Menulis, Menulis, Menulis!
Oleh. Rohmat Sholihin*
https://www.maxmanroe.com/tips-cara-menulis-artikel-yang-baik.html
“Manusia pada
hakikatnya adalah penulis. Apa yang ia dengar, apa yang ia lihat dan alami, ia
jadikan pola. Ia percaya apa yang dapat dipikir, akan dapat pula ditulis,
lambat atau cepat. Dalam setiap perjalanan dan dalam setiap peristiwa ia
memperoleh bahan baru untuk di tulis atau dikarangnya.” (Goethe).
Menulis! Masih banyak orang yang enggan dan malas untuk
menulis. Orang lebih suka ngerumpi, di
manapun tempatnya, di kafe, di pasar, di warung nasi, di mal, di kantor, di
rumah, di kebun, di kantin, atau juga di gunung maupun di tengah-tengah laut
sekalipun. Padahal orang selalu berhubungan dengan menulis meski hanya sekedar
menulis kabar via SMS, bukankah itu bagian dari tulisan yang berhubungan dengan
huruf dan aksara serta kata dan kalimat. Orang mengartikan penulis adalah
pekerjaan yang sulit karena harus mencari berbagai data pada referensi atau
sumber-sumber tulisan berasal, bisa buku, internet, majalah, koran, dan masih
banyak lagi sumber-sumber tulisan yang bisa di pakai untuk bahan tulisan.
Menulis itu bagai meracik bumbu masakan, asin, asam, manis, pahit, gurih,
pedas, tergantung selera penulis yang akan ditonjolkan pada pembaca. Dan
menulis itu mudah dilakukan setiap orang bagi yang mau mencoba dengan
kesungguhan. Tak ada yang sulit dan rumit, menulis bisa dipelajari dan bisa
dicoba setiap waktu. Tak usah menunggu waktu yang tepat sesuai dengan
ketenangan hati serta pikiran atau merenung di tempat-tempat kesunyian dan
sebagainya. Menulis bisa dilakukan dimanapun tempatnya sesuai yang di inginkan.
Pengalaman menulis seseorang berbeda-beda sesuai dengan
apa yang dialaminya, di alam pikirnya. Ada tulisan yang tragis mengiris-iris
kalbu, menyayat-nyayat hati, membuat mata penuh dengan air mata, ada yang
terpingkal-pingkal dan kosel-kosel karena lucunya, ada yang berkobar-kobar
laksana petir membahana, ada yang praktis seperti makan mie instan, cepat saji
dan maknyus rasanya. Semua tulisan-tulisan itu memberikan nuansa emosi yang
berbeda-beda sesuai selera. Itulah makna sebuah tulisan yang mampu menyeruak
dalam hati dan menggerakkan emosi untuk bereaksi.
Tulisan mengibaratkan bentuk pemikiran penulis meski
hanya sebuah tulisan tapi setidaknya apa yang ia torehkan dalam tulisan adalah
hasil analisis dan renungan dengan segala keluh kesah dalam hati dan alam
pikirnya. Kemampuan seorang penulis akan terlihat dari banyaknya tulisan yang
dimuat di media massa atau diterbitkan menjadi buku. Dengan banyak berbagai
media dan penerbit yang meloloskan buah pikirannya untuk dikonsumsi publik,
berarti penulis tersebut telah mampu memenuhi kualifikasi, kriteria, atau
penilaian dari banyak yang ahli di bidang bahasa, jurnalistik, perfilman dan
pakar berbagai bidang keilmuan. Artinya oleh redaktur, editor, penulis
scenario/sutradara tulisannya boleh jadi lebih diakui, dihargai, bermutu dan
layak ‘saji’.
Bila banyak tulisan terjual, secara otomatis pemasukan
uang pun akan banyak. Ini tentu yang selalu diimpi-impikan para penulis yang
telah bertekad bisa mendapatkan rezeki halal dari bidang ini. Pertanyaannya,
bisakah kamu meraih impian itu?
Hanya penulis yang disiplin, ulet, sabar dan tahan
banting yang memungkinkan terus berkarya. Bila mulai ada tulisan yang dimuat
media massa, faktor-faktor tadilah yang bisa memaksimalkan kemampuan
kreativitas dan produktivitas seorang penulis. Tinggal berkarya teratur dan
punya kejaran target dimuat, maka ia akan dapat eksis hidup dari menulis. Saat
ini masih banyak media massa yang belum mampu menghargai karya penulis bila dimuat,
paling hanya cukup ucapan terima kasih, memberi sertifikat atau kaos. Namun
sudah banyak pula media yang memberi penghargaan layak pada para penulis. Bila
sudah merasa punya kemampuan menulis, pilihlah media yang bisa memberi honor
tulisan.[1]
Meski terkadang ada beberapa pilihan bagi penulis, yaitu apakah penulis ketika
menulis hanya bermuara pada uang atau tidak, itu di kembalikan pada pribadi
penulis masing-masing karena ada banyak juga penulis ketika menuliskan
pemikirannya dan lahirlah karya tulisnya hanya untuk menyalurkan idealismenya,
bukan semata-mata untuk materi yang berupa uang. Sehingga tulisan tidak harus
dihargai dengan materi uang saja tapi bagaimana penulis bisa menyalurkan
tulisan-tulisannya bagaikan menemukan dunianya yang hilang sehingga ketika
penulis selesai menuliskannya dan mempublikasikannya dalam media meski dalam
bentuk Blog, WA, Facebook atau bahkan Mading, bahagia sekali, tiada terkira.
Menulis adalah kebahagiaan dalam berpengetahuan, nilai itu yang lebih mujarab
untuk terus berkarya melalui tulisan. Maka, ayo kita tetap menulis, menulis,
menulis. Meski tidak dibaca setidaknya kita telah menuliskannya walau dalam
kesunyian. Suatu saat pasti akan meledak sesuai ruang dan waktu.
*Penulis hanya suka menulis
di blog dan di papan tulis serta punya teman-teman yang baik hati di Komunitas
Kali Kening Bangilan-Tuban.
[1] Agus Ponda dan Komar Endrasmara, Hari Gini Gak Bisa Nulis?(Jakarta:PT
Bhuana Ilmu Populer, 2010), hlm. 43-44.
Label: Artikel
0 Komentar:
Posting Komentar
Berlangganan Posting Komentar [Atom]
<< Beranda