Mendung di Atas Kerajaan Kali Kening
Oleh. Rohmat S*
https://www.google.com/search?q=duo+ratu+mati+diracun&client=firefox-b-ab&source=lnms&tbm=isch&sa=X&ved=0ahUKEwjijr37j-TRAhWLLY8KHXLuCHIQ_AUICCgB&biw=1366&bih=657
Disebuah
daerah Kali Kening yang makmur, hiduplah dua ratu yang bijak dan adil. Dua ratu yang baik
hati dan bijak ini bersahabat sejak masih kecil. Dua ratu ini mempunyai
kesamaan, baik dari segi pandangan pola pikir dan watak yang selalu melindungi
rakyatnya dari kesusahan dan kesulitan. Ratu yang satu bernama Ratu Tria yang mempunyai istana
yang sangat indah, laksana Taj Mahal. Dan satunya bernama Ratu Sundar Banong, juga tak
kalah dengan istana Ratu Tria, Ratu Sundar Banong mempunyai istana yang indah juga laksana istana Buckingham milik
Ratu Elizabeth. Dua Ratu itu juga mempunyai wajah yang sama-sama cantik dan
menawan. Energik pula.
Ratu
Tria
menguasai Kali Kening sebelah timur dan Ratu Sundar
Banong sebelah barat. Rakyatnya berada ditengah-tengahnya.
Rakyatnya hidup damai, makmur dan sejahtera. Dua Ratu ini selalu bekerja sama
dalam mengatasi permasalahan-permasalahan rakyatnya dengan sebaik-baik dan
seadil-adilnya tanpa membeda-bedakan status atau golongan, tak perduli rakyat
miskin atau kaya, semua rakyat Kali
kening dalam pengawasan dan perlindungan dua Ratu yang
kondang ini. Hidupnya mereka abdikan untuk melayani rakyat sepenuhnya sampai
mereka lupa belum juga ada yang menikah. Bukan tak ada yang mau tapi rakyatnya
tak ada yang berani mengencaninya apalagi sampai berani melamarnya. Uniknya dua
ratu itu juga mempunyai selera yang sama, termasuk lelaki idaman bagi keduanya.
“Hai Ratu Sundar Banong! Kita lihat
sekarang ini,
perkembangan rakyat Kali Kening semakin makmur dan sejahtera. Hasil panen mereka semakin melimpah,
hasil ternak mereka semakin jengkar, hasil perdagangan juga semakin maju, pasar
semakin berkembang, bangunan-bangunan gedung juga semakin maju, banyak daerah-daerah lain
ingin mengajak bekerja sama dalam peningkatan dalam segala bidang, termasuk
akan menanamkan saham modalnya ke daerah Kali Kening ini.” Bicara Ratu Tria penuh diplomatis disela-sela
pertemuan tertutup dengan Ratu Sundar Banong.
“Benar Ratu Tria, perkembanagan daerah
kita ini sangat membanggakan, bahkan daerah-daerah tetangga kita ini akan besar-besaran
menanamkan modal pada Kali Kening
yang makmur ini. Dan
kabarnya besok daerah tetangga akan mengirim utusan ke daerah kita ini untuk
melihat-lihat situasi dan kondisi daerah Kali Kening, utusan itu langsung sang Pangeran sendiri dan juga akan tinggal beberapa
hari di Kali Kening.” Terang Ratu Sundar Banong.
“Wow, pangeran. Apa
mereka tak punya duta atau utusan negara, kenapa harus pangerannya sendiri yang
harus berangkat? Apa mereka tak kuat membiayai utusan negara?” celetuk Ratu Tria sambil tersenyum
sinis.
“Kita lihat saja
dulu. Seperti apa kesepakatan dan kebijakan yang akan diambil pangeran itu. Jangan-jangan pangeran itu hanya siasat untuk meruntuhkan
Kali Kening ini karena kemajuannya yang pesat.” Bicara
Ratu Tria
diplomatis.
“Dan tolong siapkan
tempat yang layak untuk utusan sekelas pangeran, apa dia mau tinggal didaerahku
apa ditempatmu? Terserah.” Bicara Ratu Tria lagi.
“Baiklah Ratu Tria, akan aku atur semuanya
bersama ajudan-ajudanku.” Jawab Ratu Sundar Banong.
“Siapa nama pangeran itu?” Tanya Ratu Tria sedikit penasaran.
“Namanya pangeran AR Hirusugi.”
“Apa itu AR?”
“Tak tahu, mungkin itu gelar kepangeranan dari kerajaan tetangga.”
“Nama aneh, tapi aku semakin penasaran dengan
pangeran itu. Dari namanya saja, mengingatkan aku pada kaisar yang suka pedang.”
“Bukan hanya pedang tapi juga topeng hitam
dengan senjata yang aneh-aneh, ada senjata bintang, panah, obat peledak
menghilang, sarung tangan pemanjat, dan masih ada lagi senjatanya yang tak
pernah diketahui oleh musuhnya.”
“Oh seperti Ninja.”
“Iya, Ninja. Hati-hati, mereka pandai menyamar
seperti hantu.”
“Kita tunggu saja besok. Jika ia macam-macam,
kita suruh Mahapatih Dino Jumantha memberi pelajaran padanya.”
“Betul, dan suruh pelayan Auliya untuk
memata-matainya. Biasanya seorang pangeran akan mudah terkecoh dengan seorang
perempuan sehingga informasi-informasi dapat kita ketahui.”
“Setuju.”
“Baiklah, aku akan kembali ke Istanaku.”
Pagi yang cerah, secerah rakyat
Kali Kening yang selalu giat bekerja, sawah-sawah yang subur membentang dengan
sungai Kali Kening yang melingkarinya berkelok-kelok seperti ular raksasa yang
menjaga dari tangan-tangan yang akan merusak. Sungai yang menjadi sumber
kehidupan rakyat Kali Kening yang damai dan sentosa.
Pangeran AR Hirusugi dengan tenang duduk manis di
kereta kencana dengan kuda-kuda poninya yang gagah dan berwibawa. Berlari
berjingkrak-jingkrak seperti penari balet, mempesona, diiringi beberapa
pengawal yang juga tak kalah gagah dengan menaiki kuda-kuda yang terlatih
menyusuri jalan-jalan yang penuh dengan sawah dan bukit-bukit yang menghijau.
Pangeran AR Hirusugi dan pengawalnya telah memasuki daerah Kali Kening yang
asri dan aman. Pangeran AR Hirusugi langsung menuju Alon-Alon kota Kali Kening
untuk menghadapa Ratu Tria di Balai Paseban Agung.
“Selamat datang pangeran! Selamat datang di
kota Kali Kening, semoga pangeran bisa menikmati suasana Kali Kening ini. Dan
semoga kita menjadi mitra yang baik untuk membangun hubungan kekeluargaan
melalui perdagangan dan sebagainya.” Sambut Ratu Tria beserta seluruh
pembesar-pembesar Kali Kening yang telah hadir dan ikut menyambut sang pangeran
AR Hirusugi. Ada Mahapatih Dino Jumantha, ada penasehat kerajaan Joyojuwoto,
ada panglima perang Kafabiha, ada Mpu kerajaan Rosho, ada juru bicara kerajaan
Raden Mas Ikal dan masih banyak lagi yang berkumpul di Balai Paseban Agung
untuk menyambut Pangeran AR Hirusugi.
“Terima kasih, terima kasih Ratu, hamba berikan
hormat yang sebesar-besarnya untuk kerajaan Kali Kening yang luar biasa ini,
dan kami sampaikan salam dari Baginda Raja Faqih dari Kerajaan Elas untuk sang
Ratu yang baik hati dan jelita ini.” Balas Pangeran AR Hirusugi dengan gaya
flamboyan dengan memegang tangan sang Ratu lalu menciumnya dengan perlahan.
Ratu Tria tak berkutik, ia kaget, hanya
nafasnya yang kembang kempis merasakan ciuman hangat sang Pangeran AR Hirusugi
yang tampan tiada banding. Seluruh pembesar-pembesar kerajaan kaget setengah
mati menyaksikan keberanian dari Pangeran AR Hirusugi yang penuh gaya dan
mengesankan itu, sangat cocok dengan ketampanannya. Ratu Tria masih berdiri
mematung seakan-akan tubuhnya terbang ke langit tujuh ketika tangannnya di
sentuh oleh sang Pangeran AR Hirusugi. Sesaat Ratu menatap ruang dengan mata
kosong, hatinya bingung seketika menyaksikan gaya dan aksi Pangeran AR Hirusugi
yang sangat mengesankan. Benar-benar hati sang Ratu menjadi gundah gulana.
“Benar-benar seorang Pangeran idaman.” Batinnya.
“Eee..ee…silahkan duduk, silahkan duduk
Pangeran.” Kaku bicaranya dengan kegugupan yang nakal menggoda hatinya.
Begitulah hati seorang perempuan yang sulit menghilangkan kegugupannya disaat
ia melihat sesuatu yang mengagetkan. Kepanikan hatinya sulit dijinakkan.
Menatap wajah Pangeran AR Hirusugi saja tak berani, hanya hatinya yang
meronta-ronta. Bingung tiada terkira. Balai Paseban Agung seperti kena teror,
semua dalam keadaan mencekam, terbawa hati sang Ratu yang kasmaran, jatuh hati
pada pandangan pertama. Langkah bagus bagi sang Pangeran untuk menaklukan hati
sang Ratu yang juga jelita tiada tara. Ramah tamah di Paseban Agung hanya
sebentar, karena Pangeran harus istirahat dan kemudian melakukan pertemuan di
ruangan khusus sang Ratu. Dan setelah itu harus melakukan perjalanan lagi
menuju Istana Kerajaan Kali Kening sebelah barat milik Ratu Sundar Banong. Satu
kerajaan dengan dua Ratu yang cantik jelita. Disela-sela istirahatnya, “aku
harus bisa memikat dua Ratu yang jelita ini. Setelah itu baru kerajaannya. Aku
tak mau berlama-lama menjadi pangeran jomblo, meski semua orang mengatakan aku
tampan dan sebagainya tapi tetaplah aku belum punya istri, dan itu memuakkan,
semua orang-orang masih menganggap aku sebagai pangeran jomblo. Aku harus
mengakhiri musibah paceklik ini, yaitu menunggu dan mencari-cari perempuan
sekelas ratu yang belum aku temukan” Pikirnya. Tak lama ia istirahat akhirnya
terlelap juga.
Esoknya
ia berada satu meja perjamuan makan malam yang telah dipersiapkan oleh Ratu
Tria dengan super mewah. Berbagai macam menu masakan terbaik kerajaan Kali
Kening disajikan. Ratu Tria yang duduk berhadap-hadapan dengan Pangeran AR
Hirusugi menjadi kikuk, seperti orang linglung tak berkutik melihat pesona
Pangeran AR Hirusugi. Hingga ia lupa tidak mengambil makanan didepannya.
“Maaf sang Ratu, apa yang harus hamba makan
ini, dari tadi sang Ratu belum mempersilahkan hamba untuk mencicipinya.” Bicara
Pangeran AR Hirusugi.
“Maaf, silahkan, silahkan dinikmati hidangan
ini.” Balas Ratu Tria dengan rasa malu dengan wajah tertunduk.
“Baiklah Ratu, terima kasih.”
Setelah perjamuan makan usai, Pangeran AR
Hirusugi melanjutkan agenda pertemuannya dengan Ratu Sundar Banong di wilayah
kerajaan Kali Kening sebelah barat. Ada kecemasan dihati Ratu Tria ketika
Pangeran AR Hirusugi akan berangkat menuju ke istana Ratu Sundar Banong.
“Pelayan! Panggil Mbah Rosho kemari,sekarang
juga.” Teriak Ratu Tria.
“Baik, siap laksanakan Ratu.”
“Cepat!”
“Ada apa Ratu? Ratu memanggil hamba?” Tanya
Mbah Rosho tenang.
“Siapkan racun terbaik yang pernah kau racik!”
“Untuk apa Ratu?”
“Tak usah banyak tanya, silahkan siapkan, besok
akan aku gunakan.”
Dengan gugup Mbah Rosho mejawab dengan
terbata-bata, “baiklah Ratu.”, meski dalam benak Mbah Rosho tanda tanya besar,
“jangan-jangan Ratu Tria akan bertindak jahat kepada Ratu Sundar Banong. Dan
ini pasti masalah hati.” Cemas hati Mbah
Rosho.
“Pelayan! Panggil Kakang Joyojuwoto kemari!”
“Siap.”
“Ada apa Ratu?” Tanya Joyojuwoto.
“Besok aku akan berangkat ke istana Ratu Sundar
Banong untuk membahas agenda bersama Pangeran AR Hirusugi dan Ratu Sundar
Banong, besok kau temani aku, untuk istana aku perintahkan Panglima Kafabiha
untuk menjaganya, dan Mahapatih Dino Jumantha juga ikut serta.”
“Baik Ratu.”
Tak
lama, Pangeranpun sampai di istana Sundar Banong yang tak kalah indah dan megah
dengan istana Ratu Tria. Pertemuanpun dimulai. Apa yang telah dihadapi oleh
Ratu Tria juga sama yang dihadapi oleh Ratu Sundar Banong, yaitu jatuh hati
pada pandangan pertama. Ratu Sundar Banong termehek-mehek melihat gaya dan
ketampanan Pangeran AR Hirusugi. Hingga ia mempunyai pemikiran yang sangat
jahat. “Jika Ratu Tria menginginkan Pangeran AR Hirusugi ini, kau akan
kusingkirkan. Aku yakin Ratu Tria pasti juga merasakan hal yang sama, bukankah
ia juga mendamba seorang suami seperti pangeran AR Hirusugi ini. Seperti juga
aku, kita buktikan siapa yang lebih pantas menjadi istrinya. Kau atau aku?”
Batin Ratu Sundar Banong.
Begitu juga Pangeran AR Hirusugi juga tertarik
dengan keelokan Ratu Sundar Banong.
“Akhirnya rezeki datang juga, dua-duanya
cantik. Aku harus mendapatkan kedua-duanya.” Batin Pangeran dan tersenyum penuh
percaya diri.
Pertemuan
penting di istana Ratu Sundar Banongpun dimulai. Semua pasukan kedua kerajaan
juga ikut disiapkan untuk berjaga-jaga. Ada beberapa ruang yang telah disiapkan
oleh tim panitia kerajaan Kali Kening Barat dibawah Ratu Sundar Banong. Ruang pertama
hanya untuk tiga pemimpin, Ratu Tria, Ratu Sundar Banong, dan sang Pangeran AR
Hirusugi. Ruang kedua untuk pejabat-pejabat kerajaan, dan ruang ketiga untuk
para tokoh-tokoh masyarakat Kali Kening.
Saat
ini pertemuan akan dimulai dari pertemuan diruang pertama. Ratu Sundar Banong
mempersilahkan pada Ratu Tria dan Pangeran AR Hirusugi segera memasuki ruangan.
Dan sebelum memulai rapat kedua Ratu itu berpelukan hangat sekali, seakan-akan
mereka berdua lama tidak bersua.
“Silahkan Ratu Tria, selamat datang diistanaku
ini dan istana milik rakyat Kali Kening, baik wilayah timur maupun barat. Dan selamat
datang juga Pangeran AR Hirusugi.” Sambut Ratu Sundar Banong ramah. Tak ada
jawaban dari Ratu Tria, hanya anggukan dan senyum penuh persaudaraan.
“Terima kasih. Semoga kebersamaan ini selalu
terjaga selamanya.” Jawab Pangeran AR Hirusugi dengan senyum yang menawan.
Rapatpun dimulai, ada banyak agenda dan
perkembangan isu telah mereka bahas, hingga tuntas. Pangeranpun meninggalkan
ruangan pertama. Dan bersiap-siap rapat lanjutan diruangan kedua setelah makan
siang.
“Kau menyukainya Ratu Tria?”
“Ah, kau ini mengada-ada Ratu Sundar. Sedikitpun
tak ada.”
“Bagaimana kalau dia untukku? Kau merestui?”
“Bukankah kita sudah sepakat untuk tidak
memikirkan hal itu, kita sudah berjanji untuk menjomblo selamanya demi kemakmuran
rakyat dan keadilan rakyat kita.”
“Tapi itu dulu dan sekarang semua telah
terwujud, rakyat hidup sejahtera, adil dan sentosa. Aku capek, aku butuh teman
pendamping hidup. Aku kesepian.”
“Cukup. Tak ada hak aku sekarang melarangmu,
karena aku sudah menduga pasti akan begini jadinya.”
“Maaf aku hanya manusia, aku bukan dewa, aku
butuh hidup seperti manusia lainnya, punya suami, bahkan punya keturunan untuk
masa depan kerajaan yang besar ini.”
“Baiklah, itu semua hakmu, hanya saja mungkin
kita sudah beda pendapat tentang cita-cita kerajaan ini.”
“Bukan begitu, setidaknya ini perlu juga kita
pikirkan bersama.”
“Bukankah sudah jelas, sekarang kita sudah
beda? Untuk apa lagi kita menyatu dan membangun koloni.”
“Bukankah perbedaan adalah rahmat?”
“Iya, aku tahu, tapi dulu kita pernah berjanji
dan bersemedi di Lembah Cinta, bahwa kita tidak mengenal apa itu cinta? Hingga kita
berikrar untuk selalu sama dalam hati dan pikiran untuk membangun Kerajaan Kali
Kening ini menjadi makmur.”
“Baiklah, akan aku pikirkan lagi, mari kita
bersulang untuk Kerajaan Kali Kening yang jaya ini.”
Merekapun menenggak secawan minuman sirup merah
delima.
“Kurang ajar! Kau meracuniku. Keparat, kau
licik, kau pengkhianat. Busuk!” Teriak Ratu Sundar Banong dan jatuh ke lantai
dengan busa yang keluar dari mulutnya.
“Ha…ha…mampus kau Ratu Sundar Banong, kau tak
lagi teman koloni yang menyenangkan, kau pantas mampus. Dan Pangeran AR
Hirusugi jadi milikku.” Teriak Ratu Tria.
Tidak lama.
“Tapi, kita telah ditakdirkan punya kesamaan
sewaktu bersemedi di Lembah Cinta, jangan-jangan kau meracuniku juga, ah,
keparat, ternyata persamaan juga ada kelemahannya. Dan kita memang tidak semua
harus sama.” Sekejap ia tersungkur juga ke lantai dengan busa mengalir dari
mulutnya.
Tak
tahu apa yang terjadi pada kerajaan Kali Kening dikemudian hari. Rakyat yang
telah hidup makmur harus tahu bahwa dalam perbedaan bersikap itu penting. Dan kejayaan
hanya bersifat sementara.
Bangilan, 28 Januari 2017.
*Penulis aktif di Komunitas Kali Kening.
Label: cerpen
0 Komentar:
Posting Komentar
Berlangganan Posting Komentar [Atom]
<< Beranda