Dzikro Maulid Nabi Muhammad SAW
Oleh. Rohmat Sholihin*
Kepala MI Salafiyah Bangilan, Bapak Mukhlishin, S.Pd.I memberikan sambutan
Pengawas Pendidikan Agama Islam Kecamatan Bangilan, Bapak Jupriyanto, S.Pd.I, M.Pd.I sedang memberikan Tausiyahnya
Pagi ini, MI Salafiyah
Bangilan memperinagti Maulid Nabi Muhammad SAW yang selalu dirayakan oleh semua
umat muslim di penjuru dunia. Maulid Nabi pertama kali diadakan dengan tujuan
untuk memberikan semangat juang kepada para umat Muslim yang sedang perang
ketika melawan tentara Salib. Meski perayaan Maulid Nabi tidak kita temukan
pada masa sahabat, tabi,in, tabi’it tabi’in dan empat Imam Madzhab (Imam Abu
Hanifah, Imam Malik, Imam Syafi’i, dan Imam Ahmad), padahal mereka adalah
orang-orang yang sangat cinta dan mengagungkan Nabinya Shallallahu’alaihi wa
sallam. Mereka adalah orang-orang yang paling paham mengenal sunnah Nabinya dan
paling semangat dalam mengikuti setiap ajaran beliau. Dikutip dari berbagai
sumber, peringatan Maulid Nabi SAW pertama kali dirayakan oleh Sultan
Shalahuddin al-Ayyubi, beliau adalah seorang jenderal perang pejuang umat
muslim yang berasal dari Tikrit Irak dan sangat di takuti oleh tentara Salib.
Dalam perayaan Maulid Nabi Muhammad yang diadakan oleh
Sultan Shalahuddin al-Ayyubi, banyak diceritakan perjuangan-perjuangan dan
kisah Nabi Muhammad dalam mempertahankan diri dari serangan musuh, ada
peperangan besar yang dialami oleh Nabi Muhammad beserta sahabat-sahabatnya,
Perang Badar, Perang Uhud, Perang Mu’tah, Perang, Perang Khandaq, Perang Tabuk.
Mereka tetap sabar dan tegar dalam menghadapi cobaan peperangan yang dahsyat
dari kaum kafir Quraisy. Dengan kesabaran dan semangat serta kekuatan iman yang
teguh kaum Muslimin berhasil menghadapi kaum kafir Quraisy dengan kemenangan
yang gemilang. Begitu juga maksud dan tujuan Sultan Shalahuddin al Ayyubi untuk
memperingati Maulid Nabi agar umat Islam tumbuh rasa persatuan dan kesatuan
dalam menghadapi perang Salib yang berkekuatan besar yaitu kekuatan yang datang
dari hampir seluruh daratan Eropa. Dengan dirayakan Maulid Nabi Muhammad umat
Islam berhasil membangun kekuatan untuk menghadapi tentara Salib, kemenangan
demi kemenangan berhasil diraih oleh umat Islam. Meskipun kerugian sangatlah
besar yang dialami dari kedua belah pihak. Baik dari kaum Muslimin maupun
tentara Salib.
Pada
kesempatan Maulid Nabi, ada hal yang di sampaikan oleh pembicara yaitu Bapak
Jupritanto, S.Pd.I, M.Pd.I, selaku pengawas Pendidikan Agama Islam Kecamatan
bangilan bahwa, Nabi Muhammad adalah figur teladan yang penuh kesabaran. Nabi
Muhammad dilahirkan di kota Makkah pada tanggal 12 Robiul awal/Mulud hari senin
atau bertepatan pada tanggal 20 April 571 Masehi dan terkenal dengan sebutan
tahun Gajah, yakni bertepatan dengan Raja Abrahah dari negeri Habsyah akan
menyerbu dan menghancurkan Ka’bah dengan mengendarai binatang Gajah. Sehingga
disebut dengan tahun Gajah. Namun berkat pertolongan Allah, pasukan Gajah yang
di pimpin Raja Abrahah tak berhasil menghancurkan Ka’bah. Allah mengutus
sekawanan burung Ababil membawa kerikil atau batu dari Neraka kemudian
dihujankan pada pasukan Gajah. Hancur lebur yang di alami oleh pasukan Gajah
dan Raja Abrahahpun binasa. Nabi Muhammad dilahirkan dalam keadaan yatim. Ayahnya
yang bernama Sayyid Abdullah wafat ketika Nabi Muhammad berusia 3 bulan dalam
kandungan ibunya Siti Aminah. Nabi Muhammad tumbuh kembang dengan sehat meski
tidak disusui oleh ibunya, beliau disusui oleh wanita budak milik Abu Jahal
pamannya yang bernama Tsuaibatul Aslamiyah namun tidak lama kemudian disusui oleh Halimah as Sa'diyah dari Bani Sa'ad. Namun ketika berusia empat tahun Nabi Muhammad di serahkan kembali
pada keluarganya. Beliau di tinggal oleh ibunya ketika berusia 6 tahun, setelah
dengan susah payah mencari makam ayahnya yaitu Abdullah, karena perjalanan yang
jauh, sekembalinya dari kota tempat makam ayahnya, Ibunya sakit dan wafat
ditengah perjalanan pulang menuju Makkah. Karena ibunya merasa iba kepada Nabi Muhammmad
semasa kecil, saat bermain dengan teman-temannya dan ketika pulang beliau
menangis dan menanyakan keberadaan ayahnya. Hingga ibunya memastikan kepada
beliau keberadaan makam ayahnya.
Ketika
di tinggal ibunya, Nabi Muhammad diasuh oleh kakeknya, Abdul Mutholib. Namun
selang dua tahun ketika Nabi Muhammad berusia 8 tahun, kakeknya meninggal dunia
karena memang sudah tua berusia 82 tahun. Kemudian diasuh oleh pamannya Abi
Tholib hingga remaja. Semasa remaja ketika berusia 12 tahun, Nabi Muhammad
turut serta berdagang dengan pamannya menuju kota Syam atau Suriah. Dan
berjumpa dengan Pendeta Bahira yang telah melihat gejala-gejala kenabiannya.
Nabi
Muhammad tokoh yang jujur dan dapat dipercaya. Ketika menjadi mitra dagang
dengan Siti Khodijah binti Khuwailid, seorang janda kaya yang tertarik dengan
sikap dan karakter Nabi Muhammad. Karena pemuda Muhammad adalah sosok yang
mempunyai banyak kelebihan dan keistimewaan dan dapat dipercaya maka Siti
Khodijah berniat melamar Nabi Muhammad saat itu yang masih berusia 25 tahun
sedangkan Siti Khodijah berusia 40 tahun. Mereka berdua menikah dalam
kebahagiaan. Dengan setia dan penuh keikhlasan Siti Khodijah menjadi pendamping
hidup Nabi Muhammad yang selalu memberikan semangat dan dorongan kepada Nabi
Muhammad ketika melakukan khalwat dan menerima wahyu dari Allah di Gua Hiro’. Dan
turunlah wahyu yang pertama yaitu surat Al-Alaq ayat 1-5. Allah memerintahkan
pada seorang utusan-Nya yang memiliki sifat Ummi, tidak bisa membaca dan
menulis namun diperintahkan untuk membaca dengan menyebut nama Tuhanmu. Begitu
pentingnya makna membaca bagi kehidupan sepanjang waktu. Menyibak
misteri-misteri alam melalui pengetahuan dalam bentuk tulisan.
Putra-putri MI Salafiyah Bangilan sedang membaca al-Barzanji diiringi Group Hadroh MI Salafiyah Bangilan
Sedangkan ramalan
tentang kedatangan atau kelahiran Nabi Muhammad dapat ditemukan dalam
kitab-kitab suci terdahulu. Al-Qur’an dengan tegas menyatakan bahwa kelahiran
Nabi Muhammad SAW telah diramalkan oleh setiap dan semua Nabi terdahulu, yang
melalui mereka perjanjian telah dibuat dengan umat mereka masing-masing bahwa
mereka harus menerima atas kerasulan Muhammad SAW nanti.
Seperti dalam Qs. Ali ‘Imran ayat 81:
“Dan (ingatlah),
ketika Allah mengambil perjanjian dari para nabi: “Sungguh, apa saja yang Aku
berikan kepadamu berupa Kitab dan hikmah Kemudian datang kepadamu seorang Rasul
yang membenarkan apa yang ada padamu, niscaya kamu akan sungguh-sungguh beriman
kepadanya dan menolongnya”. Allah berfirman: “Apakah kamu mengakui dan menerima
perjanjian-Ku terhadap yang demikian itu?” mereka menjawab: “Kami mengakui”.
Allah berfirman: “Kalau begitu saksikanlah (hai para Nabi) dan Aku menjadi
saksi (pula) bersama kamu.
Dan dalam
acara peringatan Maulid Nabi Muhammad SAW ini, mari kita senantiasa mencintai
Nabi Muhammad dan meneladani sikap dan perbuatannya agar kelak kita menjadi
umatnya dan mendapatkan syafaatnya di yaumul qiyamah. Allahumma shollialasayyidina Muhammad.
Ustadz M. Sutrisna menutup acara dengan doa.
Bangilan, 4 Januari 2017.
*Penulis aktif di Komunitas Literasi Kali Kening
Bangilan-Tuban.
0 Komentar:
Posting Komentar
Berlangganan Posting Komentar [Atom]
<< Beranda