Jumat, 24 Februari 2017

GP Ansor Kecamatan Bangilan Dan Pelatihan Kepemimpinan Dasar

Oleh. Rohmat Sholihin*

KH Mustaqim dari Bangilan sedang memberikan materi.
Menjaga hal-hal lama yang masih baik, dan mengambil hal-hal baru yang lebih baik. Tidak boleh ada sikap a priori, selalu menerima yang lama dan menolak yang baru atau sebaliknya….(KH. Muchit Muzadi, 2006: 73)
Memasuki abad 21, persaingan dunia semakin ketat. Berbagai macam informasi sangat mudah didapatkan melalui perangkat lunak yang bernama internet. Semua menjadi mudah dan serba on line, namun semua itu belumlah cukup untuk menjadikan sumber daya manusia menjadi cerdas dan kompeten. Ada beberapa ketimpangan yang menjadi penyakit kronis bagi permasalahan bangsa kita Indonesia, yaitu pertama, gaya hidup anak muda menjadi beringas, mereka banyak lupa terhadap jati diri dan identitas bangsanya sendiri, bahwa sebenarnya kebudayaan-kebudayaan yang telah dibentuk oleh para generasi terdahulu mengalami keterkikisan dan hilang di telan persaingan budaya-budaya dunia. Sehingga generasi muda kita menjadi generasi yang hilang dalam artian pola pikir dan gaya hidup berpihak pada informasi-informasi yang telah mereka lihat dan baca pada dunia maya. Kedua, perlunya organisasi-organisasi kepemudaan dengan cerdas menggiring para pemuda menjadi pemuda yang bisa memelihara kebudayaan-kebudayaan bangsa kita agar jangan sampai pemuda kita milik bangsa lain dalam segi menyerap kebudayaan-kebudayaan asing secara mentah tanpa ada filter atau tataran penyeimbang, sehingga generasi muda menjadi lupa akan sejarah bangsanya sendiri. Ini berbahaya. Karena tonggak negara adalah terdapat pada peran kompetensi generasi mudanya.
Bapak Masduqi dari Koramil Kecamatan Bangilan sedang memberikan wawasan kebangsaan.
Patut menjadi contoh, langkah dan kiprah Ansor sebagai Badan Otonomi NU dengan program-program untuk mencetak generasi muda yang tanggap terhadap permasalahan kebangsaan. Seperti, pelatihan kepemimpinan dasar atau PKD adalah cara cerdas Ansor dalam memperkenalkan nilai dan tatanan kebangsaan dan Islam sekarang dan di kemudian hari. Sedangkan membangun karakter adalah proses mengukir atau memahat jiwa sedemikian rupa, sehingga berbentuk unik, menarik, dan berbeda atau dapat dibedakan dengan orang lain. “Proses membangun karakter itu memerlukan disiplin tinggi karena tidak pernah mudah dan seketika atau instant”. Diperlukan refleksi mendalam untuk membuat rentetan moral choice (keputusan moral) dan ditindaklanjuti dengan aksi nyata sehingga menjadi praksis, refleksi, dan praktik. Diperlukan sejumlah waktu untuk membuat semua itu menjadi custom (kebiasaan) dan membentuk watak atau tabiat seorang kader GP Ansor.
      Kader GP Ansor itu harus berfikir dan berbuat berdasarkan kausalitas, melihat sebab akibat suatu peristiwa, sehingga tepat dalam menentukan atau memberikan pernyataan. Berfikir dan bertindak kausalitas, itulah yang dikatakan positive thinking. Positive thinking itu adalah cirinya manusia intelek. Kemudian dari positive thinking itu manusia berbuat dengan terencana, terarah dan efesien.
Terbentuknya karakter manusia ditentukan oleh dua faktor, yaitu nature (faktor alami atau fitrah) dan nurture (melalui sosialisasi dan pendidikan). Faktor lingkungan yaitu usaha memberikan pendidikan dan sosialisasi dapat menentukan ”hasil” seperti apa nanti yang dihasilkannya dari seorang anak. Jadi karakter seseorang atau individu kader GP Ansor dapat dibentuk dari pengasuhan, pendidikan, dan sosialisasi positif dari lingkungannya. Setiap individu memiliki ciri dan sifat atau karakteristik bawaan (heredity) dan karakteristik yang diperoleh dari pengaruh lingkungan. Karakteristik bawaan merupakan karakteristik dimiliki sejak lahir, baik yang menyangkut faktor biologis maupun faktor sosial psikologis. Setiap individu tentunya memiliki karakter yang berbeda-beda. Perbedaan karakter individu tersebut disebababkan oleh banyak hal, seperti lingkungan, biologis individu, polah asuh, budaya, dan lain sebagainya. Nurture dan nature merupakan istilah yang biasa digunakan untuk menjelaskan karakteristik individu dalam hal fisik, mental, dan emosional pada setiap tingkat perkembangan.
Karakter terbentuk dengan dipengaruhi oleh paling sedikit 5 faktor, yaitu: temperamen dasar kita (dominan, intim, stabil, cermat), keyakinan (apa yang kita percayai, paradigma), pendidikan (apa yang kita ketahui, wawasan kita), motivasi hidup (apa yang kita rasakan, semangat hidup) dan perjalanan (apa yang telah kita alami, masa lalu kita, pola asuh dan lingkungan). Helen Keller (1904) mengungkapkan “Character cannot be develop in ease and quite. Only through experience of trial and suffering can the soul be strengthened, vision cleared, ambition inspired, and success achieved”. Sehingga dengan karakter yang telah dibangun dengan kokoh, bisa menjadikan seorang individu tidak mudah dikuasai oleh seseorang ataupun kondisi tertentu.[1]
            Semua pemuda adalah potensi menjadi pemimpin. Dan dalam jangka panjang nantinya akan menjadi pengganti kepemimpinan bagi kaum tua yang telah mengalami masa uzur. Siapa lagi kalau bukan generasi muda yang akan mengganti peran dan posisi itu. Dan NU sebagai organisasi sosial yang telah berdiri sejak tahun 1926 telah mengisi ruang dan membentuk kader-kader bangsa yang brilian dan telah membuktikan kader-kader NU menjadi pemimpin-pemimpin bangsa yang kompeten dan tiada tanding.
            Pelatihan Kepemimpinan Dasar (KPD) yang diadakan oleh PAC GP. ANSOR KECAMATAN BANGILAN pada tanggal 24 Pebruari 2017 di MI Nahdlotul Mubtadiin Soto-Bangilan ini adalah salah satu upaya untuk syiar Islam yang berhaluan Ahlussunnah wal jamaah dan membentuk para pemuda agar mempunyai keyakinan dan kepercayaan diri pada masyarakatnya bahwa pemuda harus banyak menjadi agent of change atau agen perubahan positif pada masyarakat kita yang majemuk. Dan mampu menjadi garda terdepan dalam menjaga nilai-nilai kebangsaan Indonesia agar jangan sampai slogan Negara Kesatuan Republik Indoneisa menjadi slogan bisu yang tak bernyali, rapuh, dan kosong. Melalui Pelatihan Kepemimpinan Dasar atau PKD ini mari kita perkuat rasa persatuan dan kesatuan untuk menuju Indonesia yang berwibawa. Hidup Ansor Kecamatan Bangilan dan Hidup NU.
           
*Penulis salah satu peserta PKD GP ANSOR Kecamatan Bangilan.






[1] http://gerakanpemudaansor.blogspot.co.id/2012/04/peran-kader-gp-ansor-dalam-melestarikan.html

Label:

0 Komentar:

Posting Komentar

Berlangganan Posting Komentar [Atom]

<< Beranda