Jumat, 27 Januari 2017

Mendung di Atas Kerajaan Kali Kening

Oleh. Rohmat S*


https://www.google.com/search?q=duo+ratu+mati+diracun&client=firefox-b-ab&source=lnms&tbm=isch&sa=X&ved=0ahUKEwjijr37j-TRAhWLLY8KHXLuCHIQ_AUICCgB&biw=1366&bih=657


Disebuah daerah Kali Kening yang makmur, hiduplah dua ratu yang bijak dan adil. Dua ratu yang baik hati dan bijak ini bersahabat sejak masih kecil. Dua ratu ini mempunyai kesamaan, baik dari segi pandangan pola pikir dan watak yang selalu melindungi rakyatnya dari kesusahan dan kesulitan. Ratu yang satu bernama Ratu Tria yang mempunyai istana yang sangat indah, laksana Taj Mahal. Dan satunya bernama Ratu Sundar Banong, juga tak kalah dengan istana Ratu Tria, Ratu Sundar Banong mempunyai istana yang indah juga laksana istana Buckingham milik Ratu Elizabeth. Dua Ratu itu juga mempunyai wajah yang sama-sama cantik dan menawan. Energik pula.

Ratu Tria menguasai Kali Kening sebelah timur dan Ratu Sundar Banong sebelah barat. Rakyatnya berada ditengah-tengahnya. Rakyatnya hidup damai, makmur dan sejahtera. Dua Ratu ini selalu bekerja sama dalam mengatasi permasalahan-permasalahan rakyatnya dengan sebaik-baik dan seadil-adilnya tanpa membeda-bedakan status atau golongan, tak perduli rakyat miskin atau kaya, semua rakyat Kali kening dalam pengawasan dan perlindungan dua Ratu yang kondang ini. Hidupnya mereka abdikan untuk melayani rakyat sepenuhnya sampai mereka lupa belum juga ada yang menikah. Bukan tak ada yang mau tapi rakyatnya tak ada yang berani mengencaninya apalagi sampai berani melamarnya. Uniknya dua ratu itu juga mempunyai selera yang sama, termasuk lelaki idaman bagi keduanya.
“Hai Ratu Sundar Banong! Kita lihat sekarang ini, perkembangan rakyat Kali Kening semakin makmur dan sejahtera. Hasil panen mereka semakin melimpah, hasil ternak mereka semakin jengkar, hasil perdagangan juga semakin maju, pasar semakin berkembang, bangunan-bangunan gedung juga semakin maju, banyak daerah-daerah lain ingin mengajak bekerja sama dalam peningkatan dalam segala bidang, termasuk akan menanamkan saham modalnya ke daerah Kali Kening ini.” Bicara Ratu Tria penuh diplomatis disela-sela pertemuan tertutup dengan Ratu Sundar Banong.
“Benar Ratu Tria, perkembanagan daerah kita ini sangat membanggakan, bahkan daerah-daerah tetangga kita ini akan besar-besaran menanamkan modal pada Kali Kening yang makmur ini. Dan kabarnya besok daerah tetangga akan mengirim utusan ke daerah kita ini untuk melihat-lihat situasi dan kondisi daerah Kali Kening, utusan itu langsung sang Pangeran sendiri dan juga akan tinggal beberapa hari di Kali Kening.” Terang Ratu Sundar Banong.
“Wow, pangeran. Apa mereka tak punya duta atau utusan negara, kenapa harus pangerannya sendiri yang harus berangkat? Apa mereka tak kuat membiayai utusan negara?” celetuk Ratu Tria sambil tersenyum sinis.
“Kita lihat saja dulu. Seperti apa kesepakatan dan kebijakan yang akan diambil pangeran itu. Jangan-jangan pangeran itu hanya siasat untuk meruntuhkan Kali Kening ini karena kemajuannya yang pesat.” Bicara Ratu Tria diplomatis.
“Dan tolong siapkan tempat yang layak untuk utusan sekelas pangeran, apa dia mau tinggal didaerahku apa ditempatmu? Terserah.” Bicara Ratu Tria lagi.
“Baiklah Ratu Tria, akan aku atur semuanya bersama ajudan-ajudanku.” Jawab Ratu Sundar Banong.
“Siapa nama pangeran itu?” Tanya Ratu Tria sedikit penasaran.
“Namanya pangeran AR Hirusugi.”
“Apa itu AR?”
“Tak tahu, mungkin itu gelar kepangeranan dari kerajaan tetangga.”
“Nama aneh, tapi aku semakin penasaran dengan pangeran itu. Dari namanya saja, mengingatkan aku pada kaisar yang suka pedang.”
“Bukan hanya pedang tapi juga topeng hitam dengan senjata yang aneh-aneh, ada senjata bintang, panah, obat peledak menghilang, sarung tangan pemanjat, dan masih ada lagi senjatanya yang tak pernah diketahui oleh musuhnya.”
“Oh seperti Ninja.”
“Iya, Ninja. Hati-hati, mereka pandai menyamar seperti hantu.”
“Kita tunggu saja besok. Jika ia macam-macam, kita suruh Mahapatih Dino Jumantha memberi pelajaran padanya.”
“Betul, dan suruh pelayan Auliya untuk memata-matainya. Biasanya seorang pangeran akan mudah terkecoh dengan seorang perempuan sehingga informasi-informasi dapat kita ketahui.”
“Setuju.”
“Baiklah, aku akan kembali ke Istanaku.”

Pagi yang cerah, secerah rakyat Kali Kening yang selalu giat bekerja, sawah-sawah yang subur membentang dengan sungai Kali Kening yang melingkarinya berkelok-kelok seperti ular raksasa yang menjaga dari tangan-tangan yang akan merusak. Sungai yang menjadi sumber kehidupan rakyat Kali Kening yang damai dan sentosa.
Pangeran AR Hirusugi dengan tenang duduk manis di kereta kencana dengan kuda-kuda poninya yang gagah dan berwibawa. Berlari berjingkrak-jingkrak seperti penari balet, mempesona, diiringi beberapa pengawal yang juga tak kalah gagah dengan menaiki kuda-kuda yang terlatih menyusuri jalan-jalan yang penuh dengan sawah dan bukit-bukit yang menghijau. Pangeran AR Hirusugi dan pengawalnya telah memasuki daerah Kali Kening yang asri dan aman. Pangeran AR Hirusugi langsung menuju Alon-Alon kota Kali Kening untuk menghadapa Ratu Tria di Balai Paseban Agung.
“Selamat datang pangeran! Selamat datang di kota Kali Kening, semoga pangeran bisa menikmati suasana Kali Kening ini. Dan semoga kita menjadi mitra yang baik untuk membangun hubungan kekeluargaan melalui perdagangan dan sebagainya.” Sambut Ratu Tria beserta seluruh pembesar-pembesar Kali Kening yang telah hadir dan ikut menyambut sang pangeran AR Hirusugi. Ada Mahapatih Dino Jumantha, ada penasehat kerajaan Joyojuwoto, ada panglima perang Kafabiha, ada Mpu kerajaan Rosho, ada juru bicara kerajaan Raden Mas Ikal dan masih banyak lagi yang berkumpul di Balai Paseban Agung untuk menyambut Pangeran AR Hirusugi.
“Terima kasih, terima kasih Ratu, hamba berikan hormat yang sebesar-besarnya untuk kerajaan Kali Kening yang luar biasa ini, dan kami sampaikan salam dari Baginda Raja Faqih dari Kerajaan Elas untuk sang Ratu yang baik hati dan jelita ini.” Balas Pangeran AR Hirusugi dengan gaya flamboyan dengan memegang tangan sang Ratu lalu menciumnya dengan perlahan.
Ratu Tria tak berkutik, ia kaget, hanya nafasnya yang kembang kempis merasakan ciuman hangat sang Pangeran AR Hirusugi yang tampan tiada banding. Seluruh pembesar-pembesar kerajaan kaget setengah mati menyaksikan keberanian dari Pangeran AR Hirusugi yang penuh gaya dan mengesankan itu, sangat cocok dengan ketampanannya. Ratu Tria masih berdiri mematung seakan-akan tubuhnya terbang ke langit tujuh ketika tangannnya di sentuh oleh sang Pangeran AR Hirusugi. Sesaat Ratu menatap ruang dengan mata kosong, hatinya bingung seketika menyaksikan gaya dan aksi Pangeran AR Hirusugi yang sangat mengesankan. Benar-benar hati sang Ratu menjadi gundah gulana. “Benar-benar seorang Pangeran idaman.” Batinnya.
“Eee..ee…silahkan duduk, silahkan duduk Pangeran.” Kaku bicaranya dengan kegugupan yang nakal menggoda hatinya. Begitulah hati seorang perempuan yang sulit menghilangkan kegugupannya disaat ia melihat sesuatu yang mengagetkan. Kepanikan hatinya sulit dijinakkan. Menatap wajah Pangeran AR Hirusugi saja tak berani, hanya hatinya yang meronta-ronta. Bingung tiada terkira. Balai Paseban Agung seperti kena teror, semua dalam keadaan mencekam, terbawa hati sang Ratu yang kasmaran, jatuh hati pada pandangan pertama. Langkah bagus bagi sang Pangeran untuk menaklukan hati sang Ratu yang juga jelita tiada tara. Ramah tamah di Paseban Agung hanya sebentar, karena Pangeran harus istirahat dan kemudian melakukan pertemuan di ruangan khusus sang Ratu. Dan setelah itu harus melakukan perjalanan lagi menuju Istana Kerajaan Kali Kening sebelah barat milik Ratu Sundar Banong. Satu kerajaan dengan dua Ratu yang cantik jelita. Disela-sela istirahatnya, “aku harus bisa memikat dua Ratu yang jelita ini. Setelah itu baru kerajaannya. Aku tak mau berlama-lama menjadi pangeran jomblo, meski semua orang mengatakan aku tampan dan sebagainya tapi tetaplah aku belum punya istri, dan itu memuakkan, semua orang-orang masih menganggap aku sebagai pangeran jomblo. Aku harus mengakhiri musibah paceklik ini, yaitu menunggu dan mencari-cari perempuan sekelas ratu yang belum aku temukan” Pikirnya. Tak lama ia istirahat akhirnya terlelap juga.

            Esoknya ia berada satu meja perjamuan makan malam yang telah dipersiapkan oleh Ratu Tria dengan super mewah. Berbagai macam menu masakan terbaik kerajaan Kali Kening disajikan. Ratu Tria yang duduk berhadap-hadapan dengan Pangeran AR Hirusugi menjadi kikuk, seperti orang linglung tak berkutik melihat pesona Pangeran AR Hirusugi. Hingga ia lupa tidak mengambil makanan didepannya.
“Maaf sang Ratu, apa yang harus hamba makan ini, dari tadi sang Ratu belum mempersilahkan hamba untuk mencicipinya.” Bicara Pangeran AR Hirusugi.
“Maaf, silahkan, silahkan dinikmati hidangan ini.” Balas Ratu Tria dengan rasa malu dengan wajah tertunduk.
“Baiklah Ratu, terima kasih.”
Setelah perjamuan makan usai, Pangeran AR Hirusugi melanjutkan agenda pertemuannya dengan Ratu Sundar Banong di wilayah kerajaan Kali Kening sebelah barat. Ada kecemasan dihati Ratu Tria ketika Pangeran AR Hirusugi akan berangkat menuju ke istana Ratu Sundar Banong.
“Pelayan! Panggil Mbah Rosho kemari,sekarang juga.” Teriak Ratu Tria.
“Baik, siap laksanakan Ratu.”
“Cepat!”
“Ada apa Ratu? Ratu memanggil hamba?” Tanya Mbah Rosho tenang.
“Siapkan racun terbaik yang pernah kau racik!”
“Untuk apa Ratu?”
“Tak usah banyak tanya, silahkan siapkan, besok akan aku gunakan.”
Dengan gugup Mbah Rosho mejawab dengan terbata-bata, “baiklah Ratu.”, meski dalam benak Mbah Rosho tanda tanya besar, “jangan-jangan Ratu Tria akan bertindak jahat kepada Ratu Sundar Banong. Dan ini pasti masalah hati.” Cemas  hati Mbah Rosho.
“Pelayan! Panggil Kakang Joyojuwoto kemari!”
“Siap.”
“Ada apa Ratu?” Tanya Joyojuwoto.
“Besok aku akan berangkat ke istana Ratu Sundar Banong untuk membahas agenda bersama Pangeran AR Hirusugi dan Ratu Sundar Banong, besok kau temani aku, untuk istana aku perintahkan Panglima Kafabiha untuk menjaganya, dan Mahapatih Dino Jumantha juga ikut serta.”
“Baik Ratu.”

            Tak lama, Pangeranpun sampai di istana Sundar Banong yang tak kalah indah dan megah dengan istana Ratu Tria. Pertemuanpun dimulai. Apa yang telah dihadapi oleh Ratu Tria juga sama yang dihadapi oleh Ratu Sundar Banong, yaitu jatuh hati pada pandangan pertama. Ratu Sundar Banong termehek-mehek melihat gaya dan ketampanan Pangeran AR Hirusugi. Hingga ia mempunyai pemikiran yang sangat jahat. “Jika Ratu Tria menginginkan Pangeran AR Hirusugi ini, kau akan kusingkirkan. Aku yakin Ratu Tria pasti juga merasakan hal yang sama, bukankah ia juga mendamba seorang suami seperti pangeran AR Hirusugi ini. Seperti juga aku, kita buktikan siapa yang lebih pantas menjadi istrinya. Kau atau aku?” Batin Ratu Sundar Banong.
Begitu juga Pangeran AR Hirusugi juga tertarik dengan keelokan Ratu Sundar Banong.
“Akhirnya rezeki datang juga, dua-duanya cantik. Aku harus mendapatkan kedua-duanya.” Batin Pangeran dan tersenyum penuh percaya diri.

            Pertemuan penting di istana Ratu Sundar Banongpun dimulai. Semua pasukan kedua kerajaan juga ikut disiapkan untuk berjaga-jaga. Ada beberapa ruang yang telah disiapkan oleh tim panitia kerajaan Kali Kening Barat dibawah Ratu Sundar Banong. Ruang pertama hanya untuk tiga pemimpin, Ratu Tria, Ratu Sundar Banong, dan sang Pangeran AR Hirusugi. Ruang kedua untuk pejabat-pejabat kerajaan, dan ruang ketiga untuk para tokoh-tokoh masyarakat Kali Kening.

            Saat ini pertemuan akan dimulai dari pertemuan diruang pertama. Ratu Sundar Banong mempersilahkan pada Ratu Tria dan Pangeran AR Hirusugi segera memasuki ruangan. Dan sebelum memulai rapat kedua Ratu itu berpelukan hangat sekali, seakan-akan mereka berdua lama tidak bersua.
“Silahkan Ratu Tria, selamat datang diistanaku ini dan istana milik rakyat Kali Kening, baik wilayah timur maupun barat. Dan selamat datang juga Pangeran AR Hirusugi.” Sambut Ratu Sundar Banong ramah. Tak ada jawaban dari Ratu Tria, hanya anggukan dan senyum penuh persaudaraan.
“Terima kasih. Semoga kebersamaan ini selalu terjaga selamanya.” Jawab Pangeran AR Hirusugi dengan senyum yang menawan.
Rapatpun dimulai, ada banyak agenda dan perkembangan isu telah mereka bahas, hingga tuntas. Pangeranpun meninggalkan ruangan pertama. Dan bersiap-siap rapat lanjutan diruangan kedua setelah makan siang.
“Kau menyukainya Ratu Tria?”
“Ah, kau ini mengada-ada Ratu Sundar. Sedikitpun tak ada.”
“Bagaimana kalau dia untukku? Kau merestui?”
“Bukankah kita sudah sepakat untuk tidak memikirkan hal itu, kita sudah berjanji untuk menjomblo selamanya demi kemakmuran rakyat dan keadilan rakyat kita.”
“Tapi itu dulu dan sekarang semua telah terwujud, rakyat hidup sejahtera, adil dan sentosa. Aku capek, aku butuh teman pendamping hidup. Aku kesepian.”
“Cukup. Tak ada hak aku sekarang melarangmu, karena aku sudah menduga pasti akan begini jadinya.”
“Maaf aku hanya manusia, aku bukan dewa, aku butuh hidup seperti manusia lainnya, punya suami, bahkan punya keturunan untuk masa depan kerajaan yang besar ini.”
“Baiklah, itu semua hakmu, hanya saja mungkin kita sudah beda pendapat tentang cita-cita kerajaan ini.”
“Bukan begitu, setidaknya ini perlu juga kita pikirkan bersama.”
“Bukankah sudah jelas, sekarang kita sudah beda? Untuk apa lagi kita menyatu dan membangun koloni.”
“Bukankah perbedaan adalah rahmat?”
“Iya, aku tahu, tapi dulu kita pernah berjanji dan bersemedi di Lembah Cinta, bahwa kita tidak mengenal apa itu cinta? Hingga kita berikrar untuk selalu sama dalam hati dan pikiran untuk membangun Kerajaan Kali Kening ini menjadi makmur.”
“Baiklah, akan aku pikirkan lagi, mari kita bersulang untuk Kerajaan Kali Kening yang jaya ini.”
Merekapun menenggak secawan minuman sirup merah delima.
“Kurang ajar! Kau meracuniku. Keparat, kau licik, kau pengkhianat. Busuk!” Teriak Ratu Sundar Banong dan jatuh ke lantai dengan busa yang keluar dari mulutnya.
“Ha…ha…mampus kau Ratu Sundar Banong, kau tak lagi teman koloni yang menyenangkan, kau pantas mampus. Dan Pangeran AR Hirusugi jadi milikku.” Teriak Ratu Tria.
Tidak lama.
“Tapi, kita telah ditakdirkan punya kesamaan sewaktu bersemedi di Lembah Cinta, jangan-jangan kau meracuniku juga, ah, keparat, ternyata persamaan juga ada kelemahannya. Dan kita memang tidak semua harus sama.” Sekejap ia tersungkur juga ke lantai dengan busa mengalir dari mulutnya.

            Tak tahu apa yang terjadi pada kerajaan Kali Kening dikemudian hari. Rakyat yang telah hidup makmur harus tahu bahwa dalam perbedaan bersikap itu penting. Dan kejayaan hanya bersifat sementara.

Bangilan, 28 Januari 2017.

*Penulis aktif di Komunitas Kali Kening.















           



Label:

0 Komentar:

Posting Komentar

Berlangganan Posting Komentar [Atom]

<< Beranda