautnya, perikanannya dan
seyogyanya manusia harus mampu memanfaatkan segala apa yang ada di bumi untuk
kemaslahatannya. Jika manusia telah mampu menjalankan itu semuanya maka sunatulloh
yang menjadikan manusia sebagai kholifah di bumi benar-benar dijalankan dengan
baik oleh manusia tersebut, terutama manusia yang beriman kepada Allah SWT dan
Rosulullah SAW.
Dalam hal kerusakan alam Allah
berfirman,
“Maka mengapa tidak ada
dari umat-umat yang sebelum kamu orang-orang yang mempunyai keutamaan yang
melarang daripada (mengerjakan) kerusakan di muka bumi, kecuali sebahagian
kecil di antara orang-orang yang telah kami selamatkan di antara mereka, dan
orang-orang yang zalim hanya mementingkan kenikmatan yang mewah yang ada pada
mereka, dan mereka adalah orang-orang yang berdosa.” (QS. Hud:116).
Allah
SWT mengancam orang-orang yang sering melakukan perusakan lingkungan hidup
dengan bencana alam ataupun penyebar wabah penyakit karena mereka telah
menghilangkan keseimbangan ekosistem makhluk hidup di bumi ini.
Allah
SWT berfirman:
“Telah nampak kerusakan
di darat dan di laut disebabkan karena perbuatan tangan manusia, supaya Allah
merasakan kepada mereka sebagian dari (akibat) perbuatan mereka, agar mereka
kembali (ke jalan yang benar)” (QS. Ar-Rum : 41)
Dalam
surat yang lainnya, Al-Quran memposisikan kedudukan orang-orang yang melakukan
perusakan terhadap lingkungan hidup hampir sekelas dengan kaum kafir yang
diancam azab yang sangat pedih sesuai dengan firman Allah SWT, yang berbunyi :
“Sesungguhnya
pembalasan terhadap orang-orang yang memerangi Allah dan Rasul-Nya dan membuat
kerusakan di muka bumi, hanya mereka dibunuh atau disalib, atau dipotong tangan
dan kaki mereka dengan bertimbal balik, atau dibuang dari negeri (tempat
kediamannya). Yang demikian itu (sebagai) suatu penghinaan untuk mereka di
dunia, dan di akhirat mereka beroleh siksaan yang besar.” (QS. Al-Maidah: 33).
Dari
penjelasan-penjelasan di atas, kita dapat menarik kesimpulan bahwa Islam
mewajibkan kita semua agar selalu senantiasa menjaga lingkungan hidup. Gerakan
untuk menjaga kelestarian lingkungan
hidup harus terus kita bina agar kita dapat meminimalisir kerusakan lingkungan
yang terjadi. Dan lingkungan hidup yang lestari akan menjadikan kehidupan kita
di masa yang akan datang menjadi lebih baik. Jika masa depan kita lebih baik,
anak cucu kita nanti juga bisa mewarisi akhlak serta perbuatan yang mulia yaitu
memperlakukan keseimbangan ekosistem alam dengan baik yang juga berpengaruh
kuat terhadap kepribadian kita semua.
Maka dari itu basis pendidikan kita
adalah sekolah-sekolah, dalam pembelajaran yang ada disekolah perlu kita perkenalkan
dan kita praktekkan kebiasaan-kebiasaan yang mencerminkan kelestarian alam.
Seperti membuang sampah pada tempatnya, menjaga kebersihan baik lingkungan dan
diri kita, itu hal yang mendasar yang harus kita tanamkan terus pada peserta
didik. Setelah itu anak didik bisa diperkenalkan untuk melihat alam sekitar
yang mengalami keruskan seperti tanah longsor, hutan gundul, sungai yang penuh
dengan sampah, sehingga hati anak didik akan merasa terketuk dan apa yang harus
di kerjakan ketika melihat pemandangan-pemandangan seperti itu?. Disitulah
proses stimulus anak terhadap kerusakan alam dan kita ajak anak didik untuk
memperbaikinya dengan perlahan-lahan dan seiring proses waktu yang terus
berjalan. Belajar sambil melakukan. Dan kegiatan-kegiatan seperti itu tidak
harus pada mata pelajaran IPA, IPS, tapi dalam mata pelajaran PAI juga bisa
diterapkan untuk mengajak anak berkunjung ke suatu tempat-tempat tertentu.
Sehingga ilmu agama Islam bukan hanya bersifat teori semata-mata tapi juga ilmu
yang bisa mencakup semua aspek kehidupan, bukankah pendidikan agama Islam
adalah pendidikan yang mencakup seluruh aspek kehidupan di alam ini sebagai
jawaban hablum minallah, hablum minannas, dan hablum minal alam, hubungan
dengan Allah, hubungan dengan manusia dan hubungan dengan alam sekitar. Mari
kita selamatkan bumi dari kerusakan sekarang juga.
Islam dan lingkungan alam semesta
ini adalah hubungan kedua unsur yang tak bisa dipisahkan, didalam unsur-unsur
alam semesta ini ada banyak hal yang
belum kita ketahui dan itu merupakan pengetahuan yang harus kita uraikan dengan
berdasarkan Al Qura’an dan Hadits serta di kembangkan dengan berbagai disiplin
ilmu yang luas. Agar Islam tidak menjadi agama yang tidak didukung dengan
kemajuan ilmu yang terus berkembang mengikuti perkembangan zaman. Sehingga
Islam tidak menjadi agama yang lumpuh namun akan menjadi agama yang rahmatan
lil alamin yang bisa diterima oleh seluruh umat manusia dengan kekayaan
pengetahuan didalamnya. Dan pengetahuan-pengetahuan didalamnya tidak menjadi
pengetahuan yang buta, yang menghalalkan segala cara yang tidak berdasar pada
Al Qur’an dan Hadits serta pengembangan-pengembangan pemikir-pemikir Islam.
Masalah kerusakan alam dan masa
depan bumi juga menjadi tanggung jawab bersama termasuk pendidikan Islam juga
harus melakukan upaya-upaya untuk masa depan bumi yang sudah semakin tua dengan
usianya yang hampir 4,5 miliar tahun ini. Kemungkinan dengan usianya yang sudah
tua juga banyak kerusakan-kerusakan baik secara alamiah maupun oleh faktor dari
tangan-tangan manusia yang tidak bertanggung jawab dengan melakukan eksploitasi
besar-besaran tanpa memperhatikan keseimbangan alam itu sendiri.
Demikian
pembahasan kami tentang “Save The Earth”
dengan Pendidikan Islam. Semoga dengan pembahasan ini kami berharap
kerusakan-kerusakan dimuka bumi ini bisa diperbaiki dengan upaya-upaya kita
bersama dan menjadi tanggung jawab kita bersama baik dari pemerintah, tokoh
masyarakat, artis, pemuka-pemuka agama, tokoh politik, guru, pendidikan
sekolah, peserta didik, mahasiswa, dan juga masyarakat seluruh dunia, bahwa
menjaga alam adalah tanggung jawab kita bersama tanpa terkecuali. Jihad bukan
berarti harus memerangi orang kafir dan orang-orang maksiat saja apalagi dengan
tega memusuhi saudara kita sendiri yang sesama manusia, tapi jihad terhadap
kerusakan alam adalah juga merupakan perjuangan yang lebih berpengaruh terhadap
seluruh kehidupan yang ada di planet bumi ini termasuk manusia.
*)
Guru Kelas di MI Salafiyah Bangilan-Tuban, Anggota Forum Komunikasi Mahasiswa Bangilan (FKMB), anggota Komunitas Kali Kening Bangilan-Tuban
Label: Artikel
0 Komentar:
Posting Komentar
Berlangganan Posting Komentar [Atom]
<< Beranda