Rabu, 29 Maret 2017

USAID: Mari Kita Terus Tebarkan Virus Membaca Pada Anak Didik

Oleh. Rohmat Sholihin*

http://www.peacecorpsconnect.org/companies/returned-peace-corps-volunteers-at-usaid

            Memasuki hari ketiga, Rabu, 29 Maret 2017, dalam pelatihan USAID Prioritas Jatim di MI Negeri Sugiharjo-Tuban dengan materi praktek mengajar dengan menggunakan RPP (Rencana Pelaksanaan Pembelajaran) yang menggunakan model PAKEM (Pembelajaran Aktif, Kreatif, Efektif, dan Menyenangkan) dalam mata pelajaran Bahasa Indonesia kelas 6 yang dilaksanakan di SDIT FAAZ Tuban.  Dalam pembelajaran setiap hari di sekolah, harus selalu penuh dengan suasana menyenangkan dan penuh dengan ide-ide segar serta tidak membosankan. Peserta didik harus mendapatkan pelayanan proses pembelajaran yang tidak boleh asal-asalan dan kurang persiapan dari guru atau pengajar, guru harus punya visi atau gambaran yang jelas dan matang dalam menentukan tujuan pembelajaran. Peserta didik berangkat dari rumah dengan kegembiraan dan semangat yang tinggi untuk menuntut ilmu merupakan tindakan yang mulia, sayang jika tidak disambut dengan senyum kegembiraan dan segala persiapan pembelajaran yang matang. Peserta didik adalah generasi emas yang harus kita kawal, kita pupuk, dan kita jaga dengan baik agar ke depannya menjadikan tulang punggung bangsa yang kokoh dan cerdas. Peserta didik dengan kecerdasan serta keterampilan yang dimilikinya agar mampu meraih kesuksesan dan kebahagiaannya, peserta didik harus di bekali pengetahuan yang cukup agar dapat berkompetisi dalam kehidupan nyata serta mampu mandiri. Guru harus bisa menjadi suri tauladan yang baik untuk para peserta didiknya. Seperti ada petikan lagu tentang guru yang telah diciptakan oleh Melly Goeslow, Terima Kasih Guruku-Guruku Tersayang.
Pagiku cerahku
Matahari bersinar
Kugendong tas merahku di pundak
Selamat pagi semua
Kunantikan dirimu
Di depan kelasmu
Menantikan kami
Reff. Guruku tersayang
Guruku tercinta
Tanpamu apa jadinya aku
Tak bisa baca tulis
Mengerti banyak hal
Guruku terimakasihku
Nakalnya diriku
Kadang buatmu marah namun segala ma’af
Kau berikan
https://www.facebook.com/photo.php?fbid=716245191911697&set=pcb.716245268578356&type=3&theater
Foto bareng Rohmat Sholihin, S.Pd dan Ibu Panca, S.Pd dan peserta didik putri SDIT FAAZ setelah praktek mengajar.
https://www.facebook.com/photo.php?fbid=716245215245028&set=pcb.716245268578356&type=3&theater
foto bareng Rohmat Sholihin, S.Pd,  Ibu Panca, S.Pd dan peserta didik putra SDIT FAAZ setelah praktek mengajar.
Peserta didik harus punya kesempatan yang luas untuk menuntut ilmu. Betapa pentingnya kesempatan untuk menuntut ilmu meski tidak harus dilakukan di sekolah-sekolah. Menuntut ilmu bisa dilakukan dimana saja bahkan ditempat tertutup sekalipun yang tak pernah dijangkau oleh manusia. Ilmu itu ibarat angin yang bisa dihirup oleh siapa saja yang masih bisa merasakan nafas, tuntutlah ilmu dari sejak lahir sampai menjelang kematian. Ini menandakan bahwa betapa pentingnya ilmu untuk kehidupan masa lampau, sekarang dan masa yang akan datang. Ada lagi hadits Nabi yang berbunyi Uthlubul Ilma Walau Bisshin, yang artinya; Tuntutlah ilmu sampai ke negeri China.
            Dan gudang ilmu salah satunya adalah buku untuk dibaca. Tanpa membaca buku kita tidak akan bisa membuka jendela dunia. Buku hampir memberikan pengetahuan dan pengalaman berfikir yang sangat luas, hampir pemikiran kita bisa mencapai tempat-tempat yang tak terbatas, hanya karena kita rajin membaca buku. Membaca adalah inti dari seluruh pembelajaran yang berlangsung. Sebagai guru dan pembimbing bagaimana cara kita harus selalu mengajak peserta didik untuk terus membaca, membaca, dan membaca. Membaca adalah tugas nasional bagi kita semua. Termasuk guru dan peserta didik dimanapun berada. Seperti dalam pembelajaran PAKEM kita berusaha membuat ruang sudut baca disetiap ruang kelas. Meski buku-buku yang berhasil dihimpun adalah buku-buku bekas. Namun, piranti yang bernama buku mempunyai keunikan bahwa buku sulit tergantikan oleh piranti apapun, buku akan selalu memberikan manfaat sepanjang peradaban masih terus berlangsung. Buku-buku bacaan itu bisa didapat dari sumbangan orang tua, masyarakat bahkan para alumni yang berkenan untuk membantu dalam bentuk buku bacaan.
https://www.facebook.com/photo.php?fbid=716245211911695&set=pcb.716245268578356&type=3&theater
Bersama dengan peserta didik SDIT FAAZ, membaca adalah menyibak pengetahuan di balik zaman.
            Namun kebiasaan membaca tak akan muncul jika kita sebagai guru tidak selalu memberikan ruang dan program-program yang berkaitan dengan kebiasaan membaca pada peserta didik. Setidaknya, unsur-unsur pembelajaran harus banyak disisipkan kebiasaan untuk gemar membaca. Jika guru tidak bisa mengajak peserta didik untuk gemar membaca ada beberapa kerugian yang telah terbuang sia-sia. Pertama, peserta didik akan menjadi lamban dalam merespon setiap isu perkembangan pembelajaran yang akan dibangun oleh guru. Karena peserta didik hanya akan bergantung pada guru sebagai satu-satunya sumber belajar, peserta didik kurang ber-inovasi dengan pemikiran-pemikiran kreatif sesuai daya bacanya yang kurang.  Dan peserta didik cenderung pasif. Kedua, peserta didik pergi ke sekolah untuk proses pembelajaran yang hanya memenuhi tuntutan posisi ia sebagai pelajar saja, bertemu dengan teman-temannya di sekolah dan juga tuntutan orang tua. Peserta didik kurang bersemangat terhadap perkembangan proses pembelajaran karena minimnya motivasi belajar yang terbangun, sedangkan dalam pembelajaran PAKEM, peserta didik mempunyai ruang yang luas untuk mengembangakan inovasi-inovasi yang berhubungan dengan proses pembelajarannya. Termasuk mencintai buku dan kebiasaan membaca buku yang telah disediakan di ruang perpustakaan sekolah dan sudut baca di setiap kelas-kelas. Ketiga, peserta didik hanya akan sibuk bermain dan kecenderungan mencoba-coba hal yang negatif. Seperti mulai tertarik dengan merokok, tawuran, bahkan narkoba. Ini yang sangat berbahaya. Peserta didik akan menjadi lepas kontrol. Karena jiwanya telah menjadi liar oleh pergaulan yang salah. Permasalahan delikwensi peserta didik ini juga membutuhkan penanganan yang serius serta berkesinambungan melalui jangka pendek, menengah, dan jangka panjang. Jangka pendek, dengan cara memberikan motivasi serta bimbingan yang langsung bisa dilakukan di sekolah, bisa dengan cara penyelesaian oleh guru bimbingan konseling, wali kelas, serta guru yang lain dengan catatan bahwa semua keluhan dan solusi harus tertulis dan tebukukan dalam buku bimbingan konseling meski hanya bersifat sederhana setidaknya ada penanganan yang bersifat verbalistik. Jangka menengah, bersama dengan orang tua serta masyarakat bahu-membahu untuk ikut serta dalam memperhatikan dan mengawasi anak didik baik di lingkungan rumah dan sekolah. Jangka panjang, pihak sekolah, orang tua, masyarakat serta bekerja sama dengan BNN (Badan Nasional Narkotika), Kepolisian, beserta lembaga-lembaga lainnya ikut berperan aktif dalam memerangi bahaya narkoba secara serentak dan menjadikan gerakan nasional melawan narkoba, ini akan langsung ditangani oleh negara melalui program gerakan nasional.
            Jika guru terus menumbuhkan sifat gemar membaca pada peserta didik, akan ada hal-hal yang positif bagi kita sebagai guru, peserta didik, dan juga orang tua. Yakni, pertama, akan tercipta kedisiplinan pada diri peserta didik terhadap kecintaan ilmu sejak dini. Peserta didik akan lebih bersemangat dalam mempelajari pengalaman-pengalaman dalam isi buku sebagai pengetahuan. Kedua, berpengetahuan luas dan selalu aktif dalam mengikuti perkembangan informasi-informasi yang ada dalam buku. Ini juga berimbas pada karakter peserta didik yang lebih kuat dalam hal mencari dan selalu mencari pengetahuan. Peserta didik akan selalu haus terhadap pengetahuan. Ibaratnya pengetahuan adalah barang yang sangat penting bagi kehidupan lebih dari apapun. Seperti kalimat-kalimat yang keluar dari beberapa tokoh-tokoh dunia yang telah berhasil menginspirasi banyak orang.
“Lebih baik kehilangan rumah dari pada kehilangan buku.” Pramoedya Ananta Toer.
“Penjara adalah tempat mengasyikkan jika ditemani banyak buku.” Moh. Hatta.
“The man who does not good books has no advantage over the man who cannot read them.”-Mark Twain.
Betapa cintanya orang-orang hebat terhadap buku. Buku akan memberikan pengetahuan tanpa minta imbalan, buku akan tetap diam jika tidak dibuka halaman demi halaman untuk dibaca. Buku adalah teman untuk mengusir sepi yang pendiam.
            Begitu juga dalam mengajar, peserta didik  harus terus kita dorong untuk mempunyai kebiasaan suka membaca, baik membaca buku, koran, majalah, bulletin, brosur, yang penting peserta didik terus membaca dengan senang. Dari membaca peserta didik akan menemukan cara yang terbaik untuk belajar. Dengan membaca pemikirannya akan terbuka lebar-lebar untuk pengetahuan di masa yang akan datang. Membaca, membaca, dan terus membaca.




*Penulis termasuk salah satu peserta pelatihan.

Label:

Senin, 27 Maret 2017

USAID: Pelatihan Praktek Yang Baik Pembelajaran MI

Oleh. Rohmat Sholihin, S.Pd*

http://www.peacecorpsconnect.org/companies/returned-peace-corps-volunteers-at-usaid

            Kelompok Kerja Guru Madrasah Ibtidaiyah (KKGMI) Kabupaten Tuban bekerja sama dengan United States Agency International Development (USAID) Prioritas mengadakan pelatihan praktek yang baik pembelajaran pada MI. Rencana pelatihan ini akan di laksanakan selama kurang lebih tiga hari yang dimulai pada tanggal 27 Maret 2017 sampai dengan 29 Maret 2017 di MIN Tuban. Dalam pelatihan ini ada beberapa materi yang menarik yaitu dalam mengelola Madrasah Ibtidaiyah yang berbasis sekolah atau (MBS), Manajemen berbasis sekolah (MBS) dapat diartikan sebagai model pengelolaan yang memberikan otonomi (kewenangan dan tanggungjawab) lebih besar kepada sekolah, memberikan fleksibilitas/ keluwesan- keluwesan kepada sekolah, dan mendorong partisipasi secara langsung warga sekolah (guru, siswa, kepala sekolah, karyawan) dan masyarakat (orangtua siswa, tokoh masyarakat, ilmuwan, pengusaha, dan sebagainya.), untuk meningkatkan mutu sekolah berdasarkan kebijakan pendidikan nasional serta peraturan perundang-undangan yang berlaku. Dengan otonomi tersebut, sekolah diberikan kewenangan dan tanggungjawab untuk mengambil keputusan-keputusan sesuai dengan kebutuhan, kemampuan dan tuntutan sekolah serta masyarakat atau stakeholder yang ada. (Catatan: MBS tidak dibenarkan menyimpang dari peraturan perundang-undangan yang berlaku).[1] Selama MBS mempunyai tujuan yang jelas dan dapat dipertanggungjawabkan secara keseluruhan dari stakeholder yang terkait, MBS akan bisa berjalan dengan baik.
https://www.facebook.com/photo.php?fbid=1937878103111460&set=pcb.1937878683111402&type=3&theater
Saatnya Belajar Dengan Menyenangkan
            Situasi pembelajaran di sekolah-sekolah saat ini hampir mengalami situasi yang memprihatinkan. Anak didik hanya menjadi korban transfer keilmuan yang menjemukan, peserta didik hanya diberikan fasilitas pengajaran yang bersifat teori dan menjawab soal-soal dalam keterkaitannya dengan pengembangan teori yang telah diajarkan. Parahnya lagi latihan-latihan soal itu banyak di dapat dari sistem yang ada pada LKS (Lembar Kerja Siswa), yang notabene-nya tak pernah tahu kondisi psikologis peserta didik. Guru menjadi malas mengembangankan sistem pembelajaran yang aktif, kreatif, efektif, dan tentu saja menyenangkan atau (PAKEM). Guru telah lupa bahwa proses pembelajaran seharusnya berjalan dengan enjoy dan tidak menjemukan, peserta didik telah lelah dengan sistem menjawab soal-soal pada LKS yang menjemukan, kecuali peserta didik hanya akan pandai dalam menjawab beberapa soal namun hatinya menjadi gersang karena sistem pembelajaran tak lagi mencari hakikat nilai-nilai humanis dan konstruktif pada attitude serta cerdas dalam bersosialisasi antar teman. Hari-harinya selalu berkutat dengan soal-soal pada LKS yang tentu saja mengkerdilkan pemikiran dan pengetahuan anak didik. Apalagi dalam LKS itu telah menjadi persyaratan penilaian, dengan adanya tabel kecil diakhir soal yang meyertakan nilai, tanda tangan guru dan tanda tangan orang tua.  Ini akan menjadi keharusan bahwa LKS mempunyai prioritas unsur penilaian. Seharusnya LKS hanya menjadi penunjang ketangkasan peserta didik saja bukan menjadi syarat yang paling dominan dalam menentukan prestasi peserta didik. Peserta didik harus lebih banyak terlibat dalam pembelajaran-pembelajaran yang kritis dan penuh kebahagiaan. Sehingga peserta didik dalam berangkat ke Madrasah atau sekolah penuh dengan semangat dan senyum tanpa harus penuh beban soal-soal LKS.
Sedangkan dalam proses pembelajaran PAKEM, peserta didik harus banyak dituntut untuk membaca buku dengan cara yang tidak membosankan. Dari banyak membaca buku secara terus-menerus akan lebih menambah wawasan. Dan sessi ini masuk dalam bagian pembelajaran PAKEM.
Contoh Kegiatan PAKEM

Aspek PAKEM
Contoh Proses Pembelajaran
Contoh Kegiatan
Aktif
-         Melakukan diskusi
-         Membuat pertanyaan
-         Melakukan simulasi (Bermain peran)
-         Mengukur
-         Melakukan pengamatan

-         Mengamati lingkungan sekitar lingkungan sekitar

-         Membuat teks drama dan memerankannya

Kreatif
-         Mendesain model sendiri
-         Menghasilkan karya yang berbeda
-         Menyelesaikan masalah
-         Membuat pertanyaan
-         Membuat roket mainan
-         Membuat kerajinan tangan
Dan seterusnya.
Efektif
-         Kegiatan pembelajaran ditujukan untuk mencapai tujuan pembelajaran
-         Pemilihan media, strategi, pengelolaan kelas dan sumber sesuai dengan kebutuhan siswa dan tujuan pembelajaran
-         Siswa mempunyai kesempatan untuk menunjukkan pemahaman
-         Menggunakan media untuk membantu pemahaman anak didik. Media bisa berupa gambar atau tulisan.
Menyenangkan
-         Menyelesaikan tugas dalam kelompok
-         Menggunakan permainan untuk pemahaman dan penguatan konsep
-         Melakukan kegiatan bermakna bagi siswa
-         Menggunakan lingkungan sebagai sumber belajar
-         Membuat laporan
Pengamatan
-         Berkunjung ke Museum, perpustakaan, sawah, sungai dan seterusnya.


Pembuatan atau Optimalisasi Sudut Baca
Lokasi            bisa ditempatkan pada sudut belakang kelas. Alat dan bahan yang diperlukan yaitu rak buku, buku, alas baca, label identitas buku. Buku-buku yang akan disediakan antara lain, buku penunjang mata pelajaran, buku cerita, kamus, ensiklopedia. Dan seterusnya. Pihak yang mengadakan perabot serta mekanisme pengadaan sekolah, bantuan orang tua, dan stake holder. Pemanfaatan dalam pembelajaran dibaca saat istirahat, mengisi waktu luang, menunjang materi pembelajaran. Pengembangan dan pemanfaatan yang berkelanjutan, penambahan jenis buku, tukar buku dengan kelas lain, penambahan dari anak. Ada nilai menarik dari bagian ini bahwa anak didik harus banyak dituntut untuk suka dan banyak membaca buku-buku yang ada. Meski setiap kelas tidak mampu menyediakan banyak buku bacaan sendiri, cara ini bisa dialihkan dengan cara memfungsikan perpustakaan Sekolah atau Madrasah dan petugas perpustakaan (Librarian) cukup menyediakan kartu pinjam buku perpustakaan. Peserta didik bisa meminjam beberapa buku bacaan yang diperlukan untuk dibaca. Cara ini juga bisa menunjang program Gerakan Literasi Sekolah. Jadi anak didik tidak hanya berkutat pada buku-buku pelajaran tapi juga bisa membaca buku-buku bacaan lainnya yang bersifat pengetahuan.
Pengelolaan Siswa
Jenis Pengelaolaan
Jenis Kegiatan
Kelebihan
Kelemahan
klasikal
Pemberian Tugas
-         Pembelajaran bisa menjangkau keseluruhan
-         Tidak dapat melayani kebutuhan seluruh siswa.
-         Mengajarnya bertele-tele
Kelompok
Cooperative Learning
-         Peserta menjadi aktif
-         Menggalang kerja sama
-         Mengembangkan kepemimpinan dan keterampilan berdiskusi
-         Hanya memberi kesempatan siswa yang aktif
-         Memerlukan fasilitas yang beragam
Berpasangan
-         Dialog
-         Drama

-         Mengurangi kejenuhan pada siswa terutama rasa kantuk dan bosan.
-         Menstimulus motivasi belajar sehingga mampu memahami materi
-         Menjadi tempat ngobrol
-         Terjadi debat antar siswa yang berujung dengan pertengkaran.

Individual
-         Ulangan harian
-         Dengan modul
-         Peserta didik belajar sesuai dengan kecepatan berfikir masing-masing.
-         Siswa belajar secara tuntas
-         Membutuhkan banayak waktu
-         Motivasi belajar siswa sulit dipertahankan

 Pajangan Karya Siswa
            Memajangkan hasil karya siswa merupakan langkah yang positif untuk menumbuhkan rasa percaya diri dan menghargai karya orang lain. Ini juga bagian dari pengembangan pola pendidikan yang progress atau maju. Ditandai dengan mengembangkan rasa menghargai. Jika ini tidak dipupuk sejak dalam proses pendidikan dikhawatirkan, betapa beratnya menghargai karya orang lain. Ada beberapa langkah-langkah dalam memajangkan karya siswa.
1.      Apa yang sebaiknya guru lakukan dengan karya siswa?
-          Mendokumentasikan
-          Memberikan penilaian
-          Mempublikasikan karya siswa dalam bentuk pameran hasil karya siswa
2.      Apa tujuan memajangkan hasil karya siswa?
-          Menghargai hasil karya siswa
-          Menumbuhkan rasa optimis pada siswa
3.      Karya siswa apa saja yang bisa dipajangkan?
-          Puisi
-          Lukisan
-          Teks pidato
-          Cerpen
-          Surat
-          Hasta karya/kerajinan
4.      Apa yang harus diperhatikan dalam memajangkan karya siswa?
-          Tata letak
-          Kerapian
-          Ukuran ruang
-          Ada unsur nilai seni/art
Proses pendidikan merupakan langkah-langkah untuk membentuk perkembangan pola
pikir dan karakter anak. Sehingga sebagai guru atau pendidik harus lebih perhatian terhadap proses pendidikan yang benar-benar menyenangkan dan mendidik sebagaimana anak manusia.

*Penulis salah satu peserta pelatihan




[1] http://ainamulyana.blogspot.com/2015/03/manajemen-berbasis-sekolah-mbs.html

Label:

Kamis, 23 Maret 2017

Tombak Ciputra

Oleh. Rohmat Sholihin*

https://www.merdeka.com/peristiwa/ciputra-sempat-disangka-keluarga-mata-mata-kini-jadi-orang-kaya.html
            Terkadang orang tak percaya, bahwa orang terkaya sekalipun pernah merasakan miskin sedunia. Tak punya apapun kecuali baju dan celana saja, namun masih punya modal harga diri yang tetap menyala-nyala. Tulisan ini sedikit terinspirasi oleh usaha yang dilakukan oleh pak Ci atau terkenal dengan nama Ciputra. Pengusaha besar yang tergolong orang terkaya nomor tiga pada tahun 2012 dengan aset kelompok usaha senilai US$ 3 miliar. Luar biasa. Namun jangan langsung kita terpukau dengan kekayaan yang telah ia raih tanpa melihat segala sesuatu di balik usaha yang telah dilakukannya tersebut. Ia pernah mengalami hidup susah. Dengan tuduhan memihak Belanda, ayah Ciputra ditangkap oleh penguasa Jepang. Sembilan bulan kemudian sang ayah meninggal di penjara. Tanpa suami, sang ibu membawa anak-anaknya pindah ke desa lain. Akan tetapi, perpindahan ini hanya bersifat fisik. Sebab, dalam kenyataannya, keluarga itu masih mempertahankan usaha kelontong. Sebagai seorang anak pemilik toko kelontong, tentu hidupnya sederhana. Untuk pergi ke sekolah, ia harus berjalan kaki sepanjang 7 kilometer, tanpa sepatu (bare foot). Dan berjalan pulang dari sekolah, ia harus menghadapi panasnya sengat matahari atau kedinginan karena hujan. Pun pada malam hari ia masih mempunyai tugas khusus. Menjaga ladang, dengan tidur seorang diri di tengah hutan. Dalam hutan belantara itu ia tidak lalu diam tanpa berbuat apapun. Alamlah yang membentuk karakter manusia. Jika alam itu ganas maka tak ada alasan watak seseorang itupun menjadi ganas, jika alam itu serba mendukung baik kesuburan, kemakmuran serta kemudahan-kemudahan yang didapatkan, bisa dipastikan watak seseorang itu menjadi malas. Orang akan selalu berfikir keras jika ia dalam situasi yang kritis. Begitu sebaliknya, orang itu akan menjadi malas-malasan jika semua telah ada di depannya. Dengan kelihaian dalam bermain tombak ia selalu berburu binatang-binatang liar untuk diambil dagingnya dan dijual esok harinya. Sehingga memperoleh uang untuk makan, bahkan juga sering membuat topi dari dedaunan untuk dijual warga sekitar.
            Akan tetapi, kehidupan yang sangat bersahaja pada masa kecilnya itu ia jalani dengan bahagia. “I can still feel the heat and cold (and) pangs of  hunger … but I tried to enjoy what I had. I was always thinking about how I could get out of (that) situation” (saya masih bisa merasakan terik dan dingin masa itu (dan) rasa perih karena lapar … tetapi saya berusaha menikmati apa yang saya miliki. Saya selalu berfikir tentang bagaimana bisa melepaskan diri dari situasi itu). Dan modal untuk melepaskan diri dari situasi hidup bersahaja tersebut adalah kepekaan kewirausahaan yang terasah sejak Ciputra kanak-kanak yang diperoleh dari interaksi kesehariannya dengan barang-barang kelontong di rumahnya.
            Ada mata rantai yang menarik dari sosok Ciputra yang berhasil menjadi orang terkaya nomor tiga. Pertama, kemauan yang keras dari dalam dirinya untuk mendapatkan sesuatu yang menghasilkan. Yaitu dengan bersenjata tombak dan tidur sendirian di tengah hutan menjadikan ia bukanlah sosok yang penakut dan berwawasan sempit. Karakter sebagai manusia yang berburu adalah karakter yang pemberani. Menengok sedikit sejarah dalam peradaban manusia purba yang belum ada perkembangan apapun kecuali mengandalkan alam. Kekuatan fisiklah yang mampu bertahan dalam mengarungi ujian ganasnya alam. Terutama untuk mendapatkan makanan mereka harus berburu binatang liar, dengan berlari, bertarung menangkap bahkan menaklukan binatang liar tersebut. Belum lagi harus berlindung menghadapi binatang-binatang buas yang siap menerkam. Sehingga dari berburu tersebut lambat laun mempengaruhi perkembangan mental dan fisiknya menjadi pemberani dan kuat. Kedua, dengan keterampilannya ia membuat topi dari dedaunan membuat ia harus juga kreatif. Tidak lagi menggunakan kekuatan fisiknya namun keterampilannya ia dalam membuat hasil karya yang mampu dihargai oleh orang lain. Bagaimana trik-triknya ia menawarkan ke orang lain?, sehingga bisa laku terjual dan mendapatkan hasil. Ketiga, ia juga harus terbiasa dengan kebiasaan-kebiasaan untuk menumbuhkan mental kewirausahaan. Contohnya, ketika ia dirumah harus terbiasa dengan barang-barang dagangan yang bertumpukan. Bagaimana ia menganggap bahwa barang-barang itu adalah sumber penghasilan. Secara tidak langsung orang tuanya menciptakan lingkungan budaya kewirausahaan itu.
            Ketika ia menginjak remaja iapun meneruskan studinya ke Institut Tehnologi Bandung (ITB). Sejak 1961, setelah lulus iapun mendirikan PT Pembangunan Jaya, sebuah perusahaan konsultan arsitektur. Tetapi, kendati menjadi bagian dari pemilik perusahaan, ia secara psikologis, masih berada dalam situasi masa lalu. “at that time,” ujarnya, “I felt desperate because I had to work as a consultant. We were only completing the tasks assigned by customers. I soon knew this type of job required me to wait, and that would never bring multiple results.” (Pada waktu itu saya merasa hampir berputus asa karena saya harus bekerja sebagai seorang konsultan. Kami hanya menyelesaikan tugas-tugas yang diminta pelanggan. Segera saya sadari bahwa pekerjaan semacam ini memaksa saya untuk menunggu, dan itu tidak pernah melahirkan hasil yang berganda). Inilah yang menyebabkan Ciputra secara psikologis masih berada di bawah bayang-bayang situasi struktural masa kanak-kanaknya, yang terbatas dan “tak membebaskan”.
            Celah pembebasan dari psikologi keterkungkungan masa lalu itupun terkuak, ketika ia bertemu dengan Gubernur Jakarta Sumarno. Dalam kesempatan ini ia harus bertemu dengan Presiden Sukarno yang terkesan dengan ide dan gagasan serta tawaran untuk merubah konsep bangunan Pasar Senen. Ia merasa tertantang dan harus membuktikan bahwa ia harus bisa keluar dari situasi itu, how I could get out of that situation. Dengan proyek Pasar Senen tersebut, ia telah menjadi “tuan”, mengerjakan dan mewujudkan impiannya sendiri. Dan, pasca proyek tersebut Ciputra sebagaimana yang kita saksikan dewasa ini, kian mengukuhkan posisi “tuan” atas dirinya sendiri. Dari pembangunan proyek Pasar Senen, Ciputra telah bergerak melebihi ekspektasi, bahkan Ciputra telah meresmikan pembangunan tiang pancang (groundbreaking) gedung perkantoran Ciputra World 2. Tujuannya adalah menciptakan sebuah kawasan yang: setara dengan ikon pusat perbelanjaan dan hiburan di kota besar dunia, seperti Orchard Road di Singapura, Champs Elysees di Paris dan Ginza di Tokyo. Dan proyek ini tentu ribuan kali lebih besar dari proyek pembangunan Pasar Senen abad lalu itu. Sebab, secara keseluruhan,proyek yang memadukan Ciputra 1, 2, dan 3 yang melingkupi kawasan superblok seluas total 15 hektar-itu direncanakan menjadikan Jakarta memiliki pusat perbelanjaan taraf dunia dan “tujuan utama orang ke Jakarta.” Benar-benar tombak Ciputra telah mengenai sasaran lebih dari yang ia perkirakan, bahkan lebih dari binatang buas sekalipun.
            Tulisan ini sebenarnya hanya ulasan dan kutipan yang aku ambil dari buku yang berjudul “Antara Pasar dan Politik. BUMN di Bawah Dahlan Iskan”. Yang ditulis oleh Fachry Ali dan R.J. Lino. Namun bagiku buku ini memberikan motivasi yang hangat untuk kita, bagaimana langkah-langkah kita bisa keluar dari banyak kesulitan terutama kesulitan dalam merintis usaha  apapun termasuk dalam membangun sebuah komunitas Literasi seperti Kali Kening ini. Kita perlu seorang manajemen yang handal dan petarung sejati dengan catatan tidak meninggalkan beberapa kasus yang bisa membuat komunitas itu sendiri mengalami degradasi. Dalam artian malah terpuruk. Membangun komunitas literasi itu memang lain dari yang lain tidak seperti membangun sebuah perusahaan dalam bidang perniagaan yang menghasilkan profit yang besar, akan tetapi kita dalam membangun komunitas literasi ini adalah bekerja untuk kebudayaan, dimana pola pikir kita yang banyak berhubungan dengan dunia membaca dan tulis-menulis kemudian berusaha untuk dibukukan menjadi sumber pengetahuan yang bisa di akses oleh banyak orang. Membukukan hasil karyapun harus rela membayar pada perusahaan penerbit dan itupun tidak murah. Jika orang waras dan tidak mencintai pengetahuan, mana mungkin mau berkiprah di dalamnya? Karena jawabnya pasti sederhana, tidak menguntungkan dan bahkan tak ada penghasilan. Usaha untuk membesarkan hati saja, ada ide dengan menjual hasil karya ke orang lain setelah menjadi karya buku. Itupun berapa untungnya? Dan pasti labanya dikembalikan pada modal patungan pada anggota dan keberlangsungan komunitas.
            Namun, kisah perjalanan seseorang ataupun kelompok terkadang tidak sejalan dengan garis linear pemikiran. Banyak kemungkinan-kemungkinan yang bisa saja terjadi. Karena hidup adalah dinamis, maka dari itu kita harus dinamis pula untuk mengikuti arus kehidupan ini. Seperti arus air sungai yang telah membawa beban dan akan lebih ringan jika kita mengikuti arusnya. Tulisan ini tidak ada niat sedikitpun untuk memprovokasi pada yang lain tapi kutipan yang aku ambil di atas melalui pengalaman orang-orang hebat seperti Ciputra adalah bahwa perjuangan selalu di mulai dari titik nol, hikmahnya dibalik itu bahwa kita harus kuat bertahan dan tabah dalam menyelesaikan permasalahan serta bijak dalam mengambil sikap serta tidak mudah berputus asa. Bekerja dalam kebudayaan adalah bekerja untuk keabadian. Maka tak usah takut untuk tidak mendapatkan apa-apa tapi setidaknya kita telah mendapatkan banyak tempat di hati orang lain melalui banyak karya. Dan bagaimana kita bisa keluar dari situasi apapun, meski sangat sulit. Salam kebudayaan. Maju terus Komunitas Literasi Kali Kening.


Bangilan, 23 Maret 2017.

*Penulis anggota Komunitas Kali Kening.

Label: