Jumat, 24 Agustus 2018

Ingin Menang? Fokus dan Jaga Emosi


https://www.google.co.id/search?q=timnas+u+23&safe=strict&source=lnms&tbm=isch&sa=X&ved=0ahUKEwifmLH9kIXdAhXKKY8KHcpJAa0Q_AUIDCgD&biw=1366&bih=631#imgrc=7W4Hpg9KcqCWIM:

            Detik-detik pertandingan Timnas Indonesia dengan Uni Emirat Arab dalam lanjutan 16 besar Asian Games sebentar lagi akan dimulai. Tepatnya, pukul 16.00 WIB nanti pada Jumat tanggal 24 Agustus 2018 di Stadion Wibawa Mukti, Cikarang, Bekasi. Pertandingan ini cukup krusial, memasuki fase gugur, 16 besar. Ada rasa was-was bagi kedua tim untuk segera mengamankan tiket menuju 8 besar. Seluruh strategi dan taktik sama-sama dipersiapkan untuk meraih kemenangan dan lolos ke babak berikutnya. Terutama Timnas Indonesia sebagai tuan rumah.

Melihat peta kekuatan kedua tim bahwa tim Uni Emirat Arab jauh di atas Indonesia. Bahkan Timnas UEA (Uni Emirat Arab) pernah tampil di ajang paling bergengsi pesta sepak bola dunia yaitu Piala Dunia 1990 di Italia dengan juaranya Jerman Barat melawan Argentina. Itu menandakan bahwa UEA mempunyai tradisi sepak bola yang cukup kuat meski dalam ajang Asian Games 2018 hanya mampu menjadi peringkat ketiga dalam group C. Dan Timnas Indonesia dengan peringkat urutan 164 berada di bawah Taiwan dan Hongkong mampu menjadi kuda hitam dan melesat menjadi juara group. Luar biasa, namun jangan terlena masih ada ujian berat menuju 16 besar menghadapi Timnas UEA asuhan pelatih Magiet Skorza. Bagaimanapun pertandingan sore ini Timnas Indonesia harus sukses meraih poin kemenangan. Jangan mengandai-andai menuju final atau menjadi juara terlebih dahulu tapi lalui pelan-pelan tiap pertandingan dengan meyakinkan. Pastikan pertandingan yang berat ini adalah pertempuran yang memberikan kontribusi besar dengan semangat yang tak kunjung padam buktikan bahwa merah putih punya mental juara. Bermain dengan bebas dan hilangkan tekanan-tekanan yang bisa menghantui setiap saat. Kembangkan umpan-umpan pendek dengan cepat dan akurat dari lini ke lini, selesaikan peluang dengan baik dan jaga emosi jangan sampai terpancing oleh provokasi-provokasi yang selalu diciptakan oleh Timnas UEA karena untuk membuyarkan konsentrasi permainan. Selalu fokus dan tenang.

Meskipun dari beberapa hasil pertandingan yang pernah dilakukan oleh Timnas Indonesia asuhan dari Luis Milla melawan tim-tim dari Timur Tengah memang agak kurang sedikit menyenangkan karena banyak kekalahan. Melawan Palestina dalam babak penyisihan juga kalah 2-1. Skor tipis ini sangatlah berarti. Bagaimana semangat tim harus dibangun kembali, membenahi kelemahan-kelemahan tim yang perlu untuk diperbaiki, terutama emosi pemain. Jangan sampai emosi pemain-pemain Timnas Indonesia terpancing dengan drama-drama permainan yang akan disuguhkan oleh Timnas UEA. Semua pengamat banyak yang melihat gaya permainan Timnas UEA yang lebih mengedepankan memancing emosi lawan. Seperti yang pernah terjadi ketika melawan Timnas Malaysia dalam pertandingan uji coba bahkan sampai kisruh antar pemain. Jika ingin sukses meraih kemenangan pemain Timnas Indonesia harus menghindari itu. Tak ada sesuatu yang tak mungkin. Jangan berkecil hati. Buktikan bahwa kita bisa bermain bagus dan meraih ekspektasi lebih, inilah saatnya membuktikan bahwa tim Garuda Muda bukan tim yang lemah. Bangun sistem pertahanan yang kuat dan kokoh. Perkecil kesalahan dan jangan memberikan sedikit peluang pada lawan untuk menyerang. Bola tak ubahnya seperti politik, taktik dan strategi harus jitu.

Timnas Indonesia masih punya banyak peluang untuk memenangkan pertandingan sore hari ini. Saya kira Luis Milla bukanlah pelatih yang baru kemarin sore menangani tim, bahkan ia juga pernah punya pengalaman menangani tim dari UEA tepatnya Al Jazira, ia akan menempatkan beberapa pemain pilar-pilarnya dalam menghadapi Timnas UEA dengan tepat. Timnas Indonesia terkenal mempunyai kecepatan yang bisa dikembangkan untuk menggedor pertahanan Timnas UEA, mulai dari sayap dan tengah, juga daerah pertahanan yang dimotori oleh Kapten Hansamu Yama harus meningkatkan kewaspadaan kembali. Hasil dari pertandingan melawan Hongkong dan gol yang terjadi di gawang Timnas Indonesia adalah hasil kurangnya waspada di daerah pertahanan. Ini pekerjaan rumah Coach Luis Milla yang segera untuk dibenahi. Apalagi materi pemain-pemain UEA mempunyai postur tinggi dibandingkan dengan Timnas Indonesia, tentu saja bola-bola atas akan lebih mendominasi, jaga ketat dan waspada jika terjadi bola-bola mati dan tendangan pojok. Pemain-pemain Garuda Muda harus bisa mengembangkan permainan dengan umpan pendek dan cepat. Skill individu pemain Indonesia tidak kalah. Ini yang harus dimanfaatkan dengan matang. Jika Indonesia ingin menang, bermainlah dengan tenang dan fokus, tak usah terpancing emosi, bermainlah dengan lepas, nikmati gaya permainan ala kita, umpan pendek dan cepat. Tak ayal gol pasti akan tercipta dari Timnas Garuda Muda. Bravo sepak bola Indonesia. Tetap optimis untuk menang. Berikan kado spesial di HUT yang ke 73 Indonesia Merdeka!. Tentu saja dengan permainan yang cantik dan kemenangan. Aamiin.

Bangilan, 24 Agustus 2018.
Pukul 14:00. Belajar Analisis Tipis-tipis Timnas Kita.
Rohmat Sholihin
Penulis aktif di Tim Sepak Bola Bangilan FC.



Label:

Kamis, 23 Agustus 2018

Mendulang Harapan di Lokajaya



Tim Bangilan FC saat bertanding uji coba melawan Pemkab Tuban di Stadion Lokajaya Tuban. Dokumen pribadi. Foto. Rohmat S.

Jika ingin menjadi berani, berjuanglah terus untuk berani, berani tidak datang secara tiba-tiba tapi berani perlu untuk diperjuangkan secara terus-menerus dan tiada pernah berhenti. Kalimat ini sangat cocok untuk memotivasi semangat anak-anak muda dalam membangun tim sepak bola. Seperti tim sepak bola usia 15 dan 19 pada Bangilan FC yang beberapa hari kemarin bertanding dengan tim senior Pemkab Tuban di Stadion Loka Jaya Tuban. Tepatnya pada Jumat, 6 Juli 2018 pukul 15.30 WIB. Meski berakhir dengan kekalahan telak 4-1. Tapi makna di balik kekalahan itu sangatlah besar. Kemenangan yang mampu diraih itu adalah konsistensi dari hasil kerja keras yang berkesinambungan. Sedangkan kekalahan adalah hasil terburuk untuk kita jadikan cambuk untuk terus berusaha dengan sekuat tenaga agar menjadi menang.
Ada hal yang menarik yang perlu saya laporkan sebagai bahan kajian kita bersama. Pertama, melatih keberanian mental tanding anak-anak. Baru beberapa hari ini tim berlatih kembali secara terjadwal dan sesuai menu latihan yang seimbang. Fisik, tekhnik, dan game. Karena sebelumnya tim ini tercerai berai tidak pernah berlatih secara bersama. Ada faktor yang menghalangi, perbaikan sarana lapangan yang memakan waktu berbulan-bulan hingga tidak ada komitmen lagi untuk berlatih, juga lapangan yang belum bisa digunakan berlatih dan bertanding secara layak. Kondisi rumput dan batu-batu yang masih belum beres 100 persen, perbaikan lapangan tidak sampai tuntas, sehingga selera berlatih bersama-sama lagi menjadi hilang, menurut istilah anak muda zaman now atau kitab gaul, ill feel, hilang rasa atau tak berselera karena keadaan yang tidak mendukung. Di samping itu juga untuk keselamatan pada diri kita. Dari pada berakhir dengan cidera lebih baik tidak karena kondisi lapangan yang sangat buruk tidak bisa digunakan untuk bertanding. Saya pernah menyampaikan kritik langsung di depan Kepala Dinas Pendidikan dan Kebudayaan di MTs Ittihadul Islamiyah Kedungjambangan-Bangilan pada saat pertemuan pembentukan KKGO Madrasah Kecamatan Bangilan atas kondisi lapangan saat ini. Mendapat respon positif namun tidak pernah ada tindakan nyata akhirnya kita sendiri yang harus berbuat sesuatu agar lapangan bisa dipakai kembali meski masih ada beberapa titik yang perlu untuk di benahi lagi. Pelan-pelan, batu-batu yang masih ada dan berserakan menancap di lapangan kita rapikan lagi, kita benahi semampu kita dan tanah-tanah yang tidak rata kita ratakan dengan tambal sulam. Lumayan lambat laun bisa kita gunakan lagi. Berlatih kembali, menata lagi, semangat lagi dan bertanding kembali.
Kedua, menyatukan tim lagi. Dalam tim yang banyak karakter ini di satukan lagi dengan strategi dan taktik bermain yang terus berubah-rubah. Artinya memadukan tim tidak urusan mudah, perlu beberapa waktu dan proses berlatih secara intens. Sehingga kita bisa belajar dan mengetahui skill dan karakter beberapa pemain agar bisa mengembangkan beberapa strategi dalam tim.
Ketiga, memperbanyak pengalaman bertanding uji coba secara tepat dan terukur. Artinya kita bertanding harus memperhatikan waktu, tidak terlalu mepet dan tidak terlalu lama, rentang waktu harus kita atur sedemikian rupa sesuai dengan tingkat latihan dan persiapan. Idealnya dalam waktu satu sampai dua minggu kita bisa menyempatkan bertanding uji coba dengan tim yang jauh berada di atas kita secara kualitas agar kita bisa mendulang banyak pengalaman dari tim lawan yang lebih berkualitas. Namun jika kita akan mempersiapkan kompetisi kita bisa melakukan pertandingan uji coba minimal satu minggu satu kali. Di samping itu sistem pertandingan uji coba ini bisa sebagai salah satu cara untuk mengurangi kejenuhan dalam berlatih. Berlatih terus namun jarang bertanding, pasti jemu, out let dari hasil latihan menjadi semu. Tidak ada target tertentu. Motivasi pemain untuk berlatih bisa menjadi rusak.
Secara materi tim memang kita kalah. Tim Pemkab Tuban mempunyai banyak pemain-pemain yang sudah cukup berpengalaman baik secara mental, tehnik, dan skill. Sedangkan kita Bangilan FC yang banyak dihuni oleh pemain-pemian muda hanya mengandalkan kecepatan. Buktinya tidak lebih dari 10 menit tim Bangilan FC sudah bisa melesakkan bola ke gawang Pemkab Tuban. Menjelang 25 menit baru irama permainan bisa dikuasai oleh Pemkab Tuban karena materi pemain-pemainnya yang sudah cukup piawai dalam mengatur tenaga, kerja sama tim, dan skill yang mumpuni. Hingga pertandingan bubar keadaan skor mampu di balik 4-1 untuk Pemkab Tuban dengan 2 gol hasil tendangan finalti akibat pelanggaran yang dilakukan pemain-pemain Bangilan FC yang notabenenya, pemain muda, tentu saja muda segalanya termasuk skill, tehnik, dan pengalamannya. Semangat terus Bangilan FC. Bravo sepak bola Bangilan.

Lokajaya, 23 Agustus 2018.
Tulisan ini hanya sekedar belajar menganalisis tipis-tipis dari hasil pertandingan uji coba yang telah lalu.
Rohmat Shoihin
Penulis aktif di Bangilan FC.

Label:

Jumat, 03 Agustus 2018

Catatan 3 : Ada Bola di Dadaku

Ada Bola di Dadaku


            Masih ingat lagu Garuda di Dadaku, yang diciptakan oleh kelompok musik Netral. Dan biasa dinyanyikan oleh para supporter Timnas Indonesia, baik anak-anak kecil, muda, tua di setiap event sepak bola yang ada di seluruh penjuru tanah air dengan semangat menyala-nyala. Luar biasa. Masyarakat Indonesia memang gila bola atau sangat menyukai sepak bola. Belum lagi acara nonton bareng di kafe-kafe, lapangan, kecamatan, warung kopi, tempat parkir, dan bahkan di rumah masing-masing. Degup jantung dag-dig-dug, dibuatnya. Ketika Timnas kita sedang bertanding. Rasa nasionalisme kita tumbuh hanya dari pertandingan sepak bola. Sepak bola telah berhasil menjadi olahraga ikon nasionalisme. Seakan-akan bagaimanapun situasinya negara, kalau pertandingan sepak bola  Timnas menang pasti aman. Tak kan ada kemarahan rakyat meski kondisi ekonomi kian terpuruk. Jawabannya hanya singkat, yang penting Timnas kita menang. Mungkin itu terlalu berlebihan, meski Timnas kita belum berhasil lolos ke piala dunia ajang paling bergengsi event sepak bola di seluruh penjuru dunia.
Dan kita baru saja usai menonton Piala Dunia 2018 dengan gegap gempita. Demamnya juga masih tersisa. Meski masih ada yang kecewa. Jagoannya kandas. Sabar. Masih ada lagi Piala Dunia 2022. Namun jago kita kapan ya? Timnas Indonesia. Tak usah berharap banyak, siapa tahu bisa lolos. Dalam sepak bola semua serba mungkin. Masih ingat tim Italia dipecundangi oleh Korea Selatan? Bahkan yang masih hangat, Jerman sebagai juara bertahan di kandaskan oleh Korea Selatan juga dengan skor 2-0. Komplit, Korea Selatan bisa disebut sebagai Tim Jagal. Tim Jagal Korea Selatan U-19 saja juga pernah di pecundangi Timnas Indonesia U-19 dengan skor yang fantastis, 3-2, hasil hattrick Evan Dimas. Apa yang tidak mungkin dari sepak bola? Semua masih serba mungkin, maybe. Selama kerja keras dan terus berlatih dengan konsisten tak mungkin tidak. Semua bisa dicapai, proses yang baik hasil tentu baik.
Sepak bola saat ini sudah seperti nafas bagi penggemarnya. Bahkan sudah melalui tahap fanatik. Hancur lebur membela dan memberikan semangat kepada jagoannya. Sampai mati. Tak ingin jagoannya kandas. Saling tidak terima, kedua tim pun sering saling menyerang. Kacau jadinya. Bentrokpun terjadi. Imbasnya ada pengrusakan fasilitas-fasilitas umum sebagai pelampiasan rasa kesal, marah dan kecewa. Sepak bola adalah permainan, ada kalah dan ada menang seperti cabang olahraga lainnya. Bagaimanapun hasilnya kita harus belajar menerima dengan lapang dada. Tim yang kalah harus terima dan yang menang juga jangan jumawa. Sikap sportif itu harus ditegakkan setinggi-tingginya agar semuanya bisa berprestasi dengan baik, apapun itu, bukan hanya dalam sepak bola, bahkan bisa dalam kehidupan sehari-hari di lingkungan keluarga dan masyarakat.
Bagi yang sangat menyukai sepak bola, rasa-rasanya itu: ada bola di dadaku, berdegup kencang dan berdebar-debar dalam jantung, mengalir dalam aliran darah dan menjalar ke seluruh tubuh. Pikiran yang keluar selalu bola. Bicara selalu bola. Bola melulu, kapan bosannya? Entah, sepak bola seperti makanan pokok ala orang Indoensia, yaitu nasi. Dan mungkin saja kalau Indonesia masuk piala dunia, nasipun akan ikut masuk menjadi menu piala dunia. Karena para supporter juga pasti akan nekat ikut serta melihat dan datang memberikan semangat pada tim jagoannya untuk bertanding. Aku memimpikan hal itu pasti seru. Seru “bingit,” bahasa gaulnya. Agar piala dunia menjadi lengkap. Karena ada Indonesia. Negara besar yang mempunyai jumlah penduduk hampir 250 juta jiwa, bermacam-macam suku bangsanya, luas wilayahnya, 17.506 jumlah pulaunya tersebar di lautannya yang luas. Pasti seru.
Sekedar mimpi tentu saja boleh, tiada yang melarang karena mimpi sampai kapanpun belum pernah dilarang. Dari membangun mimpi semua bisa terwujud. Bermimpilah setinggi langit. Dari mimpi akan terobsesi menata diri dan mempersiapkan diri sebaik mungkin, belajar dari waktu ke waktu tiada kenal lelah, demi mimpi. Masih takut bermimpi? Asalkan mimpi yang positif.
Membangun mimpi juga bisa dimulai dari hal yang paling sederhana. Seperti impian dalam membangun tim sepak bola tingkat bawah, dari tingkat desa. Struktur pemerintah paling bawah. Jangan salah, sulitnya juga luar biasa. Mempersiapkan beberapa fasilitas, pemain, instruktur, materi, kompetisi, pertandingan uji coba, dan juga yang lainnya. Tentu saja untuk prestasi yang baik, prestasi juara. Bukan sekedar bermain saja, siapapun pasti bisa.
Seperti Tim Bangilan FC, tim sepak bola dari Kecamatan Bangilan Kabupaten Tuban, yang lama telah vakum tak ada kegiatan apapun, mati suri lebih tepatnya, sampai lapangan di rehabpun masih belum ada tanda-tanda bangkit untuk latihan seperti biasa. Seakan-akan animo masyarakat terhadap sepak bolapun menurun drastis, dan tidak sesuai pembahasan yang di atas, selalu mendukung tim dengan fanatik dalam tanda kutip dewasa, sportif dan antusias. Para penggemar sepak bola Bangilan seperti sedang lesu, ibarat sebuah perusahaan yang bertarung di pasar saham mengalami terjun bebas, hampir pailit atau bangkrut tak ada suplai dana untuk memperbaiki situasi atau memulihkan kondisi  di pasaran. Hancur total. Imbasnya dalam kompetisi tak mampu bersaing dengan tim-tim lain yang lebih sehat dan segar-bugar.
Segala daya dan upaya harus dibangun lagi. Segera. Tidak usah menunggu waktu esok atau lusa. Sekaranglah waktu yang tepat untuk membangun tim kembali. Semua pemain-pemain harus dikumpulkan lagi, disatukan lagi, semua umur, tim usia 12 tahun, tim usia 15 tahun, dan tim usia 19 tahun ke atas. Satukan semua dalam satu visi: membangun dan memajukan kembali sepak bola Bangilan. Semarakkan lagi Gelora 17 Agustus dengan kegiatan-kegiatan olah raga, sepak bola harus kembali di tata lagi dengan baik dan tersistematis. Semua stake holder harus mendukung. Bangilan harus punya kembali tim impian, The Dream Team, yang bisa diandalkan untuk bisa berkompetisi dengan baik bukan tim yang asal comot sekelas Tarkam habis main langsung buang baik menang atupun kalah. Tapi melalui fase-fase pembinaan yang terus berkesinambungan dengan runtut dan terukur. Meski masih sangat sulit, bukan berarti tidak mungkin kita coba. Mencoba akan lebih baik daripada tidak, mencoba akan mendapatkan pengalaman dan mengerti akan kekurangan. Mencoba akan menang selangkah bagi yang tidak mau mencoba.
Sangat tidak realistis ketika ingin menjadi juara tapi malas bekerja keras. Mulai berlatihlah yang keras dan rutin penuh semangat. Karena menjadi juara itu bukanlah hal yang mudah, menjadi juara sangat sulit meski hanya tingkat yang paling bawah. Beranikah bermimpi menjadi juara pada tingkat yang lebih tinggi? Silahkan mencoba dan berlatihlah yang keras untuk mewujudkan mimpi-mimpimu. Tentu saja dalam hal apapun dan positif.
Bangilan, 4 Agustus 2018.
Rohmat Sholihin
Aktif di literasi komunitas kali kening Bangilan.






Label: