Persatu: Berada di Antara Bayang-Bayang (Ayah) Persepam-MU
Oleh.
Rohmat Sholihin*
Jika dilihat dari kaca mata sejarah bahwa Pahlawan Ronggolawe, adipati
Tuban yang terkenal itu masih keturunan atau berdarah Madura. Yakni putera dari
Arya Wiraraja yang memiliki jabatan Demung Nyapati atau jabatan tinggi negara
yang dekat dengan Raja Singosari dan mendapatkan mandat untuk menjadi adipati Soengenep
(Sumenep), di pulau yang menjadi tanah kelahiran Arya Dhikara nama asli dari tokoh Ronggolawe, Pulau Madura. Tokoh
Ronggolawe sebagai adipati Tuban pada masa kerajaan Majapahit memang telah lama
gugur tapi nama besarnya masih terus terngiang di masyarakat Tuban sampai
sekarang, terkenal dengan keberaniannya dan kehebatannya. Sesuai dengan julukan
yang telah diberikan kepadanya dari R. Wijaya, bahwa Rangga artinya ksatria
atau pegawai kerajaan dan Lawe yang sinonim dengan benang, wenang atau menang
yang artinya kemenangan. Jika kedua kata itu digabungkan akan menjadi ksatria
pemenang. Ada pepatah mengatakan: harimau mati meninggalkan belang, kalau
manusia mati meninggalkan nama.
Seperti yang baru saja dialami oleh tim Laskar Ronggolawe harus puas dengan hasil kekalahan tipis 2-1 oleh
Persepam-MU di kandang Persepam-MU di Stadion Gelora Ratu Pamelingan (SGRP)
Pamekasan, Sabtu (22/4/2017). Meski dalam skala permainannya Persatu Tuban
tampil begitu ngotot dan penuh kepercayaan diri dan hampir mendominasi
permainan. Namun, ada unsur sejarah menarik dalam pertandingan kali ini. Bahwa
Persatu dengan julukan Laskar Ronggolawe menjalani pertandingan di Madura
melawan Persepam-MU seperti bermain-main dihalaman rumahnya sendiri yang telah lama ia tinggalkan dan ternyata
sudah banyak perubahan. Tidak seperti dulu lagi, terus ada kemajuan dan
kemajuan. Dan Persatu sepanjang sejarah sepak bola nasional belum pernah mengalahkan
Persepam-MU yang punya julukan Sape Ngamok.
Hanya seri.
Formasi 4-3-2-1 pada Persatu yang mengandalkan serangan dari tengah belum
mampu menundukkan kekuatan Persepam-MU dengan menggunakan pola 4-3-3 ala Rudi
William Keltjes yang lebih mengandalkan penyerangan dari arah sayap. Seperti
juga strategi bertempur yang telah diterapkan ayahanda Arya Wiraraja ketika
membantu strategi penggulingan Raja Singosari R. Kertanegara melalui
penyerangan Jayakatwang dari arah penyusupan beberapa bala tentara Kediri ke
dalam Istana Singosari. Hingga beberapa titik istana mulai bisa dilumpuhkan
oleh kerajaan Gelang-Gelang. Dan Keltjes tak mau kecolongan dalam hal
penyerangan yang telah dilakukan oleh Tim Persatu melalui tengah. Filosofisnya,
bahwa nama besar Ronggolawe yang terkenal dengan super ksatria karena
keberaniannya selalu mengajak duel secara terbuka atau ofensif, namun Keltjes
mempersiapkan jebakan “Batman” dengan mengganti pemain baru untuk mendobrak
beberapa titik kelemahan Persatu yaitu ruang pertahanan sayap karena harus
membantu penyerangan melalui titik tengah, kekuatan Persatu memfokuskan
kekuatan tengah dengan pola 4-3-2-1
Pada menit pertama masih bisa berjalan imbang. Segala
kemungkinan-kemungkinan masih bisa dipertahankan dengan stamina dan disiplin tinggi
kerja tim dalam menjaga daerahnya masing-masing. Eit…tunggu dulu, perlu digaris
bawahi bahwa setiap peperangan Ronggolawe tak kan pernah mundur sejengkalpun.
Segala medan bahkan berhasil dikendalikan namun sangking ksatrianya Ronggolawe
lupa bahwa penyerangan-penyerangan dari penyusupan sayap menjadi hal yang tidak
diperhatikan lagi sehingga bisa mencuri gol dari tim Persatu pada menit ke-47
melalui Achmad Fathoni. Kemudian disusul lagi pada menit ke-53, melalui
tendangan pojok, Persepam-MU kembali lagi unggul melalui Dimas Galih Gumilang. Skor
menjadi 2-0 dan Persepam-MU unggul. Meski dari kekuatan yang berpusat ditengah
juga berhasil melesakkan bola ke gawang Persepam-MU melalui Yan Hilda Ratama.
Setelah pelatih Persatu Edi Sudiarto harus mengubah strategi penyerangan. Kemenangan
yang sempurna dari Ayahanda Wiraraja dari sang putera yang pemberani, Laskar
Ronggolawe. Dan untuk sementara posisi Persepam-MU berhasil menduduki juara
group 5 pada kompetisi Liga 2.
Sepak bola memang asyik untuk dihubung-hubungkan dengan analisis apa
saja, ya itulah sepak bola, olahraga yang paling merakyat. Namun mahal.
Fasilitasnya harus memadai, stadion minimal berkapasitas 2000, angkutan khusus
pemain, fasilitas mess yang memadai, bahkan kesejahteraan pemain juga harus diperhatikan.
Mengurus klub sepak bola membutuhkan modal besar, baik dari pihak pemerintah,
sponsor, supporter dan juga masyarakatnya yang harus cinta bola. Jangan sampai
para pemain yang telah terikat kontrak tim tidak terbayar.
Sepak bola ibarat kekuatan pemuda suatu wilayah bahkan negara. Rata-rata
para pemuda yang berkiprah dalam sepak bola, ketika stamina, fisik dan skill
masih menyatu padu pada tubuh pemuda. Maksimal seorang pemain sepak bola
profesional bertahan pada umur 35 tahun meski ada juga yang masih bertahan di
atas usia itu tapi sangat jarang. Rata-rata mereka pemain aktif dibawah usia 35
tahun. Karena sepak bola termasuk olah raga berat.
Hasil kekalahan Persatu dari Persepam-MU hampir sebuah bayang-bayang
kehebatan strategi sang Ayah Arya Wiraraja. Dan sampai hari ini sejarah belum
terpecahkan bahwa Persatu Tuban belum pernah mengalahkan Persepam-MU selama
bertanding diajang kompetisi sepak bola nasional. Ada nilai sejarah masa silam
yang masih benar-benar berlaku hingga saat ini. Entah kapan? Persatu Tuban masih
punya waktu dan kesempatan untuk mengalahkan Persepam-MU. Jawabnya tentu saja,
berlatih-berlatih dan berlatih dengan keras. Jika Persepam-MU terlalu berat
untuk ditundukkan masih ada ajang balas dendam untuk menebus kekalahan pada
tim-tim yang ada di depan berikutnya, yaitu PSIM Yogyakarta. Semoga Persatu
beruntung. Dan kami sebagai Ronggomania masih setia mendukungmu. Hidup Persatu
Tuban! Hidup Laskar Ronggolawe!.
Bangilan, 23
April 2017.
*Penulis anggota
Komunitas Kali Kening dan pernah belajar sepak bola di Persatu tahun 2000.
Label: Esai