Masalah Lingkungan, Masalah Dunia
Google.com
Oleh. Rohmat
Sholihin*
Kabar duka kembali menyelimuti
Provinsi Aceh, gempa berkekuatan 6,5 SR kembali menerjang Aceh. Pasca tsunami
akhir Desember 2004 yang mengorbankan hampir puluhan ribu orang yang tinggal di
Aceh dan Sumatera Utara. Ribuan orang kehilangan tempat tinggal, puluhan
infrastruktur hancur total. Puluhan ribu orang mengungsi mencari tempat aman.
Belum lagi pemulihan trauma psikis masyarakat juga membutuhkan waktu. Belum
lagi yang tidak diketemukan, hilang entah kemana, atau banyak mayat-mayat
bergelimpangan tak terdeteksi identitasnya. Pulau itu bagaikan pulau hantu yang
masyarakatnya tercekam oleh amuk bencana alam. Apa yang harus kita lakukan jika
alam sudah murka?, memang bencana alam terjadi adalah faktor alam yang tidak
seimbang dan sulit diprediksi, karena beberapa faktor yang terjadi bisa karena
pergeseran lempeng bumi atau juga bisa terjadi akibat ulah tangan manusia.
Faktor manusia inilah juga perlu mendapatkan sorotan dari seluruh aspek yang
ada.
Ketika manusia baru memasuki abad industri,
abad ke-19, ilmuwan yang tergila-gila pada rasionalisme dan sekularisme,
menganggap bumi sebagai sebuah entitas yang mati. Bumi hanya sekedar hamparan
tanah, bebatuan, karang, dan air yang bisa dieksploitasi sekehendak manusia.
Tidak heran kemudian manusia mengeksploitasi bumi dengan semena-mena tak hanya
di darat, tapi juga di laut dan udara. Bahkan sampai akhir abad ke-20 yang baru
saja kita tinggalkan, masih banyak manusia menganggap bumi sebagai entitas yang
mati. Orang berfikir, bumi bisa diperlakukan apa saja tanpa ada perlawanan.
Salah satu kekejaman manusia yang
tak terkira pada bumi adalah peledakan bom atom. Setelah peledakan bom atom di
Hiroshima dan Nagasaki oleh Sekutu kelompok negara yang mengaku paling maju dan
concern dengan perdamaian di bumi, pada tahun 1945 yang membunuh ratusan ribu
manusia, orang-orang masih terus mengembangkan senjata dahsyat tersebut dengan
melakukan percobaan di permukaan, di atas (atmosfir) dan di dalam bumi. Sebuah percobaan
nuklir di atol Mururoa oleh Perancis (1995) misalnya, yang kekuatannya ribuan
kali dari bom atom yang diledakkan di Hiroshima, telah membuat bumi bergetar
amat hebat dan akibatnya menggeser garis edar bumi terhadap matahari.
Akibatnya, posisi garis edar bumi terhadap matahari berubah dan jarak bumi
dengan matahari makin dekat.[1]
Posisi inilah yang kita khawatirkan
bersama, bahkan menjadi masalah dunia. Karena imbasnya juga akan dirasakan oleh
masyarakat dunia. Jika jarak bumi dengan matahari semakin dekat seluruh bumi
suhunya akan meningkat, dan masa depan kehidupan di bumi semakin membahayakan. Lapisan
es yang berada di daerah kutub akan mencair dan air laut akan meningkat yang
dikhawatirkan terjadi banjir bandang karena air laut meluap, sejarah akan
terulang lagi, yaitu pada peristiwa banjir bandang di zaman nabi Nuh bahkan
akan lebih dahsyat lagi. Akibat lapisan es di daerah kutub yang mencair, air
laut tak lagi asin berapa kerugian lagi yang kita rasakan?, banyak satwa laut
terutama ikan akan banyak yang mati karena kandungan garam menjadi sedikit.
Di sisi lain pergeseran rotasi bumi
berakibat seperti ban mobil yang oleng. Makin lama, olengnya makin besar. Apa
yang terjadi jika olengnya makin besar? Gaya sentripetal dan sentrifugal bumi
yang mengelilingi matahari tidak seimbang. Bumi akan terjatuh ke matahari
karena gaya gravitasi matahari lebih besar.[2]
Ada teori yang disampaikan oleh guru mengaji di surau waktu aku masih kecil,
nanti jika mendekati hari kiamat jarak bumi dengan matahari makin dekat bahkan jarak
dekatnya tak tanggung-tanggung hanya seukuran satu tangan orang dewasa. Aku tak
bisa membayangkan jika bumi dengan matahari hanya berjarak begitu dekatnya.
Bisa dipastikan bumi berjarak dengan matahari puluhan kilo saja bumi akan panas
dan hancur. Kehidupan di bumi sudah punah karena tak ada makhluk hidup di bumi
yang bisa bertahan terhadap panas matahari dengan jarak yang begitu dekatnya. The End of The world. Hanya Allah yang
tahu. Masalah kapan terjadinya kiamat tak ada yang tahu kapan terjadinya,
malaikatpun tak tahu, manusia hanya tahu dari tanda-tandanya saja.
Dan ironisnya bumi yang makin panas
ini makin bertambah panas lagi karena atmosfir bumi dipenuhi gas-gas rumah kaca
(green house effect), terutama karbon
dioksida sisa kendaraan bermotor yang memakai bahan bakar minyak (BBM). Tiap
hari ribuan ton karbon dioksida memenuhi atmosfir. Tak hanya itu, asap
kendaraan bermotor dan pabrik juga mengeluarkan gas nitrogen oksida dan
belerang oksida. Kedua gas ini jika terkena air hujan akan bereaksi menjadi
asam nitrat dan sulfat. Hujan asam akibat gas-gas tersebut telah mengakibatkan
banyak hutan meranggas di Eropa dan Amerika, banyak danau-danau yang airnya
beracun karena konsentrasi asamnya tinggi. Di Amerika, misalnya, berdasarkan
laporan USA Today beberapa hari lalu, pada dekade 1990-an, ratusan danau airnya
beracun karena kadar asamnya sangat tinggi. Ikan-ikan dan biota yang hidup di
danau pun mati.
Bagi negara yang tumpuan hidupnya
masih pada pertanian seperti Indonesia, hujan asam adalah bencana besar.
Lahan-lahan pertanian yang subur bisa menjadi kritis karena unsur haranya larut
dalam asam. Menurunnya hasil produksi di lahan-lahan pertanian dekat perkotaan
di Indonesia, bisa jadi karena pengaruh hujan asam tersebut karena unsur-unsur
hara tanahnya hilang terlarut dalam asam. Jika pemakaian BBM terus meningkat
tanpa ada terobosan untuk mencari bahan bakar alternatif yang tak mengeluarkan
nitrogen oksida dan sulfur oksida, bukan tidak mungkin kelak, tanah-tanah yang
subur di Indonesia akan menjadi lahan kritis yang tak bisa ditanami apa-apa
kecuali gulma dan ilalang.
Bumi tak hanya “sakit” di
permukaannya. Selubung penyelamat penghuni bumi yang berada di atmosfir, yaitu
lapisan ozon yang menahan sinar ultra violet yang berbahaya, kini terkoyak.
Lapisan ozon itu rusak karena manusia menyebarkan CFCs ke atmosfir. Atom kalor
yang ada pada gas ini bersifat sebagai katalisator yang merusak lapisan ozon
tersebut.[3]
Ini bukan hanya persoalan yang harus ditanggung oleh beberapa orang atau negara
tapi menjadi permasalahan bagi kita semua. Masalah ini masalah bencana alam,
kerusakan dari alam meski ada beberapa faktor dari ulah manusianya sendiri.
Alam telah memberikan peringatan melalui bencana yang telah ditimbulkannya agar
manusia lebih berhati-hati dalam melakukan alam, marilah kita sama-sama
menjaganya, memperhatikannya, merawatnya dengan kaidah-kaidah yang seimbang.
Memang alam ini ada adalah untuk manusia tapi juga harus bertanggung jawab
untuk menjaganya sebagai amanat dari Allah untuk manusia bahwa manusia di
angkat oleh Allah untuk menjadi kholifah di muka bumi bukan menimbulkan
kerusakan-kerusakan tapi untuk berbuat kebajikan-kebajikan terhadap yang lain
termasuk menjaga kelestarian lingkungan alam.
Kita harus bersatu padu untuk
membangun kelestarian lingkungan mulai dari sekarang. Isu ini bukan isu politik
tapi menjadi isu bersama bahkan menjadi isu dunia yang harus segera kita
galakkan. Banyak manusia yang hidup di suatu daerah yang mengalami musibah
bencana alam, seperti yang saya jelaskan di atas, yaitu bencana alam gempa bumi
di Aceh dengan kekuatan 6,5 SR. Dan bencana-bencan alam yang terjadi pada
belahan negara lainnya. Semoga kita sebagai manusia agar lebih berhati-hati
lagi dalam mengeksploitasi alam yang sudah tua ini karena hampir manusia 6
milyar yang hidup di bumi sebagai taruhannya dan mari kita galakkan program
melestarikan alam, karena masalah lingkungan adalah masalah dunia.
*Penulis anggota
Komunitas Kali Kening Bangilan-Tuban.
[1]
Prof. Dr. Hadi S. Ali Kodra dan Drs. Syaukani HR, MM, Bumi
Makin Panas Banjir Makin Luas Menyibak Tragedi Kehancuran Hutan
(Bandung:Penerbit Nuansa, 2004), hal. 207-208.
[2]
Prof. Dr. Hadi S. Ali Kodra dan Drs. Syaukani HR, MM, Bumi
Makin Panas Banjir Makin Luas Menyibak Tragedi Kehancuran Hutan
(Bandung:Penerbit Nuansa, 2004), hal. 208.
[3]
[3]
Prof. Dr. Hadi S. Ali Kodra dan Drs. Syaukani HR, MM, Bumi
Makin Panas Banjir Makin Luas Menyibak Tragedi Kehancuran Hutan
(Bandung:Penerbit Nuansa, 2004), hal. 209.
Label: Artikel
0 Komentar:
Posting Komentar
Berlangganan Posting Komentar [Atom]
<< Beranda