Tertikam Liarmu
Oleh. Rohmat S*
https://tesotak.wordpress.com/2015/08/10/menundukan-neocortex-limbic-dan-brainstem/
Jika aku pikir lebih dalam, aku hanyalah korban pemikiran liarmu.
Kepalaku hampir terisi penuh otak
nakalmu. Menari-mari setiap hari, berjibaku hampir semua dengan gayamu.
Lama-lama pikiranku juga terasa tak berdaya, hampir setiap ruangnya selalu kau
penuhi ide liarmu. Mulai cara berfikirnya, persis seperti yang kau kemukakan
melalui teori dan dalih yang ada. Apa manusia hidup hanya menjadi korban
manusia terdahulu yang lebih dulu ada dan menempati ruangnya? Bisa juga.
Manusia sekarang hanya menlanjutkan program-program otak manusia sebelumnya.
Apapun itu. Mulai berbagai macam ilmu beserta terapannya. Manusia sekarang
lebih banyak mengembangkan dan terus mengembangkan hingga tak ada batasnya.
Manusia benar-benar seperti dewa. Hidup serba mudah. Tak ada yang sulit. Ingin
apapun tinggal klik. Jadi deh.
Namun, bukan berarti tak ada kelemahan, bahkan banyak kelemahannya. Karena
semakin manusia berfikir sempurna, semakin banyak kekurangannya, dan selalu
saja ada hal yang diperbaikinya. Tak pernah usai. Manusia hidup seperti membuka
lembaran baru atau seperti baru bangun tidur dan membuka jendela, melihat
matahari, menghirup udara, lalu mandi. Apa yang telah ia kerjakan, seperti dari
awal lagi. Begitu seterusnya. Seperti para penulis yang telah bekerja dengan
menghabiskan banyak huruf, kata-kata, kalimat, hingga paragraf, beratus-ratus
lembar kertas, bahkan ribuan, masih saja ada yang kurang untuk dituliskan. Betapa
alam ini sungguh rumit, tak cukup hanya untuk ditulis, dilukis, bahkan dikritisi
hanya dengan nalar seorang manusia. Seperti cerita tak harus diakhiri dengan
titik dan koma. Selalu berlanjut bertalu-talu, sungguh ironis jika seorang
penulis mematikan tokohnya dengan mudah, sesuka hati, bahkan dengan egois
memainkan kata-kata tanpa harus berteduh
pada efek samping pembaca.
Tapi manusia punya kebebasan untuk menuliskan apapun. Sesuai apa yang ia
lihat, ia hirup, ia dengar dan ia rasakan. Secuilpun manusia tak punya hak
untuk membatasi tulisan seseorang, apa yang telah ia tulis merupakan penalaran
dari ide yang menggumpal dalam pikirannya. Dulu, orang jahiliyah, disebut orang
bodoh, bukan berarti mereka buta huruf namun karena karakter mereka yang bejat,
kurang manusiawi sehingga disebut orang jahiliyah, dimana norma-norma
kemanusiaan mengalami kemerosotan yang tajam. Demoralisasi lebih tepatnya. Perempuan
dikubur hidup-hidup, membunuh orang, melakukan penipuan hal yang biasa, memakan
hak milik orang lain, bahkan melakukan pelecehan-pelecehan terhadap kaum
perempuan menjadi hal yang biasa terjadi. Hingga Allah mengutus seorang nabi
yang tidak bisa membaca untuk memperbaiki akhlak masyarakat Arab dengan misi
membawa panji-panji Islam sebagai agama yang rahmatallilalamin. Tak ada batas
perbedaan bagi seorang manusia untuk memperbaiki kualitas hidup bagi siapapun
meskipun dari orang yang awalnya dianggap remeh dan kurang mendapatkan
kehormatan terlebih dahulu. Memperbaiki kualitas hidup tidak harus menunggu
menjadi pejabat, orang penting, atau orang yang telah mempunyai kedudukan
penting. Semua kelas manusia punya kedudukan yang sama. Hanya yang membedakan
adalah kualitas iman dan ketaqwaan terhadap sang kholiq yang menciptakannya.
Manusia punya potensi-potensi unik jika berhasil dikembangkan dengan
merata. Dunia akan selesai. Manusia hidup juga ada saling bertentangan,
bermusuhan, tiada henti karena mereka hanya mencari identitas kesamaan.
Sehingga saling sepakat menyudahi perselisihan karena sudah sepakat sama.
Selesai. Namun, tidak cukup begitu. Manusia dengan hatinya ingin menguasai
terhadap sekelilingnya bahkan dirinya sendiripun juga akan dikuasai. Benar-benar
keterlaluan. Meski manusia itu sangat sulit untuk menguasai dirinya sendiri,
selalu saja setiap hari dirundung kelalaian. Berapa seringkah anda lalai dalam
sehari? Hitung sendiri.
Sudah menjadi hal yang biasa, jalan pikiran manusia yang unggul pasti
akan mempengaruhi pikiran manusia lainnya. Saling belajar antara yang satu
dengan yang lain. Namun, yang cerdas akan bisa dengan mudah menangkap jalan
pikiran orang yang ada didepannya. Meski harus melalui saling kritik maupun
beda pendapat. Dari perbedaan itu kita bisa melihat akhir atau muara arah
berfikirnya. Sebenarnya tak usah risau, tapi orang yang punya kepentingan dan
kekuasaan bahwa perbedaan akan bisa menjadi boomerang baginya. Kecuali jika
perbedaan adalah sudut pandang untuk bercermin. Tak ayal, kemungkinan itulah
watak manusia yang punya naluri untuk memimpin.
Kembali ke awal. Bahwa pikiran liarmu itu, bukan hanya aku yang jadi
korbannya. Tapi hampir manusia penghuni planet bumi ini seperti terserang
pikiran-pikiran liarmu, mewabah seperti virus, membabi buta, tak pandang bulu. Kejam.
Bangilan, 24
Januari 2017.
*Penulis masih
bergentayangan di Komunitas Kali Kening.
Label: catatan khusus
0 Komentar:
Posting Komentar
Berlangganan Posting Komentar [Atom]
<< Beranda