Tips Belajar Menulis
http://www.tamanbacakesiman.com/dapur/
Dari Menulis Menu
Masakan
Kemarin
kita singgung cara belajar menulis sederhana dengan menulis daftar belanjaan. Dan
sekarang kita bisa mencoba memulai belajar menulis dengan menulis menu masakan.
Aneh tentunya. Namun, akan menjadi bahan tulisan yang menarik jika menu masakan
itu kita jadikan quite-quite yang menarik. Kita tahu bahwa untuk menjadi
penulis adalah harus bisa menggambarkan semua situasi dalam bentuk tulisan yang
enak untuk dibaca dan dicerna dengan akal. Meski hanya dari situasi yang
sederhana atau tidak begitu penting. Menulis menu masakan. Dan biasanya yang
paling tanggap dan memikirkan perjuangan untuk mewujudkan masakan di meja makan
setiap hari adalah kaum Hawa atau para ibu-ibu. Sedangkan para suami atau
bapak-bapak hanya menuntut saja tak pernah mau tahu urusan dapur. Meski kaum
bapak-bapak lebih bertanggung jawab dalam segi financial. Tapi juga banyak para
ibu-ibu dengan lincah ikut berpartisipasi dalam membantu kondisi keuangan
keluarga atau para ibu-ibu tidak mau tinggal diam dan duduk manis dirumah tapi
ikut berjibaku membantu perekonomian keluarga.
Meski
para ibu-ibu juga ikut sibuk bekerja namun tidak pernah sedikitpun melupakan
urusan dapur. Bagaimanapun di atas meja makan selalu tersedia menu masakan
untuk keluarga, Walau jika sudah sangat sibuk tidak punya waktu untuk memasak didapur,
bisa juga membeli di warung, ini lebih cepat dan akurat. Dan menu masakannya
juga bisa berganti-ganti, sekarang masakan rawon, besok soto, besoknya lagi
sayur asam, sayur lodeh dan seterusnya sesuai dengan selera masing-masing. Peran
istri hanya membelikan bukan memasakkan. Untuk para istri tak usah tersinggung
ya, karena memang sudah banyak ditemui di masyarakat kita. Terkadang lebih
parahnya lagi jika ada ibu-ibu dengan sinis melihat temannya belanja sayur di
pasar untuk dimasak dirumah, mereka mengejeknya bahkan bahasa now, mem-bully
dengan kalimat-kalimat yang pedas. Lebih keterlaluan lagi difoto dan diunggah
di media sosial dan ditambahi dengan komentar-komentar miring. Inilah fenomena
sosial saat ini. ibu-ibu juga tak mau kalah dengan urusan pencitraan. Benar-benar,
deh.
Sedangkan
ibu-ibu yang tetap setia memasak dirumah, ada banyak hal menarik untuk di
tulis, meski sangat sederhana. Dari awal menulis menu masakan. Bagaimana menu
masakan rawon, soto, pecel Madiun, dan masih banyak lagi. Dan tulisan itu bisa
ditaruh di buku agenda, buku tulis atau bahkan dikertas lalu ditempel di
dinding-dinding dapur seperti mading. Lumayan bisa menambah suasana dapur lebih
menarik dan unik sehingga kita sebagai para ibu lebih betah untuk berada di
dapur tercinta. Bahkan dapur bisa dimodifikasi penataan ruangnya mirip
perpustakaan mini. Luar biasa. Ruang dapur menjadi perpustakaan menjadikan para
ibu lebih rajin membaca dan memasak tidak bosan atau boring. Tentu saja lengkap dengan musiknya, radio, tv, bahkan dvd,dan
bisa karaoke, dapur ala kafe.
Ada lagi
kalimat-kalimat ungkapan yang muncul di dapur ketika memasak juga banyak dan
lucu-lucu. Misalnya:
-
baumu seperti sayur asam,
kecut.
-
Bau terasi, kamu belum
mandi.
-
Rasa masakanmu asin, kamu
minta nikah ya.
-
Bicaramu seperti gado-gado,
tak jelas.
-
Kisahmu manis seperti gula.
-
Kisahmu sedih dan pahit
seperti pare.
-
Kritikmu pedas laksana cabe.
-
Dan seterusnya.
Meski hanya memulai dari menulis
menu masakan, ternyata banyak juga ide-ide untuk
Bisa ditulis dan dikembangkan menjadi sebuah tulisan
yang menarik. Menulis tidak harus menuliskan ide-ide yang berat dan tingkat
kesulitannya sangat sulit. Namun, menulis itu bisa dilakukan kapan saja dan
ditempat mana saja. Selamat mencoba untuk belajar menulis. Tak usah takut untuk
tidak dibaca.
Bangilan, 23 Nopember 2017.
Rohmat Sholihin.
Label: Tips Menulis
0 Komentar:
Posting Komentar
Berlangganan Posting Komentar [Atom]
<< Beranda