Selasa, 24 Januari 2017

Tertikam Liarmu

Oleh. Rohmat S*

https://tesotak.wordpress.com/2015/08/10/menundukan-neocortex-limbic-dan-brainstem/

Jika aku pikir lebih dalam, aku hanyalah korban pemikiran liarmu. Kepalaku  hampir terisi penuh otak nakalmu. Menari-mari setiap hari, berjibaku hampir semua dengan gayamu. Lama-lama pikiranku juga terasa tak berdaya, hampir setiap ruangnya selalu kau penuhi ide liarmu. Mulai cara berfikirnya, persis seperti yang kau kemukakan melalui teori dan dalih yang ada. Apa manusia hidup hanya menjadi korban manusia terdahulu yang lebih dulu ada dan menempati ruangnya? Bisa juga. Manusia sekarang hanya menlanjutkan program-program otak manusia sebelumnya. Apapun itu. Mulai berbagai macam ilmu beserta terapannya. Manusia sekarang lebih banyak mengembangkan dan terus mengembangkan hingga tak ada batasnya. Manusia benar-benar seperti dewa. Hidup serba mudah. Tak ada yang sulit. Ingin apapun tinggal klik. Jadi deh.
Namun, bukan berarti tak ada kelemahan, bahkan banyak kelemahannya. Karena semakin manusia berfikir sempurna, semakin banyak kekurangannya, dan selalu saja ada hal yang diperbaikinya. Tak pernah usai. Manusia hidup seperti membuka lembaran baru atau seperti baru bangun tidur dan membuka jendela, melihat matahari, menghirup udara, lalu mandi. Apa yang telah ia kerjakan, seperti dari awal lagi. Begitu seterusnya. Seperti para penulis yang telah bekerja dengan menghabiskan banyak huruf, kata-kata, kalimat, hingga paragraf, beratus-ratus lembar kertas, bahkan ribuan, masih saja ada yang kurang untuk dituliskan. Betapa alam ini sungguh rumit, tak cukup hanya untuk ditulis, dilukis, bahkan dikritisi hanya dengan nalar seorang manusia. Seperti cerita tak harus diakhiri dengan titik dan koma. Selalu berlanjut bertalu-talu, sungguh ironis jika seorang penulis mematikan tokohnya dengan mudah, sesuka hati, bahkan dengan egois memainkan kata-kata tanpa harus berteduh  pada efek samping pembaca.
Tapi manusia punya kebebasan untuk menuliskan apapun. Sesuai apa yang ia lihat, ia hirup, ia dengar dan ia rasakan. Secuilpun manusia tak punya hak untuk membatasi tulisan seseorang, apa yang telah ia tulis merupakan penalaran dari ide yang menggumpal dalam pikirannya. Dulu, orang jahiliyah, disebut orang bodoh, bukan berarti mereka buta huruf namun karena karakter mereka yang bejat, kurang manusiawi sehingga disebut orang jahiliyah, dimana norma-norma kemanusiaan mengalami kemerosotan yang tajam. Demoralisasi lebih tepatnya. Perempuan dikubur hidup-hidup, membunuh orang, melakukan penipuan hal yang biasa, memakan hak milik orang lain, bahkan melakukan pelecehan-pelecehan terhadap kaum perempuan menjadi hal yang biasa terjadi. Hingga Allah mengutus seorang nabi yang tidak bisa membaca untuk memperbaiki akhlak masyarakat Arab dengan misi membawa panji-panji Islam sebagai agama yang rahmatallilalamin. Tak ada batas perbedaan bagi seorang manusia untuk memperbaiki kualitas hidup bagi siapapun meskipun dari orang yang awalnya dianggap remeh dan kurang mendapatkan kehormatan terlebih dahulu. Memperbaiki kualitas hidup tidak harus menunggu menjadi pejabat, orang penting, atau orang yang telah mempunyai kedudukan penting. Semua kelas manusia punya kedudukan yang sama. Hanya yang membedakan adalah kualitas iman dan ketaqwaan terhadap sang kholiq yang menciptakannya.
Manusia punya potensi-potensi unik jika berhasil dikembangkan dengan merata. Dunia akan selesai. Manusia hidup juga ada saling bertentangan, bermusuhan, tiada henti karena mereka hanya mencari identitas kesamaan. Sehingga saling sepakat menyudahi perselisihan karena sudah sepakat sama. Selesai. Namun, tidak cukup begitu. Manusia dengan hatinya ingin menguasai terhadap sekelilingnya bahkan dirinya sendiripun juga akan dikuasai. Benar-benar keterlaluan. Meski manusia itu sangat sulit untuk menguasai dirinya sendiri, selalu saja setiap hari dirundung kelalaian. Berapa seringkah anda lalai dalam sehari? Hitung sendiri.
Sudah menjadi hal yang biasa, jalan pikiran manusia yang unggul pasti akan mempengaruhi pikiran manusia lainnya. Saling belajar antara yang satu dengan yang lain. Namun, yang cerdas akan bisa dengan mudah menangkap jalan pikiran orang yang ada didepannya. Meski harus melalui saling kritik maupun beda pendapat. Dari perbedaan itu kita bisa melihat akhir atau muara arah berfikirnya. Sebenarnya tak usah risau, tapi orang yang punya kepentingan dan kekuasaan bahwa perbedaan akan bisa menjadi boomerang baginya. Kecuali jika perbedaan adalah sudut pandang untuk bercermin. Tak ayal, kemungkinan itulah watak manusia yang punya naluri untuk memimpin.
Kembali ke awal. Bahwa pikiran liarmu itu, bukan hanya aku yang jadi korbannya. Tapi hampir manusia penghuni planet bumi ini seperti terserang pikiran-pikiran liarmu, mewabah seperti virus, membabi buta, tak pandang bulu. Kejam.
Bangilan, 24 Januari 2017.

*Penulis masih bergentayangan di Komunitas Kali Kening.

Label:

0 Komentar:

Posting Komentar

Berlangganan Posting Komentar [Atom]

<< Beranda