Reuni Bola
Tim Senior Bangilan Foto. Rohmat S.
Setinggi elang
terbang tak kan pernah lupa sarangnya. Sejauh perahu berlayar tak kan lupa dengan
daratan. Sejauh orang merantau tak kan lupa kampung halaman. Seberapa lama
orang berpisah tak kan lupa untuk bertemu kembali, meski menyimpan dendam
kesumat sekalipun setitik noda rasa rindu dalam hati pasti ingin kembali untuk
bertemu. Itulah pentingnya makna bertemu kembali dengan orang tua, sanak
keluarga, sahabat, dan orang-orang sekitar yang dulu pernah bertegur sapa,
berbincang, apalagi pernah membangun mimpi bersama, bercanda dan tertawa
bersama.
Dan pada
dasarnya setiap manusia selalu menyimpan rasa rindu, ini manusiawi. Tak ada
manusia yang tidak punya rindu. Bahkan setanpun juga diciptakan oleh Allah juga
lengkap dengan rasa rindu, tak henti-hentinya ia selalu menggoda anak manusia.
Yang dulu pernah hidup satu lingkungan yaitu di surga. Ketika manusia dalam
bentuk Nabi Adam disuir oleh Allah dari surga karena suatu kesalahan, tak
henti-hentinya Nabi Adam menyesal, menangis, dan merasakan kesalahan dan
kekeliruan atas suatu perbuatan yang telah ia lakukan. Bahkan ia pun memohon
untuk bisa kembali dan rindu akan nikmat surga yang telah disiapkan oleh Allah
swt. Maka, bertaubat, menyesali suatu kesalahan sedalam-dalamnya,
berintropeksi, pelan-pelan belajar kembali mengenal hidup di lingkungan yang
baru yaitu bumi. Belajar dan bertahan hidup di lingkungan baru, beradaptasi
dengan cuaca dan keadaan yang tidak pernah ia rasakan sebelumnya ketika masih
berada di surga. Hatinya diuji oleh Allah, apakah ia akan menjadi manusia yang
putus asa atau sebaliknya, kuat dan tangguh. Sepanjang hidup ia harus belajar,
belajar, belajar, tiada henti. Utlubul
ilmi minal mahdi ilal lahdi, tuntutlah ilmu mulai dari buaian sampai
(menjelang) liang lahat.
Ketika
berpisah dengan Siti Hawa, Nabi Adampun rindu dan ingin bertemu kembali, segala
upaya yang berdarah-darah dilakukan, Nabi Adampun terus mencari Hawa, istrinya
dengan penuh ketabahan hati dan doa serta linangan air mata yang bertahun-tahun
baru bisa dipertemukan kembali oleh Allah. Betapa bahagianya sepasang manusia
yang bertemu kembali. Bereuni kembali dan membangun mimpi-mimpi kembali,
membangun ide-ide baru dengan semangat hidup yang terus menyala-nyala.
Beranak-pinak menjadi manusia dengan ras yang berbeda-beda hingga saat ini.
Dari sedikit
uraian sejarah di atas menjadi inspirasi bagi kita dalam memaknai pertemuan
kembali yang sekarang orang banyak menyebutnya reuni, bertemu kembali setelah berpisah dari keluarga, sahabat,
teman sejawat, dengan rentang waktu beberapa hari, bulan, bahkan tahun. Ada rasa
rindu dan kangen untuk bisa bercengkerama kembali, membangun mimpi-mimpi
kembali, membangun harapan-harapan yang belum tersampaikan, bertukar ide dan
pendapat dengan indah dan saling melengkapi, bertegur sapa dengan akrab dan
familiar, tersenyum dan tertawa bersama, bahkan saling berbagi, bermain, minum
dan makan bersama-sama kembali dengan tiada sekat lagi, meski status telah
membedakan. Membangun kembali tali silaturrahmi yang telah putus karena faktor
kesibukan masing-masing. Tak jarang mereka memaknai reuni dengan acara-acara
yang lebih besar, membentuk panitia, diselingi acara-acara seperti pengajian,
makan-makan, pentas musik, bermain sepak bola, bermain badminton, dan entah apa
lagi, sekarang makna reuni sudah banyak diselingi dengan hal-hal yang kompleks
sesuai dengan kebutuhan manusia yang terus berkembang.
Itu hanya
gambaran secara umum tentang reuni. Mungkin tak terlalu penting buat
teman-teman, karena terlalu ribet, sok inteleklah, atau sok-sokan, intinya mau
reuni ya, ayo, tak usah ribet-ribet untuk buat tulisan atau gambar dan
sebagainya, toh arti reuni bagaimanapun juga selalu sama meski dikemas dalam
bentuk yang berbeda-beda, yaitu pertemuan kembali. Saya juga ikut larut dalam
ajang reuni dengan teman-teman yang dulu pernah membangun mimpi dan harapan. Meski
mimpi-mimpi itu belum juga kesampaian, entah kapan akan tersampaikan? Meski
mimpi itu tersampaikan atau tidak hasilnya juga relatif. Mimpi-mimpi itu adalah
untuk bisa menjadi pemain sepak bola. Mimpi bisa bermain sepak bola secara
pprofesional. Setiap hari berlatih dengan keras, menjaga kondisi tubuh,
istirahat dengan teratur, tidak tidur di atas jam sembilan malam, pantangan
makan ini dan itu, bertanding dengan semangat pantang menyerah dan harus
menang, membeli sepatu bola baru, membeli bola baru, memakai kaos-kaos klub favorit,
berdebat saling mengunggulkan bintang favorit dan klub-klub favorit, bertaruh,
bermain bertandang dengan mengumpulkan iuran-iuran secara mandiri, semua
lengkap dengan susah dan senang yang menjadi kisah indah tersendiri. Dan semua
itu sangat indah untuk dikenang dalam pikiran dan hati kita masing-masing.
Alhamdulillah
mimpi dan keinginan untuk reuni dan bertemu kembali dikabulkan oleh Allah.
Dikemas dengan pertandingan sepak bola. De
javu mengingat masa-masa bermain bola bersama ketika usia kita masih muda,
masih kuat berlari dengan kencang ketika masih muda, menendang bola dengan
keras seperti ketika masih muda, menggocek bola dengan lihai dan lincah ketika
masih muda, menangkap bola dengan tangkas ketika masih muda, mengontrol bola
dengan lengket ketika masih muda, semua ingin mengukir yang indah dan kuat
ketika masih muda, meski juga sangat susah untuk kita upayakan karena umur itu
jujur seperti cinta sangat susah untuk kita sembunyikan, meski kita poles sebaik
mungkin manusia tak kan bisa mengalahkan waktu yaitu umur, semakin tua semakin
berkurang produktivitasnya manusia. Tak kan mungkin bisa kembali seperti kita
muda, meski kita bisa melakukan reuni. Setidaknya kita masih bisa mengenang
daripada tidak bisa mengenangnya. Bisa bertemu dan berkumpul dengan
keterbatasan-keterabatasan yang ada pada diri kita masing-masing tanpa
menutup-nutupi merupakan hikmah yang luar biasa bagi kita. Bisa tersenyum
kembali, bertukar pikiran, tertawa, bercanda, dan tentu saja membangun ide-ide
besar dan segar kembali. Ada banyak kesempatan untuk menata dan membangun
kembali mimpi-mimpi yang belum tersampaikan. Mimpi tentang sepak bola yang kian
redup di kampung tercinta, kecamatan Bangilan. Dulu selalu tiga besar dalam
setiap pertandingan di kabupaten Tuban kini makin terpuruk dan terpuruk. Dan
momen ini pas bertepatan dengan liburan hari raya dan ajang piala dunia 2018 di
Russia. Mengenang kembali dengan ajang pertandingan persahabatan sepak bola
sangatlah pas sebagai ajang silaturrahmi, berkomunikasi kembali melalui
olahraga sepak bola bukanlah hal yang merugikan namun memberikan kesan positif
dan membangkitkan semangat untuk terus berolahraga dan berprestasi. Terutama pada
kalangan pemuda. Pemudalah yang harus berperan penting menjadi garda terdepan
dalam berprestasi.
Tim Yunior Bangilan. Foto. Rohmat S.
Dan reuni pertandingan
sepak bola dengan even persahabatan ini mendorong para pemain-pemain muda untuk
lebih berlatih kembali, bermian kembali, aktif kembali dalam ajang sepak bola
di kecamatan Bangilan yang kian redup. Meski pertandingan tidak resmi tapi
cukup menarik. Ada nilai-nilai historis, dengan mengenang sejarah masa lalu
untuk berbuat terbaik pada masa depan. Memperbaiki segala sesuatu untuk lebih
baik dan lebih baik lagi jika tidak ingin terpuruk.
Ada juga
banyak kesan dan pesan dari para senior yang dulu bergabung dengan Klub Putra
Gelora Bangilan, Khoirul Huda, bahwa dengan adanya ajang persahabatan ini memberikan
nilai baik dan prestasi yang lebih maju bagi sepak bola kecamatan Bangilan,
terutama bagi pemain muda agar lebih termotivasi untuk menjadi pemain
profesional, jika ada tekad yang kuat dalam hati pasti akan berhasil. Mudah-mudahan.
Dan yang paling penting saling berkomunikasi dan menjaga kebersamaan. Tanpa kebersamaan
yang kuat mustahil akan menjadi tim yang hebat dan kuat. Dari pemain muda juga
sangat antusias, seperti kesan dan pesan yang telah disampaikan adik kita, Budi
Pranoto, dengan digelarnya ajang reuni persahabatan ini menjadikan sumber
inspirasi positif untuk terus maju dan berlatih kembali dengan serius. Malu dengan
para senior yang sudah berusia tidak muda lagi tapi semangatnya untuk
bertanding masih luar biasa.
Menunggu apa
lagi? Ayo berlatihlah kembali dengan serius. Prestasi terbaik tidak datang
dengan tiba-tiba tapi prestasi terbaik mampu kita raih dengan kerja keras dan
semangat yang terus menyala-nyala. Sering-seringlah bertanding dari banyak
pertandingan akan membiasakan mental bertanding kita kuat. Bravo teman-teman
tim senior dan tim yunior. Selamat bertanding!.
Lapangan 17 Agustus Bangilan, 24 Juni 2018.
Rohmat Sholihin, penulis salah satu pemain reuni bola dan aktif dalam
komunitas literasi Kali Kening Bangilan.
Label: Essai