Rabu, 29 Maret 2017

USAID: Mari Kita Terus Tebarkan Virus Membaca Pada Anak Didik

Oleh. Rohmat Sholihin*

http://www.peacecorpsconnect.org/companies/returned-peace-corps-volunteers-at-usaid

            Memasuki hari ketiga, Rabu, 29 Maret 2017, dalam pelatihan USAID Prioritas Jatim di MI Negeri Sugiharjo-Tuban dengan materi praktek mengajar dengan menggunakan RPP (Rencana Pelaksanaan Pembelajaran) yang menggunakan model PAKEM (Pembelajaran Aktif, Kreatif, Efektif, dan Menyenangkan) dalam mata pelajaran Bahasa Indonesia kelas 6 yang dilaksanakan di SDIT FAAZ Tuban.  Dalam pembelajaran setiap hari di sekolah, harus selalu penuh dengan suasana menyenangkan dan penuh dengan ide-ide segar serta tidak membosankan. Peserta didik harus mendapatkan pelayanan proses pembelajaran yang tidak boleh asal-asalan dan kurang persiapan dari guru atau pengajar, guru harus punya visi atau gambaran yang jelas dan matang dalam menentukan tujuan pembelajaran. Peserta didik berangkat dari rumah dengan kegembiraan dan semangat yang tinggi untuk menuntut ilmu merupakan tindakan yang mulia, sayang jika tidak disambut dengan senyum kegembiraan dan segala persiapan pembelajaran yang matang. Peserta didik adalah generasi emas yang harus kita kawal, kita pupuk, dan kita jaga dengan baik agar ke depannya menjadikan tulang punggung bangsa yang kokoh dan cerdas. Peserta didik dengan kecerdasan serta keterampilan yang dimilikinya agar mampu meraih kesuksesan dan kebahagiaannya, peserta didik harus di bekali pengetahuan yang cukup agar dapat berkompetisi dalam kehidupan nyata serta mampu mandiri. Guru harus bisa menjadi suri tauladan yang baik untuk para peserta didiknya. Seperti ada petikan lagu tentang guru yang telah diciptakan oleh Melly Goeslow, Terima Kasih Guruku-Guruku Tersayang.
Pagiku cerahku
Matahari bersinar
Kugendong tas merahku di pundak
Selamat pagi semua
Kunantikan dirimu
Di depan kelasmu
Menantikan kami
Reff. Guruku tersayang
Guruku tercinta
Tanpamu apa jadinya aku
Tak bisa baca tulis
Mengerti banyak hal
Guruku terimakasihku
Nakalnya diriku
Kadang buatmu marah namun segala ma’af
Kau berikan
https://www.facebook.com/photo.php?fbid=716245191911697&set=pcb.716245268578356&type=3&theater
Foto bareng Rohmat Sholihin, S.Pd dan Ibu Panca, S.Pd dan peserta didik putri SDIT FAAZ setelah praktek mengajar.
https://www.facebook.com/photo.php?fbid=716245215245028&set=pcb.716245268578356&type=3&theater
foto bareng Rohmat Sholihin, S.Pd,  Ibu Panca, S.Pd dan peserta didik putra SDIT FAAZ setelah praktek mengajar.
Peserta didik harus punya kesempatan yang luas untuk menuntut ilmu. Betapa pentingnya kesempatan untuk menuntut ilmu meski tidak harus dilakukan di sekolah-sekolah. Menuntut ilmu bisa dilakukan dimana saja bahkan ditempat tertutup sekalipun yang tak pernah dijangkau oleh manusia. Ilmu itu ibarat angin yang bisa dihirup oleh siapa saja yang masih bisa merasakan nafas, tuntutlah ilmu dari sejak lahir sampai menjelang kematian. Ini menandakan bahwa betapa pentingnya ilmu untuk kehidupan masa lampau, sekarang dan masa yang akan datang. Ada lagi hadits Nabi yang berbunyi Uthlubul Ilma Walau Bisshin, yang artinya; Tuntutlah ilmu sampai ke negeri China.
            Dan gudang ilmu salah satunya adalah buku untuk dibaca. Tanpa membaca buku kita tidak akan bisa membuka jendela dunia. Buku hampir memberikan pengetahuan dan pengalaman berfikir yang sangat luas, hampir pemikiran kita bisa mencapai tempat-tempat yang tak terbatas, hanya karena kita rajin membaca buku. Membaca adalah inti dari seluruh pembelajaran yang berlangsung. Sebagai guru dan pembimbing bagaimana cara kita harus selalu mengajak peserta didik untuk terus membaca, membaca, dan membaca. Membaca adalah tugas nasional bagi kita semua. Termasuk guru dan peserta didik dimanapun berada. Seperti dalam pembelajaran PAKEM kita berusaha membuat ruang sudut baca disetiap ruang kelas. Meski buku-buku yang berhasil dihimpun adalah buku-buku bekas. Namun, piranti yang bernama buku mempunyai keunikan bahwa buku sulit tergantikan oleh piranti apapun, buku akan selalu memberikan manfaat sepanjang peradaban masih terus berlangsung. Buku-buku bacaan itu bisa didapat dari sumbangan orang tua, masyarakat bahkan para alumni yang berkenan untuk membantu dalam bentuk buku bacaan.
https://www.facebook.com/photo.php?fbid=716245211911695&set=pcb.716245268578356&type=3&theater
Bersama dengan peserta didik SDIT FAAZ, membaca adalah menyibak pengetahuan di balik zaman.
            Namun kebiasaan membaca tak akan muncul jika kita sebagai guru tidak selalu memberikan ruang dan program-program yang berkaitan dengan kebiasaan membaca pada peserta didik. Setidaknya, unsur-unsur pembelajaran harus banyak disisipkan kebiasaan untuk gemar membaca. Jika guru tidak bisa mengajak peserta didik untuk gemar membaca ada beberapa kerugian yang telah terbuang sia-sia. Pertama, peserta didik akan menjadi lamban dalam merespon setiap isu perkembangan pembelajaran yang akan dibangun oleh guru. Karena peserta didik hanya akan bergantung pada guru sebagai satu-satunya sumber belajar, peserta didik kurang ber-inovasi dengan pemikiran-pemikiran kreatif sesuai daya bacanya yang kurang.  Dan peserta didik cenderung pasif. Kedua, peserta didik pergi ke sekolah untuk proses pembelajaran yang hanya memenuhi tuntutan posisi ia sebagai pelajar saja, bertemu dengan teman-temannya di sekolah dan juga tuntutan orang tua. Peserta didik kurang bersemangat terhadap perkembangan proses pembelajaran karena minimnya motivasi belajar yang terbangun, sedangkan dalam pembelajaran PAKEM, peserta didik mempunyai ruang yang luas untuk mengembangakan inovasi-inovasi yang berhubungan dengan proses pembelajarannya. Termasuk mencintai buku dan kebiasaan membaca buku yang telah disediakan di ruang perpustakaan sekolah dan sudut baca di setiap kelas-kelas. Ketiga, peserta didik hanya akan sibuk bermain dan kecenderungan mencoba-coba hal yang negatif. Seperti mulai tertarik dengan merokok, tawuran, bahkan narkoba. Ini yang sangat berbahaya. Peserta didik akan menjadi lepas kontrol. Karena jiwanya telah menjadi liar oleh pergaulan yang salah. Permasalahan delikwensi peserta didik ini juga membutuhkan penanganan yang serius serta berkesinambungan melalui jangka pendek, menengah, dan jangka panjang. Jangka pendek, dengan cara memberikan motivasi serta bimbingan yang langsung bisa dilakukan di sekolah, bisa dengan cara penyelesaian oleh guru bimbingan konseling, wali kelas, serta guru yang lain dengan catatan bahwa semua keluhan dan solusi harus tertulis dan tebukukan dalam buku bimbingan konseling meski hanya bersifat sederhana setidaknya ada penanganan yang bersifat verbalistik. Jangka menengah, bersama dengan orang tua serta masyarakat bahu-membahu untuk ikut serta dalam memperhatikan dan mengawasi anak didik baik di lingkungan rumah dan sekolah. Jangka panjang, pihak sekolah, orang tua, masyarakat serta bekerja sama dengan BNN (Badan Nasional Narkotika), Kepolisian, beserta lembaga-lembaga lainnya ikut berperan aktif dalam memerangi bahaya narkoba secara serentak dan menjadikan gerakan nasional melawan narkoba, ini akan langsung ditangani oleh negara melalui program gerakan nasional.
            Jika guru terus menumbuhkan sifat gemar membaca pada peserta didik, akan ada hal-hal yang positif bagi kita sebagai guru, peserta didik, dan juga orang tua. Yakni, pertama, akan tercipta kedisiplinan pada diri peserta didik terhadap kecintaan ilmu sejak dini. Peserta didik akan lebih bersemangat dalam mempelajari pengalaman-pengalaman dalam isi buku sebagai pengetahuan. Kedua, berpengetahuan luas dan selalu aktif dalam mengikuti perkembangan informasi-informasi yang ada dalam buku. Ini juga berimbas pada karakter peserta didik yang lebih kuat dalam hal mencari dan selalu mencari pengetahuan. Peserta didik akan selalu haus terhadap pengetahuan. Ibaratnya pengetahuan adalah barang yang sangat penting bagi kehidupan lebih dari apapun. Seperti kalimat-kalimat yang keluar dari beberapa tokoh-tokoh dunia yang telah berhasil menginspirasi banyak orang.
“Lebih baik kehilangan rumah dari pada kehilangan buku.” Pramoedya Ananta Toer.
“Penjara adalah tempat mengasyikkan jika ditemani banyak buku.” Moh. Hatta.
“The man who does not good books has no advantage over the man who cannot read them.”-Mark Twain.
Betapa cintanya orang-orang hebat terhadap buku. Buku akan memberikan pengetahuan tanpa minta imbalan, buku akan tetap diam jika tidak dibuka halaman demi halaman untuk dibaca. Buku adalah teman untuk mengusir sepi yang pendiam.
            Begitu juga dalam mengajar, peserta didik  harus terus kita dorong untuk mempunyai kebiasaan suka membaca, baik membaca buku, koran, majalah, bulletin, brosur, yang penting peserta didik terus membaca dengan senang. Dari membaca peserta didik akan menemukan cara yang terbaik untuk belajar. Dengan membaca pemikirannya akan terbuka lebar-lebar untuk pengetahuan di masa yang akan datang. Membaca, membaca, dan terus membaca.




*Penulis termasuk salah satu peserta pelatihan.

Label:

0 Komentar:

Posting Komentar

Berlangganan Posting Komentar [Atom]

<< Beranda