Senin, 24 April 2017

Persatu: Berada di Antara Bayang-Bayang (Ayah) Persepam-MU

Oleh. Rohmat Sholihin*


google.com
Jika dilihat dari kaca mata sejarah bahwa Pahlawan Ronggolawe, adipati Tuban yang terkenal itu masih keturunan atau berdarah Madura. Yakni putera dari Arya Wiraraja yang memiliki jabatan Demung Nyapati atau jabatan tinggi negara yang dekat dengan Raja Singosari dan mendapatkan mandat untuk menjadi adipati Soengenep (Sumenep), di pulau yang menjadi tanah kelahiran Arya Dhikara nama asli dari tokoh Ronggolawe, Pulau Madura. Tokoh Ronggolawe sebagai adipati Tuban pada masa kerajaan Majapahit memang telah lama gugur tapi nama besarnya masih terus terngiang di masyarakat Tuban sampai sekarang, terkenal dengan keberaniannya dan kehebatannya. Sesuai dengan julukan yang telah diberikan kepadanya dari R. Wijaya, bahwa Rangga artinya ksatria atau pegawai kerajaan dan Lawe yang sinonim dengan benang, wenang atau menang yang artinya kemenangan. Jika kedua kata itu digabungkan akan menjadi ksatria pemenang. Ada pepatah mengatakan: harimau mati meninggalkan belang, kalau manusia mati meninggalkan nama.
Seperti yang baru saja dialami oleh tim Laskar Ronggolawe harus puas dengan hasil kekalahan tipis 2-1 oleh Persepam-MU di kandang Persepam-MU di Stadion Gelora Ratu Pamelingan (SGRP) Pamekasan, Sabtu (22/4/2017). Meski dalam skala permainannya Persatu Tuban tampil begitu ngotot dan penuh kepercayaan diri dan hampir mendominasi permainan. Namun, ada unsur sejarah menarik dalam pertandingan kali ini. Bahwa Persatu dengan julukan Laskar Ronggolawe menjalani pertandingan di Madura melawan Persepam-MU seperti bermain-main dihalaman rumahnya sendiri  yang telah lama ia tinggalkan dan ternyata sudah banyak perubahan. Tidak seperti dulu lagi, terus ada kemajuan dan kemajuan. Dan Persatu sepanjang sejarah sepak bola nasional belum pernah mengalahkan Persepam-MU yang punya julukan Sape Ngamok. Hanya seri.
Formasi 4-3-2-1 pada Persatu yang mengandalkan serangan dari tengah belum mampu menundukkan kekuatan Persepam-MU dengan menggunakan pola 4-3-3 ala Rudi William Keltjes yang lebih mengandalkan penyerangan dari arah sayap. Seperti juga strategi bertempur yang telah diterapkan ayahanda Arya Wiraraja ketika membantu strategi penggulingan Raja Singosari R. Kertanegara melalui penyerangan Jayakatwang dari arah penyusupan beberapa bala tentara Kediri ke dalam Istana Singosari. Hingga beberapa titik istana mulai bisa dilumpuhkan oleh kerajaan Gelang-Gelang. Dan Keltjes tak mau kecolongan dalam hal penyerangan yang telah dilakukan oleh Tim Persatu melalui tengah. Filosofisnya, bahwa nama besar Ronggolawe yang terkenal dengan super ksatria karena keberaniannya selalu mengajak duel secara terbuka atau ofensif, namun Keltjes mempersiapkan jebakan “Batman” dengan mengganti pemain baru untuk mendobrak beberapa titik kelemahan Persatu yaitu ruang pertahanan sayap karena harus membantu penyerangan melalui titik tengah, kekuatan Persatu memfokuskan kekuatan tengah dengan pola 4-3-2-1
Pada menit pertama masih bisa berjalan imbang. Segala kemungkinan-kemungkinan masih bisa dipertahankan dengan stamina dan disiplin tinggi kerja tim dalam menjaga daerahnya masing-masing. Eit…tunggu dulu, perlu digaris bawahi bahwa setiap peperangan Ronggolawe tak kan pernah mundur sejengkalpun. Segala medan bahkan berhasil dikendalikan namun sangking ksatrianya Ronggolawe lupa bahwa penyerangan-penyerangan dari penyusupan sayap menjadi hal yang tidak diperhatikan lagi sehingga bisa mencuri gol dari tim Persatu pada menit ke-47 melalui Achmad Fathoni. Kemudian disusul lagi pada menit ke-53, melalui tendangan pojok, Persepam-MU kembali lagi unggul melalui Dimas Galih Gumilang. Skor menjadi 2-0 dan Persepam-MU unggul. Meski dari kekuatan yang berpusat ditengah juga berhasil melesakkan bola ke gawang Persepam-MU melalui Yan Hilda Ratama. Setelah pelatih Persatu Edi Sudiarto harus mengubah strategi penyerangan. Kemenangan yang sempurna dari Ayahanda Wiraraja dari sang putera yang pemberani, Laskar Ronggolawe. Dan untuk sementara posisi Persepam-MU berhasil menduduki juara group 5 pada kompetisi Liga 2.
Sepak bola memang asyik untuk dihubung-hubungkan dengan analisis apa saja, ya itulah sepak bola, olahraga yang paling merakyat. Namun mahal. Fasilitasnya harus memadai, stadion minimal berkapasitas 2000, angkutan khusus pemain, fasilitas mess yang memadai, bahkan kesejahteraan pemain juga harus diperhatikan. Mengurus klub sepak bola membutuhkan modal besar, baik dari pihak pemerintah, sponsor, supporter dan juga masyarakatnya yang harus cinta bola. Jangan sampai para pemain yang telah terikat kontrak tim tidak terbayar.
Sepak bola ibarat kekuatan pemuda suatu wilayah bahkan negara. Rata-rata para pemuda yang berkiprah dalam sepak bola, ketika stamina, fisik dan skill masih menyatu padu pada tubuh pemuda. Maksimal seorang pemain sepak bola profesional bertahan pada umur 35 tahun meski ada juga yang masih bertahan di atas usia itu tapi sangat jarang. Rata-rata mereka pemain aktif dibawah usia 35 tahun. Karena sepak bola termasuk olah raga berat.
Hasil kekalahan Persatu dari Persepam-MU hampir sebuah bayang-bayang kehebatan strategi sang Ayah Arya Wiraraja. Dan sampai hari ini sejarah belum terpecahkan bahwa Persatu Tuban belum pernah mengalahkan Persepam-MU selama bertanding diajang kompetisi sepak bola nasional. Ada nilai sejarah masa silam yang masih benar-benar berlaku hingga saat ini. Entah kapan? Persatu Tuban masih punya waktu dan kesempatan untuk mengalahkan Persepam-MU. Jawabnya tentu saja, berlatih-berlatih dan berlatih dengan keras. Jika Persepam-MU terlalu berat untuk ditundukkan masih ada ajang balas dendam untuk menebus kekalahan pada tim-tim yang ada di depan berikutnya, yaitu PSIM Yogyakarta. Semoga Persatu beruntung. Dan kami sebagai Ronggomania masih setia mendukungmu. Hidup Persatu Tuban! Hidup Laskar Ronggolawe!.


Bangilan, 23 April 2017.

*Penulis anggota Komunitas Kali Kening dan pernah belajar sepak bola di Persatu tahun 2000.

Label:

0 Komentar:

Posting Komentar

Berlangganan Posting Komentar [Atom]

<< Beranda