GP Ansor Kecamatan Bangilan Dan Pelatihan Kepemimpinan Dasar
Oleh. Rohmat Sholihin*
KH Mustaqim dari Bangilan sedang memberikan materi.
Menjaga hal-hal lama yang masih baik, dan
mengambil hal-hal baru yang lebih baik. Tidak boleh ada sikap a priori, selalu
menerima yang lama dan menolak yang baru atau sebaliknya….(KH. Muchit Muzadi,
2006: 73)
Memasuki abad 21, persaingan dunia semakin ketat. Berbagai macam informasi
sangat mudah didapatkan melalui perangkat lunak yang bernama internet. Semua menjadi
mudah dan serba on line, namun semua itu belumlah cukup untuk menjadikan sumber
daya manusia menjadi cerdas dan kompeten. Ada beberapa ketimpangan yang menjadi
penyakit kronis bagi permasalahan bangsa kita Indonesia, yaitu pertama, gaya hidup anak muda menjadi
beringas, mereka banyak lupa terhadap jati diri dan identitas bangsanya
sendiri, bahwa sebenarnya kebudayaan-kebudayaan yang telah dibentuk oleh para
generasi terdahulu mengalami keterkikisan dan hilang di telan persaingan
budaya-budaya dunia. Sehingga generasi muda kita menjadi generasi yang hilang
dalam artian pola pikir dan gaya hidup berpihak pada informasi-informasi yang
telah mereka lihat dan baca pada dunia maya. Kedua, perlunya organisasi-organisasi kepemudaan dengan cerdas
menggiring para pemuda menjadi pemuda yang bisa memelihara kebudayaan-kebudayaan
bangsa kita agar jangan sampai pemuda kita milik bangsa lain dalam segi
menyerap kebudayaan-kebudayaan asing secara mentah tanpa ada filter atau
tataran penyeimbang, sehingga generasi muda menjadi lupa akan sejarah bangsanya
sendiri. Ini berbahaya. Karena tonggak negara adalah terdapat pada peran
kompetensi generasi mudanya.
Bapak Masduqi dari Koramil Kecamatan Bangilan sedang memberikan wawasan kebangsaan.
Patut menjadi contoh, langkah dan kiprah Ansor sebagai Badan Otonomi NU
dengan program-program untuk mencetak generasi muda yang tanggap terhadap
permasalahan kebangsaan. Seperti, pelatihan kepemimpinan dasar atau PKD adalah
cara cerdas Ansor dalam memperkenalkan nilai dan tatanan kebangsaan dan Islam
sekarang dan di kemudian hari. Sedangkan membangun karakter adalah proses mengukir atau
memahat jiwa sedemikian rupa, sehingga berbentuk unik, menarik, dan berbeda
atau dapat dibedakan dengan orang lain. “Proses
membangun karakter itu memerlukan disiplin tinggi karena tidak pernah mudah dan
seketika atau instant”. Diperlukan refleksi mendalam untuk membuat
rentetan moral choice (keputusan moral) dan ditindaklanjuti dengan aksi
nyata sehingga menjadi praksis, refleksi, dan praktik. Diperlukan sejumlah waktu
untuk membuat semua itu menjadi custom (kebiasaan) dan membentuk watak
atau tabiat seorang kader GP Ansor.
Kader GP Ansor itu harus berfikir dan berbuat
berdasarkan kausalitas, melihat sebab akibat suatu peristiwa, sehingga tepat
dalam menentukan atau memberikan pernyataan. Berfikir dan bertindak kausalitas,
itulah yang dikatakan positive thinking. Positive thinking itu adalah
cirinya manusia intelek. Kemudian dari positive thinking itu manusia berbuat
dengan terencana, terarah dan efesien.
Terbentuknya karakter
manusia ditentukan oleh dua faktor, yaitu nature (faktor alami atau
fitrah) dan nurture (melalui sosialisasi dan pendidikan). Faktor
lingkungan yaitu usaha memberikan pendidikan dan sosialisasi dapat menentukan
”hasil” seperti apa nanti yang dihasilkannya dari seorang anak. Jadi karakter
seseorang atau individu kader GP Ansor dapat dibentuk dari pengasuhan,
pendidikan, dan sosialisasi positif dari lingkungannya. Setiap
individu memiliki ciri dan sifat atau karakteristik bawaan (heredity)
dan karakteristik yang diperoleh dari pengaruh lingkungan. Karakteristik bawaan
merupakan karakteristik dimiliki sejak lahir, baik yang menyangkut faktor
biologis maupun faktor sosial psikologis. Setiap individu tentunya memiliki
karakter yang berbeda-beda. Perbedaan karakter individu tersebut disebababkan
oleh banyak hal, seperti lingkungan, biologis individu, polah asuh, budaya, dan
lain sebagainya. Nurture dan nature merupakan istilah yang
biasa digunakan untuk menjelaskan karakteristik individu dalam hal fisik,
mental, dan emosional pada setiap tingkat perkembangan.
Karakter terbentuk dengan dipengaruhi oleh
paling sedikit 5 faktor, yaitu: temperamen dasar kita (dominan, intim, stabil,
cermat), keyakinan (apa yang kita percayai, paradigma), pendidikan (apa yang
kita ketahui, wawasan kita), motivasi hidup (apa yang kita rasakan, semangat
hidup) dan perjalanan (apa yang telah kita alami, masa lalu kita, pola asuh dan
lingkungan). Helen Keller (1904) mengungkapkan “Character cannot be develop
in ease and quite. Only through experience of trial and suffering can the soul
be strengthened, vision cleared, ambition inspired, and success achieved”. Sehingga
dengan karakter yang telah dibangun dengan kokoh, bisa menjadikan seorang
individu tidak mudah dikuasai oleh seseorang ataupun kondisi tertentu.[1]
Semua pemuda adalah potensi menjadi
pemimpin. Dan dalam jangka panjang nantinya akan menjadi pengganti kepemimpinan
bagi kaum tua yang telah mengalami masa uzur. Siapa lagi kalau bukan generasi
muda yang akan mengganti peran dan posisi itu. Dan NU sebagai organisasi sosial
yang telah berdiri sejak tahun 1926 telah mengisi ruang dan membentuk
kader-kader bangsa yang brilian dan telah membuktikan kader-kader NU menjadi
pemimpin-pemimpin bangsa yang kompeten dan tiada tanding.
Pelatihan Kepemimpinan Dasar (KPD)
yang diadakan oleh PAC GP. ANSOR KECAMATAN BANGILAN pada tanggal 24 Pebruari
2017 di MI Nahdlotul Mubtadiin Soto-Bangilan ini adalah salah satu upaya untuk
syiar Islam yang berhaluan Ahlussunnah wal jamaah dan membentuk para pemuda
agar mempunyai keyakinan dan kepercayaan diri pada masyarakatnya bahwa pemuda
harus banyak menjadi agent of change
atau agen perubahan positif pada masyarakat kita yang majemuk. Dan mampu menjadi garda
terdepan dalam menjaga nilai-nilai kebangsaan Indonesia agar jangan sampai
slogan Negara Kesatuan Republik Indoneisa menjadi slogan bisu yang tak
bernyali, rapuh, dan kosong. Melalui Pelatihan Kepemimpinan Dasar atau PKD ini
mari kita perkuat rasa persatuan dan kesatuan untuk menuju Indonesia yang
berwibawa. Hidup Ansor Kecamatan Bangilan dan Hidup NU.
*Penulis
salah satu peserta PKD GP ANSOR Kecamatan Bangilan.
Label: laporan
0 Komentar:
Posting Komentar
Berlangganan Posting Komentar [Atom]
<< Beranda