Kamis, 13 April 2017

Berkhayal Hari Ini

Oleh. Rohmat Sholihin*

www. google
           
            Terkadang kita meremehkan berkhayal. Sehingga berkhayal tak lagi penting. Karena hanya sebuah khayalan, tentu tidak nyata atau belum pasti terjadi. Di negara-negara maju seperti Amerika yang bermuara di Hollywood sebagai gudangnya pengkhayal, banyak khayalan-khayalan yang telah dijadikan moment dalam bentuk film, dan tentu mendatangkan uang super besar dari hasil mengkhayal tersebut. Ternyata orang-orang suka melihat hasil khayalan dari orang yang kreatif dalam me-manajemen dunia khayalnya. Contoh kecil, khayalan World Disney yang mencoba membuat dunia khayalnya menjadi dunia nyata, seakan-akan bahwa tokoh-tokoh dalam World Disney adalah tokoh inspiratif yang bisa dipetik moral serta amanatnya dalam kehidupan sehari-hari, meski banyak konyolnya tapi terkadang ada juga yang menggunakannya dalam menggaris bawahi di dalam proses kehidupan manusia. Itulah manusia yang cerdas dalam memoles segala nilai moral dalam kehidupan untuk menjadi nilai yang bisa dipetik oleh semua orang melalui penayangan dalam bentuk film bahkan juga tulisan.
            Begitulah arti penting dunia khayalan dalam kehidupan yang nyata. Bahkan sangat menariknya khayalan itu, sampai kita menjadi kabur, apakah itu nyata atau hanya fiksi?, buram,  sehingga kita mengartikannya bahwa antara fakta dan fiksi hanya beda tipis. Tipis sekali. Apalagi saat ini kemajuan tekhnologi informasi sangat tinggi sehingga banyak orang yang tertipu dengan khayalan-khayalan tingkat tinggi, dalam dunia maya orang menyebutnya menjadi “berita hoax” yang kini semakin beredar ke seluruh dunia maya.
            Mengkhayalku hari ini rasanya ingin bisa membuat film. Saat ini banyak kalangan sudah bisa dan pandai membuat film. Anak-anak juga sudah pandai membuat film, meski proses pengambilan adegan gambarnya sederhana melalui perangkat handphone pada aplikasi video. Setidaknya adegan-adegan itu bisa di tonton oleh bnyak orang melalui penyebaran di facebook, You Tube, Email, BBM, WhatsApp dan sebagainya. Film sudah bukan benda asing lagi tapi film sudah menjadi trend tersendiri dalam kehidupan sekarang. Hampir setiap ada moment penting tak usah susah-susah untuk menuangkannya dalam bentuk film. Saling berbagi dalam bentuk film betapa mudahnya saat ini, semua serba canggih dan mudah. Tinggal klik. Jadilah film yang disunting dari video kamera. Membuat film tak sesulit dalam bayangan. Anak kecil saja bisa.
            Membuat film seperti memaparkan kisah kehidupan. Kisah-kisah yang menarik untuk bisa dijadikan moment penting bagi audiens. Film sudah seperti sarana untuk pembelajaran kehidupan yang nyata. Film sudah bagian dari dokumentasi penting, mengisahkan segala kisah untuk bisa menginspirasi kehidupan masyarakat luas. Namun, setidaknya film harus memberikan informasi dan pesan moral untuk kehidupan yang lebih baik. Ada beberapa kendala perkembangan pola pikir anak-anak dengan perkembangan film yang telah bertebaran di program-progarm stasiun televisi kita yang menurut para pakar perkembangan anak-anak adalah film yang tidak memberikan gambaran edukasi yang baik tapi malah memberikan pengaruh buruk pada perkembangan pola pikir anak-anak. Pertama, peran aktor dan artis tertentu yang memerankan situasi pembelajaran di sekolah-sekolah dengan menggunakan mobil mewah, bahkan di antar oleh sopir pribadinya. Ini menggambarkan kemewahan pada diri anak, bukan mencerminkan situasi kesederhanaan pada diri anak. Karena anak-anak masih memasuki masa-masa sulit dalam meraih arti jati diri dan kesuksesan, meskipun semua fasilitas itu orang tuanya punya dan meski sedang memerankan tokoh anak tajir namun jangan terlalu berlebihan untuk ditonjolkan. Pihak sutradara dan produser tidak boleh egois hanya ingin mementingkan nilai profit pada filmnya saja karena sukses dengan jutaan pemirsa, tapi juga harus lebih memerhatikan kondisi psikologis anak, apa akibat dari film dan sinetron yang telah diproduksinya itu? Pemandangan ini banyak saya temukan pada sinetron-sinetron di program-program televisi kita. Anehnya, hampir semua sinetron itu mendapatkan tempat di hati masyarakat yang pada intinya situasi kehidupannya jauh dengan apa yang masyarakat alami. Benar-benar kita telah dirasuki kebohongan oleh film-film yang tidak bermutu. Tapi berkuasa karena berhasil ditayangkan oleh program televisi tertentu karena paling sukses ditonton oleh pemirsa. Sengaja sedikit membandingkan dengan sinetron-sinetron dan film-film luar negeri, misalkan film dan sinetron Korea dan Japan, hampir sangat sedikit mengisahkan dunia pendidikan dengan kemewahan, meskipun ada tapi sangat jarang, hampir yang aku temukan ketika para aktor dan artis yang memerankan pelajar berangkat ke sekolah dengan mengendarai sepeda, bus umum, kereta api, bahkan tak jarang harus di tempuh dengan berjalan kaki, ini jelas pemandangan nyata yang dialami oleh masyarakat mereka, sangat jarang pelajar berangkat ke sekolah dengan mobil mewah dan sopir pribadi karena biayanya mahal. Lain di sinetron-sinetron kita yang sering memperlihatkan pelajar berangkat ke sekolah dengan mobil mewah dan sopir pribadi padahal mereka statusnya masih pelajar dan secara status ekonomi masih mengandallkan peranan orang tuanya. Kedua, cerita yang terlalu bertele-tele dan membosankan dengan seri yang terlalu panjang dan berakhir tidak jelas arahnya. Faktor ini hanya ingin merebut hati pemirsa namun membuat pemirsa  mabuk terbuai oleh penasaran tak terhingga dan lupa segalanya demi kelanjutan sinetron dan film kesayangan dan hasil akhir cerita yang tidak begitu memuaskan bahkan tidak tamat, bisa juga berubah jam tayang. Ketiga, cerita yang diambil masih banyak yang bertema unsur magis, kemewahan, gaya hidup dan harta warisan. Jarang sinetron dan film kita yang memiliki unsur edukasi yang positif bagi perkembangan anak-anak. Dan lebih membahayakan lagi ketika para orang tua yang begitu egois lebih mementingkan acara-acara televisi dan mengabaikan waktu belajarnya anak-anak. Ini juga berbahaya, karena peran keluarga sangatlah penting bagi pertumbuhan dan perkembangan anak-anak. Ibaratnya lingkungan keluarga yang harmonis adalah surga bagi anak. Dengan lingkungan keluarga yang harmonis akan banyak melahirkan generasi yang kuat dan kokoh. Pada lingkungan keluarga yang harmonis, ada penanaman akhlak yang positif bagi anak secara langsung dan terjadi setiap hari. Orang tua yang menjadi peran sentral akan menjadi guru yang baik di lingkungan keluarga, anak akan meniru peran dan kebiasaan yang dilakukan orang tua. Hati-hati, secara perlahan anak-anak akan dengan mudah menyerap nilai-nilai yang menjadi kebiasaan orang tua di rumah, termasuk kebiasaan negatif, seperti contoh kecil, kebiasaan marah-marah, berkata-kata kotor, bahkan kebiasaan-kebiasaan buruk lainnya. Orang tua harus bisa membiasakan kebiasaan positif dimanapun berada. Agar anak-anak juga menirunya. Lebih-lebih peran orang tua harus bisa mengarahkan anak kepada nilai-nilai pendidikan tauhid (keimanan). Entah apa pun agamanya, akan mengukuhkan keyakinan dan keimanan anak. Tidak akan terombang-ambing oleh simpang siur opini yang terus berkembang, lebih-lebih kabar “hoax” baik yang ada di media apapun, termasuk televisi. Menguatkan sikap lebih takut Tuhan daripada lingkungan. Banyak anak dan remaja berbuat kriminal hanya karena dorongan teman. Banyak anak gadis takut ditinggal pacar sehingga melepaskan kehormatan. Padahal, ada orang tua yang menyayangi, ada Tuhan yang melindungi. Keluarga merupakan tempat terbaik untuk berkeluh kesah dan menikmati bahagia. Mendidik hormat kepada orang tua. Pendidikan itu berlaku dua arah. Artinya, hormat anak kepada orang tua akan lahir jika anak menyaksikan contoh baik. Keteladanan sangatlah menentukan. Jadi, tidak ada pilihan lain bagi orang tua: berakhlaklah mulia agar anak meneladaninya. Harmoni antara anak dan orang tua menhasilkan energi positif bagi anak. ( Jawa Pos, Kembalikan Keluarga sebagai Surga bagi Anak; Rabu 12 April 2017; hlm. 4)
            Mulailah dari sekarang untuk membatasi waktu bagi anak yang suka melihat televisi dengan program-program yang kurang mendidik. Temani anak-anak melihat televisi secara langsung, dan ikut memberikan komentar ketika menemukan sesuatu yang buruk pada penayangan program televisi yang ia lihat karena jangan sampai anak ikut berlarut-larut terhadap pengaruh yang ada pada televisi. Apalagi ada banyak kasus kekerasan yang mengerikan dalam berita-berita yang hanya patut di lihat oleh orang dewasa. Ajaklah untuk melihat konser musik yang beradab, kekayaan budaya-budaya Nusantara, melihat siaran langsung pertandingan olah raga, dan penayangan-penayangan yang bersifat alam seperti tempat-tempat yang indah di tanah Nusantara ini. Apakah peran orang tua seperti ini sangat mengganggu kebebasan anak? Tentu tidak, asalkan kita ikut menemani dan menjadi pendamping bagi anak secara bijak dan menyenangkan. Misalkan, ketika ada pertandingan olah raga kita bisa nonton bersama dengan penuh keakraban. Dari kebiasaan itu tak ada sekat-sekat yang membebani dari kedua belah pihak, baik bagi anak dan juga orang tua. Asalkan kita sportif, penuh keterbukaan dan kejujuran serta tanggung jawab sesuai peran masing-masing.
            Khayalan-khayalan yang positiflah yang mampu memberikan inspirasi positif. Pikiran dan hati kita juga akan tetap sehat dengan suplemen inspirasi yang penuh aura positif. Motivasi hidup kita akan selalu terbangun dengan khayalan-khayalan yang bernilai baik. Sehingga kita tidak rentan terhadap kecemasan-kecemasan, stress karena banyak pikiran, ketakutan, bahkan menjadi paranoid terhadap bayangan kita sendiri. Menjadi takut akan sesuatu hal yang belum terjadi. Pikiran kita susah untuk berdialektika dengan lingkungan alam dan lingkungan sosial sekitar karena inspirasi dan khayalan kita telah penuh dengan kekhawatiran yang berlebihan, negatif thinking. Banyak orang-orang yang sukses selalu mempunyai khayalan tingkat tinggi yang bernilai positif. Sehingga betapapun besarnya halangan dan rintangan yang menghadangnya ia selalu mempunyai pikiran dan inspirasi untuk dapat melaluinya. Tak takut dan penuh percaya diri dalam menghadapinya, motivasi positifnya sudah terbentuk sekian lama dari proses ketika ia akan mewujudkan impiannya. Selamat berkhayal. Semoga senang.

Bangilan, 13 April 2017.
*Penulis anggota Komunitas Kali Kening.

           

             

Label:

0 Komentar:

Posting Komentar

Berlangganan Posting Komentar [Atom]

<< Beranda