Kerajaan Kali Keningpun Gempar
http://subject09.web.id/index.php/season-1/22-internal-chaos-full-version/
Oleh. Rohmat
Sholihin*
Seketika
berita kematian kedua pemimpin Kerajaan Kali Kening itupun tersebar seperti
virus. Sekejap, rakyat Kali Kening menjadi resah, ketakutan, khawatir. Ada
peristiwa kekosongan kekuasaan yang bisa menjadi perang saudara untuk menduduki
wilayah Kerajaan Kali Kening yang terkenal masyhur kemakmurannya.
Semua
pejabat-pejabat Kerajaan Kali Kening berkumpul di ruang Paseban Agung. Gong
besar Kyai Sabrang[1]
yang berada di Paseban Agung pun dipukul bertalu-talu, suaranya memekikkan
telinga, “Dong…dong…dong…” Prajurit-prajurit Kali Kening dengan persenjataan
lengkap berjaga dengan ketat. Senjata-senjata canggih dipersiapkan dengan rapi
di lingkungan Paseban Agung.
Komandan-komandan pasukan tempur dengan seragam lengkap terus
meningkatkan kewaspadaan. Kurang lebih seratus lima puluh ribu pasukan Artileri
siap sedia.
Suasana
seperti perang. Karena kedua Ratunya yang terkenal seantero jagat itu telah
berpulang menghadap Sang Pencipta. Dengan segera seluruh pejabat-pejabat tinggi
Kerajaan Kali Kening harus segera mengadakan pemilu. Meski pemilunya dilakukan
oleh khusus internal pejabat-pejabat tinggi Kerajaan Kali Kening. Seluruh
rakyat percaya bahwa hampir semua pejabat Kerajaan Kali Kening selalu memegang
janjinya sebagai pejabat tinggi yang pengangkatannya disumpah di Alon-Alon Kerajaan
Kali Kening yang luas dan merah itu. Jika pemilu dilakukan terlalu lama menjadi
kemungkinan memberikan peluang bagi musuh untuk menduduki Kerajaan Kali Kening
yang sedang Vacuum Of Power atau
kekosongan kekuasaan. Seluruh pejabat tinggi dan rakyat sudah sepakat segera
dipilih pengganti kedua Ratu yang telah meninggal bersamaan itu.
Sumpah
pejabat tinggi Kerajaan Kali Kening setelah diangkat oleh kedua Ratu dan rakyat
harus ditepati dengan sepenuh hati tanpa terkecuali, adapun sumpah itu sebagai
berikut:
Pertama: Percaya kepada Sang
Pencipta dengan menjalankan ibadah sesuai yang dianutnya.
Kedua : Tegas, jujur, sopan
santun, serta menghormati kaum perempuan dan sesama dengan tidak membedakan
status dan golongan tertentu atau keluarga.
Ketiga : Rela berkorban demi
Kerajaan Kali Kening dengan sebesar-besarnya tanpa terkecuali.
Keempat : Harus setia, jika
laki-laki harus setia kepada pasangannya. Begitu juga sebaliknya kaum perempuan
harus setia . Tidak ada perselingkuhan diantara kita apalagi dusta. Haram
hukumnya.
Kelima : Semua pejabat-pejabat
tinggi Kerajaan Kali Kening harus bisa menulis dengan baik. Suatu keharusan
bagi para pejabat untuk bisa menghasilkan karya tulis baik berupa cerpen,
puisi, novel, ilmiah ataupun yang lain.
Keenam : Dilarang menjomblo
kecuali yang telah jompo.
Bahkan
setiap pekan selalu ada pameran karya tulisan seluruh rakyat Kali Kening yang
dilakukan di alon-alon. Kerajaan Kali Kening selalu mengutamakan literasi.
Dengan semboyan nya yang mendunia, “Dengan
literasi kita maju, menang, dan bermartabat.” Dalam sebulan selalu ada
banyak tulisan yang dibukukan dan disimpan dalam Perpustakaan Kali Kening
dengan koleksi bukunya jutaan. Siapa saja bagi rakyat Kali Kening harus
membacanya dengan ditetapkan aturan bagi rakyat Kali Kening setidaknya dalam
sehari menghabiskan buku bacaan antara dua dan tiga. Jika tidak bisa membaca
dalam artian berhalangan harus menulis surat izin langsung ditujukan kepada
Menteri Urusan Membaca Buku dan dilengkapi dengan surat izin dokter. Jika tidak
izin akan dikenai hukuman membaca puisi dialon-alon pada siang hari. Tentu
saja, panas.
Pertemuan
Pejabat-Pejabat Tinggi Kerajaan Kali Kening sebentar lagi dimulai. Mahapatih Dino
Jumantho telah memasuki ruangan rapat dengan seragam kebesaran, seragam hitam
putih. Panglima perang Kafabiha juga telah datang. Penasehat Joyojuwoto juga
tampak tergesa-gesa memasuki ruangan Paseban Agung. Mpu Kerajaan Rosho sudah
datang sedari tadi. Juru bicara Raden Mas Ikal
sibuk menjelaskan kepada wartawan-wartawan Kerajaan karena setiap berapa
jam berita perkembangan selalu ditulis dan diinformasikan kepada seluruh rakyat
Kali Kening yang selalu setia mengawal perkembangan Kerajaan Kali Kening yang
mereka cintai melalui akun-akun resmi Kalikening.
Pertemuanpun
dimulai. Gong Kyai Sabrang dipukul tujuh kali. Ki Agus Suryo dengan gagah,
berlengan bak binaragawan memukul dengan tenaganya yang luar biasa. Kumisnya
yang lebat menandakan kewibawaan tingkat tinggi yang telah dimiliki oleh
seseorang yang berpengaruh dalam Kerajaan besar sekelas Kerajaan Kali Kening.
“Dong…dong….dong….dong….dong…dong…dong..”
bunyinya menggetarkan hati.
“Saudara-saudara seperjuangan,
kami kemukaken kepada sekalian yang hadir diruangan ini bahwa rapat terbatas
kali ini akan membahas tentang pemilihan pemimpin Kerajaan Kali Kening untuk
menggantiken Ratu Sundar Banong dan Ratu Tria yang telah pergi meninggalken
kita semua. Dan rapat kali ini akan saya pimpin sesuai dengan jabatan saya
sebagai Mahapatih, Sebelum saya mulai lebih jauh apakah ada sesuatu yang perlu
untuk ditanyaken.” Kalimat pembuka Mahapatih Dino Jumatho dengan berwibawa.
“Maaf Tuan Mahapatih Dino
Jumantho, Kerajaan Kali Kening ini terpecah menjadi dua bagian dan mempunyai
Ratu dua, dan dua-duanya telah pergi. Apakah kita juga akan memilih dua
penggantinya?” Tanya Penasehat Kerajaan Kali Kening Joyojuwoto.
“Silahken, silahken didiskusiken.
Tujuan kita rapat adalah untuk mencari solusi yang demokratis. Silahken,
silahken dijawab.” Jawab Mahapatih Dino Jumantho.
“Keadaan Kerajaan saat ini adalah
darurat. Dan kita tak bisa harus kembali seperti ketika dua Ratu kita masih
berkuasa dengan bijak. Karena Kerajaan berjalan sangat stabil. Saat ini
Kerajaan kita berada diujung tanduk, sangat memprihatinkan karena kita semua belum
punya pemimpin baru. Alangkah baiknya jika dua Kerajaan dan dua Ratu kita rubah
menjadi satu Kerajaan saja dan dengan satu pemimpin saja. Agar lebih mudah
dalam mengambil kebijakan.” Usul Mpu Kerajaan Rosho.
“Usul sangat baik dan bisa
dipertimbangken, yang lain kami persilahken.” Mahapatih Dino Jumantho menyambut
dengan baik.
“Tidak bisa. Dua Kerajaan tetap
dua kerajaan. Kita punya kepentingan masing-masing meski kita sama. Ingat Ratu
Tria selalu mengutamakan membangun ekonomi dari segi perdagangan sedangkan Ratu
Sundar Banong lebih mementingkan ekonomi mikro dan pertanian. Rasanya kami
belum bisa terima, meski kita sama dalam warga negara Kerajaan Kali Kening tapi
kita punya kepentingan-kepentingan lain.” Tiba-tiba Mahapatih Moxmex menentang
usul Mpu Kerajaan Rosho. Mahapatih Moxmex ini adalah patihnya Ratu Sundar
Banong. Dan ia merasa takut jabatan strategisnya dirangkap oleh Mahapatih Dino
Jumantho. Ia juga berfikir pengganti Ratu Sundar Banong adalah dirinya karena
jabatan dia adalah Mahapatih.
“Kerajaan kita ini darurat Dimas
Moxmex. Setidaknya kita endapken dulu ego dan kepentingan.” Bicara Mahapatih
Dino Jumantho dengan perlahan dan tenang agar emosi Mahapatih Moxmex bisa redam
sedikit.
“Tidak bisa begitu, memilih
pemimpin harus melibatkan rakyat banyak, Kakang Dino.” Balas Patih Moxmex.
“Itu semua membutuhken waktu
lama, Dimas Moxmex. Dan kita tahu bahwa kerajaan-kerajaan lainnya semakin ingin
menjajah kita, dan mereka tahu kita tidak lagi solid karena kedua Ratu kita
telah meninggal. Pangeran AR Hirusugi dengan Kerajaan Elas akan lebih mudah
menaklukken kita.” Bicara Mahapatih Dino Jumantho.
“Bagaimana kalau pemimpinnya
Dimas Moxmex saja.” Usul penasehat Joyojuwoto dengan tenang. Patih Moxmexpun
tersenyum ketika mendengar usulan Penasehat Joyojuwoto yang lebih menguntungkan
posisi dirinya.
“Dalam situasi Kerajaan yang
hampir jatuh tidak bagus memilih Mahapatih untuk dijadikan pemimpin biarkan
Mahapatih tetap menjadi Mahapatih. Sebaiknya kita pilih yang lain saja.” Mpu
Rosho mengusulkan dengan tegas dan tanpa tedeng aling-aling.
“Kamu itu tahu apa Kakang Rosho,
kerjamu itu hanya membuat senjata saja, bukan masalah ketatanegaraan. Jika tak
bisa usul lebih baik diam saja, Mpu Rosho.” Sergah Patih Moxmex dengan nada
emosi.
“Aku hanya usul Patih Moxmex.”
Bantah Mpu Rosho.
“Tapi tidak berguna.” Patih
Moxmex melecehkan Mpu Rosho.
“Kau hanya ambisi Patih Moxmex.”
Mpu Rosho dengan tak mau kalah.
“Berhenti! Hentiken bicara-bicara
yang hanya memancing emosi. Dimas Moxmex tolong hormati Kakang Rosho, biarken
beliau bicara dengan bebas tanpa ada campur tangan darimu itu.” Tiba-tiba Patih
Dino Jumantho berdiri dan mengambil alih pembicaraan.
“Itu usulan ngawur Kakang Dino.”
Patih Moxmex tak mau kalah.
“Jangan sok pintar kau Dimas
Moxmex. Aku sebagai pemimpin rapat disini sangat berhak memberiken keputusan.”
Patih Dino Jumantho dengan berdiri dan memandang tajam pada Patih Moxmex.
“Cuih…kau hanya menggunakan
kesempatan saja.” Patih Moxmex meludah ke lantai yang terbuat dari marmer
pilihan itu.
“Persetan kau Dimas!” Dengan sigap
Patih Dino Jumantho meloncat dan secepat kilat menghunus pedangnya dan
mengayunkan ke arah Patih Moxmex. Tak mau kalah Patih Moxmex segera menyambut
serangan Patih Dino Jumantho. Dan terjadilah duel yang mengerikan. Dua senjata
tajam saling beradu dan suaranya memekikan telinga. Tak kalah Panglima Perang
Kafabiha dengan lincah melerai dengan berada ditengah-tengah mereka.
“Hentikan!” Teriaknya.
Seketika kedua Patih itupun
berhenti.
“Begitulah jika pemimpin yang
diambil dari kalangan Patih yang hatinya sedikitpun tak menyimpan kesabaran.
Selalu ceroboh dan maunya selalu kekerasan. Lebih baik kita tak mengangkat
keduanya karena sama-sama hanya bisa bermain pedang saja namun tak bisa
berfikir dengan baik. Apalagi menulis dengan indah. Aku usulkan lebih baik kita
mengangkat Raden Mas Ikal sebagai pengganti kedua Ratu yang telah meninggal.”
Usul Mpu Rosho lagi.
“Betul. Aku setuju. Raden Mas
Ikal yang selalu baik dengan banyak kalangan dan dekat dengan kedua Ratu kita.
Bahkan laporan-laporan hasil kerjanya selalu mendapatkan rapot memuaskan dari
seluruh pejabat-pejabat penilai Kerajaan Kali Kening ini. bahkan setiap tahun
selalu juara dalam kontes penulisan naskah bergender apapun.” Tambah Penasehat
Joyojuwoto.
Seluruh hadirinpun bertepuk riuh
dan kompak berteriak
“Setujuuuuuuuuu….”
Kedua
patih itu hanya tertegun sesaat. Patih Dino hanya tenang dan diam menerima
hasil keputusan bersama. Sedangkan Patih Moxmex kaget dan kecewa namun ia tak
bisa berbuat apa-apa. Karena seluruh hadirin menyetujui usul Mpu Rosho.
Mendengar usulan Mpu Rosho, Raden Mas Ikal semburat langsung angkat bicara.
“Ampun
para hadirin yang terhormat. Saya belum pantas menjadi pemimpin. Apalagi
memimpin Kerajaan Kali Kening yang megah ini. Saya tak sanggup tuan-tuan.”
Sergah Raden Mas Ikal.
“Tidak Raden Mas Ikal, kau sangat
pantas. Kerajaan Kali Kening ini adalah kerajaan yang mengagungkan literasi
informasi. Bukan kerajaan yang doyan perang namun kerajaan yang mencintai ilmu
pengetahuan yang dapat berkembang dengan pesat.” Sergah Mpu Rosho.
Semuapun
berteriak, “sepakat’ dan dengan semangat “dong…dong…dong….dong….dong….dong…dong..”
Gong Kyai Sabrangpun dipukul bertalu-talu itu bertanda bahwa hasil keputusan
rapat telah diputuskan oleh yang hadir secara bersama.
Dalam rapat organisasi atau apapun
memang selalu ada bibit penyakit ketidakpuasan, itu adalah hal yang biasa.
Begitu juga dalam sebuah Kerajaan yang dihuni oleh banyak orang selalu saja
membawa kepentingan mereka masing-masing meskipun kepentingan itu selalu dihubungkan
dengan kepentingan rakyat. Isu rakyat masih menjadi kue manis untuk berpolitik
dan menduduki jabatan manis pula.
Dan hasil rapat seluruh
pejabat-pejabat tinggi Kerajaan Kali Kening menyimpan ketidakpuasan dan
kekecewaan bagi Mahapatih Moxmex. Dengan pikiran yang busuk ia mempunyai niat
untuk mengkudetanya dilain hari dengan menunggu kesempatan yang memungkinkan.
Karena dilihat pengganti kedua Ratu Kerajaan Kali Kening yaitu Raden Mas Ikal
sungguh lemah dalam menduduki jabatan Raja. Lemah dalam mengatur beberapa
kekuatan perangnya namun hebat dalam kebijakan-kebijakannya. Patih Moxmexpun
berniat untuk memecah kekuatan Kerajaan Kali Kening.
“Tunggu
gebrakanku selanjutnya, Raden Mas Ikal. Aku Patih Moxmex tak kan membiarkan
posisi Raja ada padamu dengan waktu lama. Patih Moxmex akan mengkudeta. Ya, Coup
de etat…” Batin Patih Moxmex. Dengan cepat ia segera keluar dari ruangan
Paseban Agung dengan langkah kekecewaan.
Bangilan, 15 Nopember 2017
*Penulis adalah anggota Komunitas Kali
Kening.
[1]
Gong Kyai Sabrang diciptakan oleh Kyai
Sesepuh Kerajaan Kali Kening bernama Kyai Sabrang Kali yang terkenal dengan keahliannya dalam
membuat senjata perang. Konon Gong itu jika dipukul bisa meredakan rakyat Kali
Kening yang sedang tidak aman. Dengan pemukulnya yang bernama Ki Agus Suryo.
Label: cerpen
0 Komentar:
Posting Komentar
Berlangganan Posting Komentar [Atom]
<< Beranda